Pantai Sugian Lombok Timur yang memiliki potensi besar untuk kawasan wisata hutan mangrove. |
Hutan mangrove di Pantai Sugian yang dulu menjadi Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD) saat ini terlihat seperti tidak terurus.
Pemandangan indah yang tersembunyi di dalam kawasan ini coba akan disentuh
Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Timur (Lotim). "Itu bisa jadi objek wisata baru, wisata
mangrove," ungkap Kepala Dinas Pariwisata Lotim, Moh Juhad.
Dia menjelaskan, kawasan yang sebelumnya dikelola oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Lotim ini saat ini tidak terurus. Pascapelimpahan kewenangan penanganan laut ke
provinsi, kawasan ini menjadi sepi tidak ada penunggu dan tidak lagi ada
aktivitas pengelolaan. Dinas Pariwisata Lotim kemudian mencoba akan menjadikannya
sebagai sebuah kawasan yang ramai dikunjungi wistawan.
Diketahui, Desa Sugian Kecamatan Sambelia ini kaya dengan
keindahan laut. Tidak jauh dari Pantai Sugian, ada Gili Sulat yang juga
menampilkan pemandangan tanaman mangrove di sepanjang bibir pantai.
Kawasan yang akan dikelola Dispar Lotim ini pun luasnya
katanya sekitar 80 are. Di dalam kawasan ini akan dibuatkan tempat-tempat
peristirahatan. Rencana akan ada juga rumah panggung yang diyakini bisa menarik
wisatawan asing.
Menurutnya, wisatawan mancanegara ini sangat suka dengan
hal-hal yang unik dan menarik. Kawasan hutan mangrove Sambelia ini bisa menjadi
salah satu daya tarik bagi wisatawan. "Wisatawan asing kan maunya yang
unik, dan keunikan yang ada di Pantai Sambelia ini akan dibuat agar wisatawan
betah datang ke Pantai Sugian," paparnya.
Beberapa waktu lalu, mahasiswa dari Institut Teknologi
Bandung (ITB) mengunjungi lokasi tersebut. Dari hasil penelitian, terdapat 25 jenis mangrove yang tidak ditemukan di lokasi
lain. Daya tarik itu, katanya bisa menjadikan tempat tersebut menjadi lokasi
wisata studi. "Mangrove-mangrove ini kan perlu dilestarikan," ungkap
Juhad menambahkan.
Daya tarik Gili Sulat juga akan menambah ketertarikan para
wisatawan yang datang. Bisa dibuatkan paket wisata keliling hutan mangrove dan
mengunjungi gili. "Rencana kita tahun 2 019 mulai kita akan tata,"
ucap Juhad.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, M. Tasywiruddin
mengakui sebelumnya memang menjadi milik Dinas Kelautan. Akan tetapi karena
sudah tidak ada kewenangan, aset ini kemudian diserahkan ke Dispar Lotim untuk
dijadikan lokasi pengembangan wisata bahari. (Rusliadi/Lombok Timur)
0 komentar:
Post a Comment