Kulit untuk membuat perkakas cidomo di Lingkungan Perbawa Lombok Tengah |
Cidomo merupakan salah satu transportasi tradisional
yang masih banyak ditemukan di daerah Lombok. Biasanya, kuda sebagai penarik
cidomo diberi hiasan-hiasan agar terlihat menarik perhatian. Perlengkapan ini terbuat dari kulit sapi yang
dibentuk menjadi berbagai bentuk sesuai kebutuhan si pengguna. Namun, kini
kerajinan kulit perkakas cidomo makin tergusur setelah makin banyaknya ojek dan
kendaraan pribadi.
LINGKUNGAN Perbawa, Kelurahan Tiwu
Galih Praya Lombok Tengah adalah sentra perajin perkakas cidomo dari kulit yang paling terkenal
di
Pulau Lombok. Biasanya, cidomo berjaya sebelum ojek menjamur, permintaan
perkakas cidomo cukup tinggi. Hal ini berpengaruh terhadap banyaknya perajin
yang menggeluti usaha ini.
Asesoris cidomo, seperti pecut dan hiasan di kepala kuda Lombok Tengah |
Seiring kemajuan zaman dan banyaknya
masyarakat yang dulunya naik cidomo telah memiliki kendaraan, khususnya sepeda
motor, membuat permintaan perkakas cidomo menurun. Di mana, pemilik cidomo
semakin berkurang, karena jumlah penumpang yang semakin menurun.
Salah satu perajin kerajinan ini adalah L. Zainal
Abidin. Zainal Abidin sudah menekuni profesi kerajinan perkakas cidomo hampir 40 tahun. “Saya
buatnya dari umur 15 tahun, di sini memang sudah turun-temurun
buatnya. Juga tempat pertama di Lombok yang buat seperti ini (perkakas cidomo)
sebelum muncul yang lain,” katanya saat ditemui Selasa (31/1/2017).
tali kekang produksi perajin khas Lingkungan Perbawa Lombok Tengah |
Keterampilannya membuat perkakas cidomo ini,
diakuinya, juga merupakan bakat turunan dari orangtuanya. Ada berbagai macam
perlengkapan cidomo yang dibuatnya, seperti kalung, topengan, gendongan, tali,
pengaluk/kemudi, kasuran, pecut, ampak-ampak dan sobeng. “Bahan bakunya
diperoleh dari Surabaya, kalau di sini jarang soalnya. Satu kulit
harganya Rp 100 ribu/buah,” terang Zainal. Dalam 2 minggu, ia bisa menghasilkan
1 stel perkakas cidomo. “Kalau hanya kalung, bisa jadi 1 buah/hari,” terangnya.
Harga yang ditawarkan pun beragam, tergantung model
dan jenisnya. “Kalau 1 kalung harganya Rp 300 ribu, tetapi kalau belinya 1 stel
harganya Rp 3,5 juta,” jelas Zainal. Hasil kerajinannya ini sendiri banyak dipasarkan
di Bertais, Gerung, dan kawasan Gili. “Kalau di sini, tidak terlalu laku
karena kalah saing sama ojek,” akunya.
Keluhan sama disampaikan Lalu Supardi. Pesanan perkakas cidomo di
Loteng kurang, karena
kalah bersaing dengan adanya ojek. “Yang paling banyak pesanan itu dari Gerung
dan Gili Trawangan,” katanya.
Asesoris kepala kuda produksi Lingkungan Perbawa Lombok Tengah |
Untuk itu, selain membuat perlengkapan cidomo, ia juga
menerima servis perlengkapan cidomo serta membuat kerajinan kulit lainnya
seperti dompet, sabuk dan lainnya.
Perlengkapan yang dibuat Supardi, sama dengan yang
dibuat Zainal, seperti
sumpringan, bokem untuk kuda balap, lempengan biji, kasuran, subeng, tali
elong, topengan dan lainnya. Harganya pun bervariasi, tergantung model dan
bahan yang digunakan. “Kalau kasuran harganya Rp 350 ribu/biji, lempengan biji
Rp 15 ribu/biji, tali elong Rp 200 – 350 ribu/buah, sumpringan Rp 15 ribu/buah,
dan topengan Rp 500 ribu/biji. Kalau 1 set lengkap, harganya Rp 4,4 juta kalau
yang bagus dan ada hiasannya, sedangkan kalau yang biasa harganya hanya Rp 3 –
3,5 juta,” terangnya.
Sedangkan jika hanya ingin diservis saja, Supardi
memberi harga hanya Rp 75 ribu untuk kalungan dan Rp 500 ribu untuk 1 set.
Jumlah perajin perlengkapan cidomo di Perbawa, kata
Supardi, juga berkurang drastis dibandingkan dengan dahulu. “Kalau dulu ada 65
orang yang berprofesi menjadi perajin, tetapi sekarang hanya tinggal 8 orang
saja yang masih bertahan,” katanya.
Namun, masih ada regenerasi pada generasi
muda walau mereka sekarang tidak terlalu berminat. Pemerintah daerah juga,
jelasnya, tidak pernah memberikan perhatian terhadap para perajin. “Jadi
semuanya hanya dari usaha sendiri,” katanya.
Supardi berharap, ke depannya usaha kerajin
perlengkapan cidomo ini bisa lebih maju lagi. “Ingin maju usahanya, agar ada
untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya,” terangnya. (uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment