Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Achris Sarwani |
Ekonomi NTB diperkirakan akan mengalami fluktuasi hingga 2021
mendatang. Terutama, dengan dengan memasukkan kategori pertambangan.
Ketidakpastian pengolahan konsentrat oleh PT. Amman Mineral Nusa Tenggara di
Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat akan cukup mempengaruhi grafik pertumbuhan
ekonomi dalam beberapa tahun mendatang.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB, Achris
Sarwani memaparkan kondisi perekonomian NTB secara umum. Melihat PDRB dari sisi
lapangan usaha sangat dipengaruhi oleh penurunan ekpor konsentrat tembaga dan
kuota ekspor dari PT AMNT, serta penurunan produksi pertanian terutama di
daerah terdampak gempa.
Beberapa indikator pertumbuhan ekonomi menunjukkan penurunan
signifikan. Misalnya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Lihat indikator sampai
dengan quartal III 2018. “Sumber perlambatan ekonomi dari NTB disebabkan karena
perlambatan kinerja tambang dan kondisi Lombok pascabencana gempa bumi,”
demikian Achris.
Perlambatan kinerja tambang khususnya karena produksi dan
realisasi ekspor konsentrat tembaga PT AMNT yang lebih rendah. Penurunan
kinerja tambang diperkirakan akan terus terjadi hingga tahun 2021.
Saat ini PT AMNT tengah berada pada fase-7 yaitu pembukaan
lapisan batuan penutup. Biaya untuk operasional fase 7 sepenuhnya merupakan
pinjaman kepada bank konsorsium HIMBARA. Produksi konsentrat tembaga saat ini
merupakan hasil pengolahan stock pile dari penambangan sebelumnya.
Penurunan kinerja korporasi salah satunya tampak dari hasil
liaison ke Hotel Sheraton Senggigi yang mengkonfirmasi penurunan tajam jumlah
kunjungan tamu. Hal yang sama juga dirasakan seluruh perhotelan di kawasan
Senggigi. Dimana periode high season liburan di pertengahan tahun dan akhir
tahun diperkirakan tidak seramai tahun sebelumnya (pascagempa).
Dari sisi konstruksi, bencana alam gempa bumi mengakibatkan
pembangunan tertahan karena pengusaha masih “wait and see” terhadap kondisi
alam, apakah masih ada kemungkinan gempa atau tidak. Disisi lain, pekerja lebih
mengutamakan untuk membenahi rumah/daerah masing-masing.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB,
Wahyu Ari menambahkan, siklusnya saat ini hasil pertambangan, siklusnya sedang
menurun. Ibaratnya, seperti mesin yang sudah lama. Produksinya berkurang. “Tidak mengkhawatirkan dalam konteks ekonomi, kayak orang,
begitu menua. Yang biasanya lari, sekarang ndak bisa lagi,” imbuhnya.
Tambang memberi pengaruh cukup besar. Karena sharenya lebih dari
20 persen terhadap PDRB. Ketika produksi terganggu, otomatis nilai pertumbuhan
ekonomi juga akan terpengaruh langsung.
Wahyu mengatakan, pada dasarnya proses seperti ini berjalan
alamiah. Ada masanya produksi mengalami jeda. Sembari dilakukan
persiapan-persiapan untuk memulai produksi yang baru. Dengan potensi yang jauh
lebih besar.
Karena itu, ia tak merasa khawatir ekonomi terganggu. Karena
menurut Wahyu, pada dasarnya investasi itupun akan sangat faham dengan keadaan
ini. Tinggal tetap semangat mendongkrak potensi-potensi penopang ekonomi NTB di
luar tambang. Misalnya pertanian, kelautan perikanan, termasuk UMKM. Jika
pemerintah fokus menangani non tambang ini, ia berkeyakinan ekonomi NTB akan
tetap stabil. (Bulkaini/Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment