Mukena bordir khas Bagik Nyake Aikmel Lotim |
Semenjak ditetapkan oleh Pemprov NTB sebagai industri garmen
khusus busana muslim. Masyarakat di Desa Bagek Nyake, Kecamatan Aikmel, Lombok
Timur (Lotim), terus mengembangkan industri mereka. Meski skala kecil, tapi industri
garmen khusus busana muslim jenis
mukenah bordir merambah hingga pasar Malaysia.
Produksi mukenah bordir di Desa Bagek Nyake, umumnya
ditekuni oleh para perempuan dari yang baru
tamat SMA hingga ibu rumah tangga.
Mereka terlihat cukup terlatih mengikuti pola desain mukenah yang dibuat secara
manual. Meskipun dalam proses selanjutnya dibantu dengan peralatan mesin
bordir.
di Lokasi pembuatan mukena, para
perajin cukup telaten mengerjakan pola demi pola. Mereka tidak mau mengambil risiko.
Pasalnya, salah sedikit bakal merusak desain pola lainnya. Risikonya, perajin
harus mengulang dari awal.
Proses bordir mukena Bagik Nyake Lombok Timur |
Seperti halnya Riza, gadis yang menamatkan sekolah di bangku
SMA dua tahun lalu memilih belajar bordir. Ia tidak ingin diam diri dengan
alasan tidak adanya pekerjaan. Iklim yang telah terbentuk sejak lama di desanya,
membuatnya bergairah. Membordir salah satu pilihan untuk mengembangkan
kemampuannya.
Rumitnya desain gambar menjadi tantangan tersendiri bagi Riz.
Karena harus mengikuti orderan pembeli. Kemandirian selama ini, tak ayal
membuatnya bisa membantu memenuhi kebutuhan orangtuanya. Dengan sistem
borongan, per bulan ia dapat mengumpulkan uang Rp 700 hingga 900 ribu.
"Cukuplah buat bantu - bantu orangtua. Daripada main gak karuan,’’ ujarnya, Sabtu (16/7/2016).
Keahliannya itu menjadi kebanggaan keluarganya. Riza pernah
berpikir untuk mandiri membuka kerajinan bordir. Keterbatasan biaya serta
minimnya peralatan jadi penghalang. Meskipun demikian, ia akan tetap belajar
serta mengembangkan kemampuannya. ‘’Ada sih
rencana mau mandiri. Tapi ndak ada
modal,’’ katanya.
Mukena bordir khas Bagik Nyake Lombok Timur |
Di sisi lain, ia merasa miris dengan kebanyakan remaja saat
ini. Tamat sekolah,bukannya mencari pekerjaan malah senang keluyuran. Sebagai
generasi muda, ia menyarankan rekan - rekannya untuk kursus keterampilan
daripada menganggur dan keluyuran tidak jelas.
Hal senada disampaikan, Zuhadah warga Dusun Dasan Bembek,
Desa Mamben Daya, Kecamatan Wanasaba. Keahliannya membordir dimulai sejak tahun
2009 lalu. Mengoperasionalkan mesin bordir, umumnya kesulitan dihadapi oleh
para pemula. ‘’Kesulitan menggunakan mesin. Namanya belajar kesulitan pasti
ada,’’ tuturnya.
Dua tahun belajar, ia memilih membuka usaha sendiri. Pesanan
banyak diterima dari masyarakat dan para saudagar. Hasilnya, Zuhadah dapat
membiayai anaknya hingga kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Lombok
Timur. ‘’Iya Alhamdulillah, anak bisa kuliah,’’ katanya.
Produksi mukenah ini sifatnya musiman. Artinya, hanya bisa dikerjakan
pada saat menjelang Ramadhan, Idul Adha dan hari besar Agama Islam lainnya.
Oleh karena itu, ia mensiasati dengan menjahit. Tapi bagi ibu dua orang anak
ini, penghasilannya sebagai perajin bordir bisa membantu meringankan beban
suaminya.
Pengusaha bordir di Bagek Nyake, Khudri mengaku produksi
mukenah dan jilbab yang umumnya dikerjakan perempuan ini, tak hanya di pasarkan
di NTB. Tapi sudah masuk ke pasar di Malaysia. Ia tetap mempertahankan kualitas
sehingga bisa bersaing dengan produksi skala besar di daerah lainnya. ‘’Bukan
di Lombok saja. Puasa kemarin, malah kita kirim ke Malaysia,’’ akunya.
Produksi mukenah bordir sebulan menghasilkan 200 hingga 350 biji. Biasanya, sudah ada pesanan dari saudagar, sehingga ketika rampung langsung didistribusikan. Bapak tiga orang anak ini mengaku, persaingan level industri besar menjadi tantangan tersendiri. Menurutnya, inovasi serta mempertahankan kualitas bordir jadi ciri tersendiri. Dengan harapan, mukenah bordir produknya bukan saja menjajal Negeri Jiran. Ia berobsesi juga mampu memasarkan produknya di Negara-negara Islam lainnya. (Muhammad Kasim)
0 komentar:
Post a Comment