Wagub NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah memberikan sambutan pada pelantikan pengurus dan rapat kerja BKOW NTB, Jumat (2/11/2018). |
Sementara Wakil Gubernur Hj. Sitti Rohmi Djalilah mengaku, pada tahun
ini, NTB dihadapkan dengan pekerjaan berat, karena sedang ditimpa musibah gempa
bumi. Pemerintah masih dihadapkan dengan rekonstruksi dan rehabilitasi kawasan
yang dilanda gempa dan membutuhkan waktu panjang. Menurutnya, tidak ada proses rekonstruksi
dan rehabilitasi selesai 2 bulan, tapi butuh waktu lama.
Dicontohkan, bagaimana
kasus gempa di Aceh, Yogyakarta dan beberapa daerah lain, proses rekonstruksi
dan rehabilitasi membutuhkan waktu lebih dari tahun. ''Meski demikian, NTB akan mempercepat
proses rekonstruksi dan rehabilitasi, sehingga kondisi wilayah dan masyarakat
bisa pulih seperti sediakala,'' ujarnya pada pelantikan pengurus Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) NTB Periode 2018-2023 di Ruang Rapat Sangkareang Kantor Gubernur NTB, Jumat (2/11/2018).
Terkait dengan pelantikan pengurus BKOW, Hj. Sitti Rohmi
Djalilah mengaku bingung. Alasannya, banyak pengurus organisasi wanita yang
hebat-hebat dan menghimpun dalam berbagai organisasi. Hal ini menjadikan mereka
sebagai perempuan-perempuan hebat, karena berasal dari berbagai macam
organisasi dan disiplin keilmuan.
Meski demikian, ujarnya, sekarang ini NTB masih dihadapkan
dengan banyaknya persoalan dan membutuhkan keterlibatan banyak pihak. Termasuk
pengurus organisasi wanita yang ada di daerah ini. Wagub menyebut masalah lingkungan
kumuh, kematian ibu hamil, kematian balita, stunting,
trafficking, sampah hingga putus
sekolah harus segera dituntaskan.
Khusus masalah sampah yang masih belum tuntas, wagub mengaku
semuanya tergantung dari pula pikir. Sekarang ini, ujarnya, yang menjadi tugas
bersama adalah bagaimana mengubah pola pikir masyarakat agar takut membuang
sampah sembarangan. Dalam hal ini, ujarnya, bagaimana menjadikan sampah itu
penyakit. Ini yang harus dicarikan caranya agar masyarakat sadar dan tidak
membuang sampah sembarangan.
Pengalaman bekerja di perusahaan asing selama 10 tahun yang
bebas sampah. Dirinya melihat sampah itu seperti alergi. Di mana, dirinya tidak
bisa melihat kotoran, karena langsung merasa tidak enak. Begitu juga dengan
anak-anak sekolah yang ada di sana merasakan hal yang sama, yakni tidak
membuang sampah sembarangan. ‘’Seperti itu seharusnya. Apalagi karyawan
sebagian besar dari Lombok dan Sumbawa bisa diterapkan di tempat itu. Kenapa
kita tidak bisa terapkan itu?’’ tanyanya.
Meski demikian, dalam menerapkan hal seperti ini membutuhkan
waktu. Tapi dengan dukungan dari banyak pihak, seperti organisasi wanita, OPD
dan pihak lain, kesadaran warga membuang sampah pada tempatnya akan bisa
terwujud. Apalagi ini merupakan program unggulan yang harus dilaksanakan.
Senada dengan Ketua TP PKK, Hj. Sitti Rohmi Djalilah
mengingatkan pentingnya menguasai informasi dan teknologi. ‘’Kalau tidak bisa
beradaptasi dengan teknologi, akan tenggelam,’’ ujarnya mengingatkan. (Marham)
0 komentar:
Post a Comment