Perajin bambu Bujak Batukliang Lombok Tengah |
DESA
Bujak Kecamatan Batukliang Lombok Tengah (Loteng) merupakan salah satu desa
yang dipenuhi dengan kerajinan tangan, khususnya berbahan bambu. Banyak jenis
kerajinan dari bambu yang bisa diperoleh di tempat ini. Misalnya, berugak,
kandang ayam, kurungan atau pagar berbahan bambu.
Papuq Eman, salah seorang
perajin bambu menuturkan, kerajinan
bambu yang diproduksi di Bujak
pemasarannya sudah sampai Flores, Nusa Tenggara Timur. “Biasanya bisa kirim
sampai 1 Fuso
dengan berbagai macam kerajinan yang diperoleh dari perkumpulan perajin di sini,” terangnya saat
ditemui, Rabu (18/1/2017).
Pria 72 tahun
yang sudah membuat kerajinan bambu sejak tahun 1980-an ini mengatakan, yang
paling banyak diminati konsumen adalah kandang ayam serta kurungan ayam jantan
dan ayam bangkok. Pembeli atau
pengepul biasanya datang langsung untuk dijual kembali. Apalagi, bagi warga membuat kerajinan ini tidak
memakan waktu lama dan masih bisa dikerjakannya sendiri.
“Kalau kandang
2 lokal bisa jadi dalam 1 hari, sedangkan yang 1 lokal bisa jadi 2 buah/hari.
Yang kurungan ayam jantan bisa jadi 1 buah/hari soalnya sulit untuk
merangkainya, kalau yang
kurungan ayam bangkok bisa jadi 2 buah/hari,”
terangnya.
Kerajinan bambu dari Bujak Lombok Tengah |
Harganya pun
bervariasi tergantung keinginan konsumen. “Kandang 2 lokal harganya Rp 80
ribu/buah, kandang 1 lokal Rp 30 – 40 ribu/buah, kurungan ayam jantan Rp 50
ribu/buah, kurungan ayam bangkok Rp 50 – 100 ribu/buah,” jelasnya.
Bahan baku
bambu sendiri, kata papuq Eman, didapatkannya dari sekitaran Kecamatan
Batukliang seperti di Aiq Beriq dan Aik Bukaq. “Pesannya bisa sampai 2 truk
yang isinya 400 batang, itu pun bisa habis dalam seminggu soalnya dibagi dengan
perajin yang lain. Saya hanya sebagai tengkulak/agennya saja,” akunya.
Ia menjelskan,
harga bambu sekarang mencapai Rp 10 -15 ribu/batang tergantung dari besar
bambunya. “Kalau bambu petung yang untuk buat berugak itu harganya Rp 100
ribu/batang dengan panjang 20 meter,” jelasnya.
Papuk
Eman menceritakan kelompok perajin bambu
di desanya sering mendapat uang pembinaan dari pemerintah dengan besaran Rp 25
juta yang digunakan untuk moda. “Kita juga pernah diberi bantuan alat, tetapi
hasilnya tidak bagus dibandingkan alat manual yang dipakai,” katanya. Ia
berharap, usaha kerajinan bambu di Bujak
tetap terus ada karena selalu ada regenerasi, serta bisa terus mengembangkan
usaha agar lebih maju. (Uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment