Be Your Inspiration

Monday, 6 February 2017

Kerajinan Kulit dan Kuningan Kreasi Hasil Siswa SLB Dharma Wanita Provinsi NTB

- Pembina keterampilan SLB Dharma Wanita Provinsi NTB Sukirin menunjukkan hasil kreasi siswa SLB yang terbuat dari kuningan

Anak-anak berkebutuhan khusus selama ini selalu mendapat stigma negatif dari masyarakat umum, karena ketidakmampuan mereka. Padahal banyak anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterampilan atau bakat yang tidak kalah dengan orang normal lainnya. Seperti apa keterampilan dan bakat yang dimiliki?
SLB Dharma Wanita Provinsi NTB yang berada di Jalan Transmigrasi Majeluk Mataram, mengajarkan pelajaran keterampilan yang dapat berguna bagi anak-anak didiknya setelah lulus nanti. Salah satunya adalah keterampilan kerajinan kulit, kuningan dan keset.
Menurut pembina pelajaran keterampilan ini, Sukirin S.Pd, pelajaran keterampilan sudah diajarkan di SLB ini sejak tahun 1980 saat SLB baru berdiri. “Tetapi untuk keterampilan kuningan baru ada tahun 2002, yang keset sejak tahun 2011, dan griya kulit sejak tahun 2015,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Senin (23/1/2017).
“Dari griya kulit ini anak-anak bisa membuat ikat pinggang, gantungan kunci, dan dompet. Kalau yang kuningan bisa membuat hiasan dinding kaligrafi, tulisan arab, miniatur kereta kencana dan lainnya,” jelas Sukirin. Keterampilan griya kulit ini, katanya, dipelajarinya di Yogyakarta yang kemudian diajarkannya kembali ke anak-anak didiknya. “Anak-anak SLB banyak yang tertarik di keteramipilan griya kulit dan kuningan ini karena bentuknya gambar,” jelas Sukirin.
Gantungan kunci hasil kreasi siswa SLB Dharma Wanita Provinsi NTB

Sedangkan untuk keset, banyak juga yang tertarik, karena cara pembuatannya yang mudah. “Saya menemukan alat pembuat keset yang gampang untuk anak-anak SLB kerjakan. Alatnya juga sudah banyak beredar di hampir seluruh Indonesia. Harganya Rp 2,5 juta,” terangnya. Penggunaannya yang mudah dan bisa menghasilkan keset dalam waktu yang tidak terlalu lama. “Dalam 1 jam bisa jadi 1 keset ukuran 40 x 60 cm. Satu kali pertemuan bisa jadi 2 keset,” lanjutnya.
Peminat mata pelajaran keterampilan ini sendiri cukup banyak. “Untuk kuningan ada 4 orang, yang kulit ada 3 orang dan keset ada 4 orang. Dulu banyak peminatnya, tetapi dibagi dengan keterampilan lain soalnya ada banyak keterampilan lain yang diajarkan di sini,” terangnya.
Bahan baku kerajinan ini didatangkan dari berbagai daerah, seperti Solo untuk kain perca pembuatan keset, kuningan dari Surabaya, dan kulit dari Yogyakarta.

Harga yang ditawarkan untuk produk kerajinan yang dibuat anak-anak SLB Dharma Wanita sendiri bervariasi. Untuk keset dihargai sebesar Rp 40 ribu, ikat pinggang dari kulit kambing seharga Rp 200 ribu, kaligrafi ukuran 30 x 40 cm seharga Rp 250 – 300 ribu dan hiasan dinding tulisan Arab dihargai Rp 3,5 juta. Pemasaran produk ini hanya dijual di dalam area sekolah saja. “Belum diedarkan di luar. Tetapi ini sudah banyak laku, karena kalau ada kunjungan ke sini pasti banyak yang laku kerajinan ini,” kata Sukirin.
Dengan diajarkannya keterampilan ini, Sukirin berharap anak-anak SLB nantinya dapat memiliki keterampilan yang mereka gunakan untuk bekerja. “Ada anak SLB di Praya yang bisa buat keset ini, setelah lulus dia pinjam alatnya di sekolah, karena belum bisa beli dan hasilnya dijual sendiri,”ceritanya.
Ia juga berencana membuka galeri kerja SLB Dharma Wanita ini terbuka untuk umum dengan membuka toko sekaligus memamerkan kerajinan-kerajinan anak-anak SLB. (uul/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive