Kadri menunjukkan tas ketak roda yang dibuatnya dan menjadi primadona baru kerajinan NTB |
KETAK merupakan salah satu bahan kerajinan tangan yang
banyak dimanfaatkan masyarakat untuk diolah menjadi berbagai kerajinan yang
bernilai ekonomi tinggi. Seperti yang dilakukan Kadri, pemilik UD Kadri, yang
mengolah ketak menjadi berbagai tas unik yang banyak disukai pembeli.
“Saya sudah menjadi perajin dari tahun 2010 lalu
setelah sebelumnya saya belajar dan ikut kerja di orang,” terangnya saat
ditemui di Mandalika Expo Puyung Kecamatan Jonggat Lombok Tengah, Sabtu (22/10/2017).
Di tempat tinggalnya, Darmaji, Kopang, ia mengatakan
dirinya sebenarnya membuat berbagai macam bentuk ketak sesuai pesanan pembeli.
“Tetapi yang sedang menjadi tren sekarang adalah tas ketak berbentuk roda ini,”
jelasnya seraya menunjukkan tas yang dimaksud.
Tas roda ini, kata Kadri, baru mulai diproduksinya
sejak 4 bulan yang lalu setelah mendapatkan ide. “Saya lihat dulu bagaimana
modelnya baru kemudian saya coba-coba buat,” terangnya.
Tas ketak roda Lombok yang menawan |
Setelah jadi, barulah dirinya mencoba menjual kepada
para konsumen setianya dan ternyata respons mereka bagus. “Mereka suka modelnya
karena bentuknya unik dan beda dengan yang lain,” ujarnya.
Pembuatan tas roda ini, kata Kadri, termasuk rumit
sehingga tidak heran perajin hanya bisa membuat 2-3 buah tas roda setiap
minggunya. “Modalnya juga cukup besar, misalnya yang pakai warna ini modalnya bisa sampai Rp 120 ribu,”
jelasnya seraya menunjukkan tas yang dimaksud.
Dalam berproduksi, Kadri dibantu beberapa kelompok
binaannya dengan anggota mencapai 400 anggota untuk membuat berbagai berbagai
kerajinan dari ketak. “Bahan baku ketak saya peroleh dari Pendem, asalnya dari
Kalimantan karena di sini sudah sedikit bahan bakunya,” ujarnya
Dalam 4 bulan produksi tas roda ini, Kadri sudah mampu
menjual ribuan tas kepada para pembeli yang menjualnya kembali. “Pasarannya sudah
sampai ke Pulau
Jawa karena pembeli-pembeli ini banyak yang ambil untuk dijual kembali,” kata
Kadri.
Ia mengatakan jika di Darmaji bisa dibilang sentra
ketak karena banyak pengusaha ketak yang mengambi barang di dirinya. “Untuk tas
roda ini, dalam seminggu saya bisa mengantongi pendapatan bersih sampai Rp
700-800 ribu,” jelasnya.
Harga untuk tas roda ini berbeda tergantung ukuran dan warna tas. “Kalau yang polos, saya hargai Rp 65-100 ribuan, sedangkan kalau yang berwarna harganya Rp 150 ribu ke atas,”jelas Kadri. Dirinya berharap ke depannya usahanya bisa maju sehingga bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. “Juga agar Darmaji lebih dikenal sebagai sentra ketak bukan hanya di Beleka saja,” tambahnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
0 komentar:
Post a Comment