Be Your Inspiration

Friday, 8 July 2016

Ngejot, Tradisi Mengantar Dulang ala Masyarakat Lenek Lombok Timur

Ngejot, Tradisi mengantar dulang masyarakat Lenek Lombok Timur saat Lebaran

Sebagian besar Suku  Sasak, khususnya yang tinggal di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur memiliki tradisi unik yang disebut ngejot. Secara terminologis, ngejot ini diartikan sebagai kegiatan mengantarkan sesaji atau dulang dalam bentuk makanan dari anak kepada orang tua atau kakaknya,  dari sanak saudara dan atau dari seseorang kepada pemimpin.

NGEJOT dilakukan sekali dalam setahun, yakni pada hari terakhir Ramadhan atau menjelang malam hari raya idul fitri. Kegiatan Ngejot ini oleh masyarakat Lenek diupacarakan. Tahun ini, kegiatan Ngejot jatuh pada Selasa (5/7) lalu dan  diupacarakan di lapangan Wirang Baya Desa Lenek Pesiraman.

Ketua Panitia Ngejot, M. Tahir Royaldi mengutarakan, budaya Ngejot ini bukanlah budaya yang dibuat-buat oleh anak-anak zaman sekarang. Melainkan sudah turun temurun. “Tradisi ngejot ini sudah ada sejak era penjajahan Belanda,” sebutnya.

Menurutnya, Ngejot ini juga menjadi salah satu cara masyarakat Lenek melakukan sungkem kepada orang tuanya. Sebagai wujud permintaan maaf dan rasa hormat serta baktinya seorang anak kepada orang tuanya.  Tradisi ini, lanjutnya menunjukkan bukti tingginya perilaku sosial masyarakat Sasak, khususnya Lenek yang senang berbagi kepada sesama. Sehingga diminta tidak dikait-kaitkan dengan hal-hal lainnya.

Camat Aikmel, Hadi Fathurrahman menguraikan sejatinya, budaya Ngejot ini kental dengan nuansa religius. Budaya Ngejot memiliki nilai-niai budaya dan agama yang sangat tinggi. “Ngejot ini adalah suatu profesi yang sangat berarti bagi masyarakat Lenek,” ungkapnya.

Kontroversi terhadap tradisi ini diminta camat tidak terlalu diperhatikan. Menurutnya, Ngejot sudah mengakar di tengah masyarakat Lenek. Ajaran agama Islam juga cukup kental mewarnai tradisi Ngejot tersebut. Tradisi Ngejot ini diharapkan bisa dilestarikan. Bila perlu disyiarkan terus. 

Sementara itu, dalam tulisannya, budayawan Lenek, Aris Munandar menjelaskan, sejak berkembangnya ajaran Isam, banyak kebudayaan Suku Bangsa Sasak diinternalisasi dengan ajaran-ajaran Agama Islam dalam aktualisasi kebudayaan. Nilai-nilai agama Islam menjadi pondasi kebudayaan kebudayaan Suku Bangsa Sasak .

Termasuklah, tradisi Ngejot. Di mana, agama Isam mengajarkan untuk tidak bercerai-berai. Sambung silaturahmi antarsesama dan saling berbagi antarsesama.  Prosesi Ngejot yang dulu hanya sekadar dalam bentuk bejango dan betanjak berubah menjadi wujud silaturahmi yang sakral. Baik antara seseorang dengan orang tuanya ataupun dengan pemimpinnya.

Nilai Ngejot ini juga menujukkan bentuk rasa syukur seseorang atas nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT. Pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam prosesi Ngejot ini sebenarnya merupakan wujud aktualisasi perintah Allah SWT.

Sisi lain dari prosesi Ngejot ini adalah sebagai rangkaian akhir dari perjuangan selama sebulan penuh  berpuasa. Menahan hawa nafsu. Dipandang belum sempurna rasanya jika seseorang melaksanakan lebaran, namun belum melakukan Ngejot. Ada kebanggaan tersendiri dari masyarakat Lenek yang telah melaksanakan prosesi Ngejot. Termasuk dari kalangan keluarga dan pemimpin yang didatangi untuk dihantarkan sesajian tersebut.  (Rusli - Lotim)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive