Pemangku Adat Desa Sapit menunjukkan Alquran kuno yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Alquran kuno ini dikeluarkan saat ada acara adat di desa ini. |
Desa Sapit Kecamatan Suela Lombok Timur (Lotim) menyimpan
banyak sejarah masa lampau. Salah satunya, sejarah saat penyebaran agama Islam
di Pulau Lombok, berupa Alquran kuno. Seperti apa keberadaan Alquran kuno dan
peninggalan sejarah yang masih disimpan warga Desa Sapit?
Aquran kuno ini masih tersimpan rapi di langgar budaya Desa
Sapit. Kitab suci umat Muslim ini ditulis tangan dengan khat Utsmani. Usia kitab
berisi firman-firman Allah SWT ini diprediksi sudah hitungan ratusan tahun. "Sudah begini bentuknya kita
temukan," ucap pemangku Adat Desa Sapit, Mustirip bersama dengan penghulu
desa setempat kepada Suara NTB.
Seraya menunjukkan Qur’an kuno ini, sang Pemangku
menuturkan, kitab suci Alquran ini hanya bisa dikeluarkan saat acara-acara adat
berlangsung. Melihat sampul dari Quran terlihat sudah berbahan kulit.
Kertasnya dari bahan yang cukup keras. Ayat-ayat dalam masih bisa terbaca
dengan jelas. Sebanyak 30 juz. Semua masih lengkap dan bisa terbaca dengan
baik. Karena sudah turun temurun, Mamiq Mustirip mengaku tidak mengetahui siapa
yang menulis.
Selain Qur’an ada juga naskah khutbah Jumat dengan tulisan
kuno. Untuk tulisan khutbah ini hanya orang tertentu katanya yang masih bisa
membaca. Tidak semua bisa membaca karena tulisannya sudah jarang yang mengerti
tulisannya.
Masih tersimpannya transkrip Kitab Suci Alquran Kuno di Desa
Sapit ini menempatkan desa yang berada di bawah Gunung Rinjani ini menjadi desa
wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Budaya desa setempat menjadi daya
tarik tersendiri.
Adat istiadat desa setempat juga masih tetap dipertahankan.
Misalnya hama penyakit di tanaman. Hama penyakit yang menyerang masyarakat dan
lainnya. Oleh sesepuh adat dan tokoh masyarakat serta pemerintah menggelar
ritual tolak bala. Kemudian untuk selamat tanaman dilakukan setelah tanam padi,
padi sekitar usia satu bulan setengah sampai dua bulan dilakukan kegiatan
penyelamatan.
Nilai budaya yang melekat pada masyarakat Desa Sapit ini
merupakan perpaduan dari nilai-nilai Islam dan kepercayaan leluhur dari
masyarakat Adat Desa Sapit. Pengaruh Islam utamanya sangat besar. Islam masuk
karena dikaitkan dengan adat-istiadat. Erat kaitannya , adat itu identik dengan
agama, sehingga dikenal dengan sebutan adatgama.
Dilihat dari kegiatan adat sorong serah aji krama, sebuah
ritual adat dalam perkawinan. Ada perayaan Muharram dengan memasak bubur putih.
Ada juga bubur merah yang digelar pada bulan Safar. Prosesi-prosesi adat
berbeda-beda sesuai dengan ketepatan waktu dalam penanggalan Islami ini katanya
sudah ditemukan sejak lama. "Turun temurun itu sudah," imbuhnya.
Selama bulan Muharram, tidak boleh ada kegiatan pembangunan.
Baru boleh pembangunan fisik, termasuk pembangunan masjid setelah perayaan
Safar dengan ritual masak bubur merah. Larangan tersebut menurut keyakinan para tetua, jika dilanggar
dikhawatirkan akan menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Namanya
Muharram, bulan haram, sehingga tidak boleh berbuat.
Menikah pun juga tidak
boleh di bulan Muharram. Kegiatan gawe
adat seperti begawai.
Memang tidak ada sanksi. Namun sudah tertanam sendiri dalam
hati dan sanubari masyarakat. "Ndek
te kanggo maliq," ungkapnya.
Melanggar ketentuan adat memang tidak tertuang sanksi tegas.
Namun kepercayaan atas larangan itu bisa berdampak buruk bagi keberlangsungan
hidup yang diyakini sudah terpatri dalam kehidupan masyarakat. Dalam hati
masyarakat sudah sangat kuat. (Rusliadi/Lombok Timur)
0 komentar:
Post a Comment