![]() |
Asesoris penangkap mimpi yang diproduksi di Batulayar. Asesoris ini bisa dipergunakan untuk memperindah rumah. |
UNTUK mempercantik tampilan interior rumah, biasanya
orang menambahkan berbagai peralatan maupun aksesoris menarik agar ruangan
semakin menarik. Salah satunya adalah Dreamcatcher atau penangkap mimpi yang
sejak dulu digunakan untuk aksesoris ruangan. Tetapi baru beberapa tahun ini
dikenal luas di Indonesia mengingat tampilannya sangat menarik dan unik.
“Dreamcatcher sendiri berasal dari kepercayaan
masyarakat asli Amerika bahwa jika kita menggantungnya di kamar, maka dia akan
mampu menangkap mimpi buruk dan dipercaya mendatangkan mimpi baik untuk
pemiliknya,” terang Nurul Azmi, pemilik Galeri Indo Gemilang di kawasan wisata
Senggigi, Batulayar.
Ia menerangkan dreamcathcer sudah lama dikenal di luar
negeri, sedangkan di Lombok baru beberapa tahun terakhir. Ia sendiri mengaku
sudah 2 tahunan mulai memproduksi dreamcatcher
ini.
Dreamcatcher sendiri terbuat dari tali yang dianyam
berbagai bentuk, tetapi umumnya berbentuk lingkaran, dengan rumbai-rumbai bulu
di bawahnya. Bulu untuk rumbai biasanya menggunakan bulu ayam, angsa atau bebek
bahkan ada juga menggunakan bulu merak. Model dreamcathcer yang dibuatnya sengaja dibuat unik agar berbeda dengan
produk buatan lainnya.
“Saya biasanya desain sendiri setelah melihat
referensi dari internet tentang model yang sedang tren, baru kemudian dibuat
oleh perajinnya,” terangnya.
Nurul mengatakan, lama pembuatan dreamcatcher tergantung dari model yang diinginkan dan ketelatenan
perajin dalam membuatnya. “Kalau perajinnya telaten, dalam sehari dia bisa
membuat 4-5 dreamcathcer berukuran
besar,” ujarnya.
Ada berbagai ukuran dreamcathcer yang dijualnya, mulai dari ukuran 4 cm – 1 meter.
Produksi dreamcathcer, tambahnya,
dilakukan di Bali karena dirinya memiliki galeri juga di sana. “Saya lebih dahulu
punya galeri di sana baru kemudian buka di sini, karena di sini belum ada yang bisa
buat,” kata Nurul. Rata-rata perajin dreamcathcer,
imbuhnya, merupakan orang-orang Madura yang memang dikenal terampil dalam
membuat kerajinan ini.
Meski di Lombok, dreamcathcer merupakan produk baru
tetapi sudah banyak diminati terutama oleh pengusaha di bidang pariwisata.
“Banyak pemilik hotel, vila atau restoran di sekitaran Senggigi, Gili bahkan
sampai Kuta datang ke sini untuk beli ini karena tampilannya unik,” akunya.
Ia mengatakan jika pembeli bule lebih menyukai
dreamcathcer dengan warna-warna netral seperti hitam atau putih, sedangkan
orang lokal malah menyukai dreamcathcer dengan warna-warna mencolok. “Kalau di
luar, malah tidak laku yang warna-warni seperti ini,” tukasnya.
Harga untuk dreamcathcer ini bervariatif tergantung
ukurannya. Harganya berkisaran mulai Rp 2 ribu – 1 jutaan tergantung besar
kecilnya dreamcathcer. “Kalau di
Bali, saya rutin mengirim dreamcatcher
ini ke Australia setiap 2 bulan sekali,” cerita Nurul.
Ia mengaku, pembeli tahu produknya melalui mulut ke
mulut, karena memang dirinya tidak menggunakan sosial media untuk memasarkan
produknya. “Tetapi kami banyak memiliki pelanggan tetap dan merekalah yang
kemudian menceritakan ke teman-temannya,” jelasnya.
Nurul mengatakan sekarang ini, ia sedang berusaha
untuk memperkenalkan dreamcathcer
secara luas ke masyarakat Lombok, karena gaungnya masih sedikit.
“Makanya saya sekarang sengaja memajangnya di luar, agar orang yang lewat bisa
melihat dan jika merasa bisa membuatnya, mereka bisa bekerja membuatnya.
Hitung-hitung mengurangi pengangguran,” sebutnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
0 komentar:
Post a Comment