- Pembina keterampilan SLB Dharma Wanita Provinsi NTB Sukirin menunjukkan hasil kreasi siswa SLB yang terbuat dari kuningan |
Anak-anak berkebutuhan khusus selama ini selalu
mendapat stigma negatif dari masyarakat umum, karena ketidakmampuan mereka.
Padahal banyak anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterampilan atau bakat
yang tidak kalah dengan orang normal lainnya. Seperti apa keterampilan dan
bakat yang dimiliki?
SLB Dharma Wanita Provinsi NTB yang berada di Jalan Transmigrasi Majeluk
Mataram, mengajarkan pelajaran keterampilan yang dapat berguna bagi anak-anak
didiknya setelah lulus nanti. Salah satunya adalah keterampilan kerajinan
kulit, kuningan dan keset.
Menurut pembina pelajaran keterampilan ini, Sukirin
S.Pd, pelajaran keterampilan sudah diajarkan di SLB ini sejak tahun 1980 saat
SLB baru berdiri. “Tetapi untuk keterampilan kuningan baru ada tahun 2002, yang
keset sejak tahun 2011, dan griya kulit sejak tahun 2015,” terangnya saat
ditemui Ekbis NTB, Senin (23/1/2017).
“Dari griya kulit ini anak-anak bisa membuat ikat
pinggang, gantungan kunci, dan dompet. Kalau yang kuningan bisa membuat hiasan
dinding kaligrafi, tulisan arab, miniatur kereta kencana dan lainnya,” jelas Sukirin.
Keterampilan griya kulit ini, katanya, dipelajarinya di Yogyakarta yang kemudian
diajarkannya kembali ke anak-anak didiknya. “Anak-anak SLB banyak yang
tertarik di keteramipilan griya kulit dan kuningan ini karena bentuknya
gambar,” jelas Sukirin.
Gantungan kunci hasil kreasi siswa SLB Dharma Wanita Provinsi NTB |
Sedangkan untuk keset, banyak juga yang tertarik, karena cara pembuatannya
yang mudah. “Saya menemukan alat pembuat keset yang gampang untuk anak-anak SLB
kerjakan. Alatnya juga sudah banyak beredar di hampir seluruh Indonesia.
Harganya Rp 2,5 juta,” terangnya. Penggunaannya yang mudah dan bisa menghasilkan
keset dalam waktu yang tidak terlalu lama. “Dalam 1 jam bisa jadi 1 keset
ukuran 40 x 60 cm. Satu kali pertemuan bisa jadi 2 keset,” lanjutnya.
Peminat mata pelajaran keterampilan ini sendiri cukup
banyak. “Untuk kuningan ada 4 orang, yang kulit ada 3 orang dan keset ada 4 orang.
Dulu banyak peminatnya, tetapi dibagi dengan keterampilan lain soalnya ada
banyak keterampilan lain yang diajarkan di sini,” terangnya.
Bahan baku kerajinan ini didatangkan dari berbagai daerah,
seperti Solo untuk kain perca pembuatan keset, kuningan dari Surabaya, dan
kulit dari Yogyakarta.
Harga yang ditawarkan untuk produk kerajinan yang
dibuat anak-anak SLB Dharma Wanita sendiri bervariasi. Untuk keset dihargai
sebesar Rp 40 ribu, ikat pinggang dari kulit kambing seharga Rp 200 ribu,
kaligrafi ukuran 30 x 40 cm seharga Rp 250 – 300 ribu dan hiasan dinding tulisan Arab dihargai Rp 3,5 juta.
Pemasaran produk ini hanya dijual di dalam area sekolah saja. “Belum diedarkan
di luar. Tetapi ini sudah banyak laku, karena kalau ada kunjungan ke sini pasti banyak yang laku
kerajinan ini,” kata Sukirin.
Dengan diajarkannya keterampilan ini, Sukirin berharap
anak-anak SLB nantinya dapat memiliki keterampilan yang mereka gunakan untuk
bekerja. “Ada anak SLB di Praya yang bisa buat keset ini, setelah lulus dia
pinjam alatnya di sekolah, karena belum bisa beli dan hasilnya dijual
sendiri,”ceritanya.
Ia juga berencana membuka galeri kerja SLB Dharma
Wanita ini terbuka untuk umum dengan membuka toko sekaligus memamerkan
kerajinan-kerajinan anak-anak SLB. (uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment