Ngejot, Tradisi mengantar dulang masyarakat Lenek Lombok Timur saat Lebaran |
Sebagian besar Suku Sasak, khususnya yang tinggal di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur memiliki
tradisi unik yang disebut ngejot. Secara
terminologis, ngejot ini diartikan sebagai kegiatan
mengantarkan sesaji atau dulang dalam
bentuk makanan dari anak kepada orang tua atau kakaknya, dari sanak saudara dan atau dari seseorang
kepada pemimpin.
NGEJOT dilakukan sekali
dalam setahun, yakni pada hari terakhir Ramadhan atau menjelang malam
hari raya idul fitri. Kegiatan Ngejot
ini oleh masyarakat Lenek diupacarakan. Tahun ini, kegiatan
Ngejot jatuh pada Selasa (5/7) lalu dan
diupacarakan di lapangan Wirang Baya Desa Lenek Pesiraman.
Ketua Panitia Ngejot, M.
Tahir Royaldi mengutarakan, budaya Ngejot ini bukanlah budaya
yang dibuat-buat oleh anak-anak zaman sekarang. Melainkan sudah turun temurun.
“Tradisi ngejot ini sudah ada sejak era penjajahan Belanda,” sebutnya.
Menurutnya, Ngejot ini juga
menjadi salah satu cara masyarakat Lenek melakukan sungkem kepada orang tuanya.
Sebagai wujud permintaan maaf dan rasa hormat serta baktinya seorang anak
kepada orang tuanya. Tradisi ini,
lanjutnya menunjukkan bukti tingginya perilaku sosial masyarakat
Sasak, khususnya Lenek yang senang berbagi kepada sesama. Sehingga diminta
tidak dikait-kaitkan dengan hal-hal lainnya.
Camat Aikmel, Hadi
Fathurrahman menguraikan sejatinya, budaya Ngejot ini kental dengan
nuansa religius. Budaya Ngejot memiliki nilai-niai budaya dan agama
yang sangat tinggi. “Ngejot ini adalah suatu profesi yang sangat berarti bagi
masyarakat Lenek,” ungkapnya.
Kontroversi terhadap tradisi
ini diminta camat tidak terlalu diperhatikan. Menurutnya, Ngejot sudah mengakar
di tengah masyarakat Lenek. Ajaran agama Islam juga cukup kental mewarnai
tradisi Ngejot tersebut. Tradisi Ngejot ini diharapkan
bisa dilestarikan. Bila perlu disyiarkan terus.
Sementara itu, dalam
tulisannya, budayawan Lenek, Aris Munandar menjelaskan, sejak berkembangnya
ajaran Isam, banyak kebudayaan Suku Bangsa Sasak diinternalisasi dengan ajaran-ajaran
Agama Islam dalam aktualisasi kebudayaan. Nilai-nilai agama Islam menjadi
pondasi kebudayaan kebudayaan Suku Bangsa Sasak .
Termasuklah, tradisi Ngejot. Di mana,
agama Isam mengajarkan untuk tidak bercerai-berai. Sambung silaturahmi
antarsesama dan saling berbagi antarsesama.
Prosesi Ngejot yang dulu hanya sekadar dalam bentuk bejango dan betanjak berubah menjadi wujud silaturahmi yang sakral. Baik antara
seseorang dengan orang tuanya ataupun dengan pemimpinnya.
Nilai Ngejot ini juga
menujukkan bentuk rasa syukur seseorang atas nikmat yang telah dikaruniakan
oleh Allah SWT. Pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam prosesi Ngejot ini sebenarnya
merupakan wujud aktualisasi perintah Allah SWT.
0 komentar:
Post a Comment