Lokasi pengolahan sampah di Lingsar Lombok Barat menggunakan lalat hitam |
Pemprov NTB
menggandeng mantan Deputi Menteri BUMN, Prof. Agus Pakpahan menyulap sampah
organik menjadi pakan ternak. Proyek percontohan dilaksanakan di lahan milik
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB di Kecamatan Lingsar, Lombok
Barat (Lobar).
Ditemui di sela-sela
pembukaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan training pemuda peduli
sampah di Unit Pengolahan Sampah Organik di Lingsar, Lobar, Kamis (8/11/2018),
Agus Pakpahan mengatakan, patut disyukuri adanya makhluk tropika yang disebut
lalat hitam. Dengan adanya lalat hitam ini, memberikan teknologi bagi kita.
‘’Bukan saja
mendapatkan kompos, tapi juga protein, pakan ternak. Sumber pakan ternak itu
mahal karena kita impor. Bayangkan, dari sampah bisa menjadi protein. Karena
pemanfaatan lalat,’’ katanya.
Dengan adanya
bioteknologi dengan memanfaatkan lalat hitam dalam pengolahan sampah. Berbagai
penyakit yang dapat diakibatkan oleh sampah yang dibuang sembarangan dapat dicegah.
Dengan
bantuan ’pasukan lalat hitam (black
soldiers fly), bukan hanya mendekomposisi sampah. Tetapi juga menyehatkan.
Karena bakteri-bakteri berbahaya dapat dibasmi. Hasil pengolahan sampah
menggunakan teknologi lalat hitam ini kemudian dapat dikembangkan untuk
pertanian organik.
Di Unit
Pengolahan Sampah dengan teknologi pasukan lalat hitam ini, dapat
menghasilkan bioteknologi. ‘’Kita di sini menghasilkan bakteri. Langsung saja
dilepas, maka dia akan menghasilkan nitrogen dari udara,’’ terangnya.
Ia mengatakan,
teknologi pengolahan sampah organik seperti ini dapat dikembangkan berskala
rumah tangga dan desa. Tinggal mengorganisasikan pabrik penghasil telur lalat
hitam dan penghasil sampah. ‘’Kalau
penghasil sampah dan penghasil telur lalat disatukan, jadi tempat pengolahan
sampah,’’ ujarnya.
Lalat-lalat hitam yang jadi pengurai sampah organik jadi pakan ternak. |
Ia
menyebutkan, pengolahan sampah organik menggunakan teknologi lalat hitam ini
dapat membuka lapangan pekerjaan. Karena selain menghasikan pupuk kompos, juga
menghasilkan pakan ternak.
Dari kapasitas 4 ton sampah sehari, kata Agus,
baru terpenuhi 5 kuintal. Pasokan sampah organik ke unit pengolahan itu masih
terkendala pemilahan sampah. Banyak sampah-sampah yang belum dipilah
masyarakat.
Terpisah,
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc mengaku sangat bahagia dengan
adanya unit pengolahan sampah organik dengan bantuan lalat hitam tersebut. Menurutnya,
persoalan sampah kerap menjadi masalah terutama di kota-kota besar, termasuk
NTB.
‘’Dengan
kemajuan bioteknologi kita menemukan cara yang sangat baik, tidak menimbulkan
efek negatif. Dengan lalat, mampu melahap sampah, untuk kemudian digunakan
untuk peternakan,’’ katanya.
Menurut gubernur,
teknologi seperti ini perlu digiatkan. Diharapkan apa yang dilakukan provinsi
dapat menjadi inspirasi pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan hal serupa.
‘’Sehingga
masalah sampah tidak lagi momok bagi kita semua. Kalau ini jalan, sukses, masyarakat akan mudah mengikutinya. Harus
dikembangkan, ini harus jadi contoh dulu. Baru dikembangkan di kabupaten,
kecamatan, desa sampai rumah tangga,’’ tandasnya. (Muhammad Nasir/Suara NTB)
1 komentar:
Post a Comment