Salah satu penenun Kre Alang Dusun Senampar, Desa Sebewe, Kecamatan Moyo Utara saat membuat produk Kre Alang. |
Dia menggeluti tenunan ini sudah belasan tahun. Mengikuti
orang tuanya yang sudah menenun sejak puluhan tahun lalu. Selain Kre Alang, ia
juga membuat Pabasa dan Sapu’, serta hiasan dinding untuk bingkai. Di rumahnya
ada 4 stel alat tenunan yang digunakan. Masing-masing menghasilkan satu produk
Kre Alang dalam satu bulan dengan harga pasaran bervariasi, mulai dari Rp 1,5
juta, Rp 1,8 juta hingga Rp 2 juta per produk. Harga ini, tergantung dari
kesulitan motif dan bahan benang yang digunakan.
Pemasarannya pun tidak sulit, karena pembeli langsung datang
memesan dari berbagai kecamatan. Bahkan ada yang datang dari luar daerah saat
adanya kegiatan tertentu di Sumbawa. “Pemasarannya tidak sulit karena biasanya
pembeli sendiri yang datang memesan. ada dari Sumbawa, Plampang, Empang dan
kecamatan lainnya. Ada juga dari luar daerah kalau ada kegiatan tertentu,” ujarnya.
Dalam pembuatan satu Kre Alang menghabiskan kurang lebih 6
kotak benang dengan isi 12 buah. Kemudian satu gulung benang emas untuk membuat
motif. Bahan benang ini tidak sulit didapatkan karena banyak tersedia di toko.
Namun untuk menghasilkan produk yang paling halus, pihaknya masih terkendala
benang (benang mesres) yang hanya
dijual di Mataram.
BACA JUGA : Kre Alang Ikon Sumbawa
Adapun motifnya sendiri ada banyak, namun yang sering
dibuatkannya bermotif Kemang Satange, Gili Liuk dan motif Ayam. Hasil produknya
tidak dipasarkan ke tempat lain, karena tidak ada stok. Peminat langsung pesan
sendiri, setelah produk jadi langsung mengambil. “Artinya tidak ada stok.
Karena untuk penjualan biasanya pembeli pesan terlebih dahulu. Setelah jadi
baru ambil. Bahkan pembeli ada yang menghubungi lewat hp,” jelasnya.
Pihaknya berharap, tenunan Kre Alang ini bisa dikenal di
luar daerah termasuk mancanegara. Artinya orang bisa mengenal motif khas dari
Sumbawa. Ia pun mengakui sebelumnya sudah pernah mendapatkan pelatihan dari
Diskoperindag Sumbawa. Terutama terkait kreasikan produk bisa dibuatkan tas dan
baju. “Untuk saat ini kita fokus tenun Kre Alang. Untuk buat tas dan kain untuk
baju ada kelompok masing-masing,” tandasnya.
Terpisah Kepala Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan
Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Sumbawa, H. Arif, M.Si mengakui terus
membina para penenun gedokan atau tradisional. Di mana sebagai sentra pusat
dari industri, Kementerian Perindustrian sudah menetapkan di Dusun Sameri, Desa
Poto. Di sana ada 64 alat tenun, kemudian ada gazebo atau rumah produksi tempat
para penenun melakukan aktifitas produksinya.
Selain itu, pihaknya sekarang
juga fokus mengembangkan industri Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang
menghasilkan tenun ikat sebagai bahan baju yang bermotif khas Sumbawa. “Kami
tidak mengganggu Sameri dengan khas gedokan supaya dilestarikan. Sedangkan
untuk ATBM ini di wilayah-wilayah lainnya,” terangnya.
Diakuinya, pihaknya sudah memberikan pelatihan pada bulan
September lalu untuk ATBM ini. Mulai dari pelatihan pewarnaan sampai pelatihan
nesek. Selanjutnya pihaknya melakukan pendampingan hingga akhir Desember
mendatang. Pendampingan ini dimaksudkan untuk sinkronisasi peralatan. Karena
ATBM ini masih terbilang baru bagi para penenun. Dimana sebelumnya terbiasa
dengan tenun gedokan atau tradisional. “Alat tenun bukan mesin (ATBM) ini baru
diperkenalkan kepada mereka. Oleh karena itu masih ada kesulitan, sinkron dan
gerakan tangan kaki berbeda kaidahnya dengan gedokan. Target kami akhir
Desember ini empat kelompok yang sudah dilatih ini sudah bisa lancar. Masih
belajar. Insya Allah awal 2019 ada 5 kelompok lagi yang kita latih,”
paparnya.
Terhadap tenunan Kre Alang, diakuinya tidak perlu
dikhawatirkan. Karena tidak pernah sepi peminat. Apalagi momentum HUT Sumbawa, tenun Kre
Alang ini habis. Bahkan pihaknya
terkadang kewalahan mencari apabila ada tamu yang datang dari luar. Begitupula
untuk tenun dari ATBM nantinya pihaknya optimis akan laku keras. Karena bupati
sudah mengeluarkan imbauan kepada seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk
mengenakan baju dari tenun ikat yang bermotif khas Sumbawa.
“Kre Alang tetap laku. Kalau tenun ikat Insya Allah
produknya laku. Kemarin kita sudah keluarkan ada Sembilan lembar dengan panjang
2,5 meter sudah direbut oleh orang di Pemda. Sehingga bagi mereka (penenun)
tidak usah khawatir asalkan bikin yang berkualitas,” tandas H. Arif.
Untuk pemasaran, lanjutnya, pihaknya juga sudah memiliki
galeri sebagai pusat penjualan barang UMKM yang terletak di samping
Diskoperindag. Kemudian pihaknya juga memiliki UPT Tenun dan Batik. Saat ini
pihaknya sedang menambah bangunannya untuk produksi pewarnaan kain tenun. Semua
itu sebagai bentuk komitmen dan keseriusan Pemda dalam mendorong produksi
tenun. “Itulah program Pemda baik jangka pendek maupun menengah. Pertama
sebagai ciri khas branding kita, kedua dampaknya kepada meningkatnya
penghasilan dan membuka lapangan kerja bagi mereka (penenun),” pungkasnya. (Indra Jauhari/Suara NTB/Sumbawa)
0 komentar:
Post a Comment