Sutrisno menunjukkan salah satu produk yang terbuat dari batu sikat. Belakangan ini, batu sikat banyak diminati, karena diklaim lebih baik dari keramik |
BEBERAPA tahun belakangan, batu sikat menjadi tren
untuk melengkapi tampilan rumah menjadi lebih elegan. Batu sikat yang banyak
digunakan untuk mempercantik teras, garasi, atau trotoar ini menjadi pilihan
dibandingkan dengan menggunakan keramik.
Menurut salah satu pengusaha batu sikat, Sutrisno,
tren batu sikat mulai marak sejak 3-4 tahun lalu. “Batu sikat ini banyak
diminati karena lebih kuat dibandingkan dengan menggunakan keramik,” terangnya
saat ditemui di tempat usahanya yang berlokasi di Jalan Rinjani, Leneng, Praya belum lama
ini.
Sutrisno menjelaskan jika batu sikat ini juga lebih
tahan lama dibandingkan dengan menggunakan keramik, bisa bertahan lama hingga
puluhan tahun. Pria yang sudah 11 tahun menekuni usaha batu sikat ini
menambahkan jika batu sikat menggunakan batu laut, bukan batu kali atau batu
gunung. “Batu laut yang digunakan diperoleh dari NTT atau Sumatra
yang kemudian diolah di pabrik di Surabaya dengan grade yang berbeda-beda,” jelasnya.
Rumah yang menggunakan batu sikat |
Sutrisno mengatakan jika batu laut ini keberadaannya
lebih banyak dibandingkan dengan batu kali maupun batu gunung. “Kalau batu kali
dan batu gunung, beberapa tahun ditambang sudah habis, malahan sekarang kan
banyak penambangannya dilarang. Beda dengan batu laut yang tiap hari terbawa
oleh ombak, tidak ada habisnya,” imbuhnya.
Untuk batu sikat, ada beberapa warna yang paling
sering digunakan yaitu hitam, abu, coklat,orange, dan putih tulang. “Kalau yang
paling mahal itu, batu sikat impor yang warnanya lebih cerah seperti merah dan
putih susu,” kata Sutrisno.
Ia menambahkan jika tren model batu sikat yang
sekarang paling diminati adalah model garis-garis dan motif tradisional seperti
motif batik. “Tetapi tergantung dari permintaan konsumennya. Kalau ibu-ibu,
sukanya model bunga, remaja sukanya motif kartun atau logo klub sepakbola,”
tukasnya.
Pemasangan batu sikat sendiri, kata Sutrisno, tidak
membutuhkan waktu yang lama. “Sehari saja bisa jadi untuk ukuran 10 m2 dengan
dikerjakan 3 tukang,” terangnya. Model batu sikat yang diinginkan konsumen
kemudian ditaburi batu-batu, sehingga membentuk motif yang dimau. “Yang paling sulit itu,
buat tulisan karena harus dibuat gambarnya dulu. Sedangkan kalau bunga, tukang
sudah ahli, jadi tidak membutuhkan gambar,” ujarnya.
Batu sikat ini bisa tahan lama karena menggunakan
campuran semen. “Jadi kalau hujan, tidak bisa menyerap air,” imbuhnya.
Harga batu sikat ini sendiri, kata Sutrisno, lebih
murah dibandingkan dengan menggunakan keramik. “Kalau keramik, per m2 harganya
Rp 150 ribu, sedangkan kalau pakai batu sikat harganya hanya Rp 130 ribu/m2,”
terangnya. Tidak heran, banyak konsumen yang tertarik menggunakan batu sikat
ini, selain
karena harga yang terjangkau, juga aman untuk anak-anak. “Kalau hujan, tidak
licin,
sehingga anak-anak tidak terpeleset, tidak seperti pakai keramik,” ujarnya.
Sutrisno mengaku dirinya sudah pernah melayani pelanggan sampai di Pulau Sumbawa. Sementara di Lombok Tengah puluhan proyek sudah dikerjakan, salah satunya adalah jalan di taman Masjid Agung. Para konsumennya sendiri banyak mengetahui dari mulut ke mulut atau melalui sosial media. (Uul Efriyanti Prayoba)
0 komentar:
Post a Comment