Yunani sedang mengerjakan kaligrafi di salah satu masjid di Pulau Lombok NTB |
KALIGRAFI
merupakan salah satu jenis karya seni rupa yang menekankan keindahan yang
terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah dimodifikasi atau digayakan, sehingga mempunyai
nilai estetika. Tulisan kaligrafi biasanya banyak kita temukan di masjid atau
rumah. Profesi kaligrafer sendiri di Lombok belum terlalu banyak ditekuni oleh
orang, karena membutuhkan
kesabaran yang tinggi.
Salah satu
kaligrafer yag sering menerima orderan melukis kaligrafi di Lombok adalah
Yunani S.Pdi. Pria asal Telagawaru, Labuapi, Lombok Barat ini menuturkan ia
belajar kaligrafi secara otodidak. "Tahun 1995 saat saya masih MTs, teman saya banyak
yang buat kaligrafi dan saya ikut-ikutan buat. Terus banyak teman yang pesan
sama saya," katanya
saat ditemui Sabtu
(31/12/2016) di Hotel Pratama, Mataram.
Yunani mulai
secara serius menekuni dunia kaligrafi saat mulai kuliah. Baru pada tahun 2000,
ia mulai mengikuti lomba MTQ dari tingkat kecamatan. "Kemudian ikut lomba
ke tingkat kabupaten mewakili Lombok Tengah, terus lanjut ke tingkat provinsi
dan nasional" kata Yunani. Di tingkat nasional sendiri, ia sudah 4 kali
mengikuti lomba MTQ mewakili Provinsi NTB.
Karya kaligrafi
yang dihasilkannya kebanyakan berupa kaligrafi kontemporer, di mana kaligrafi
berbentuk lukisan menggunakan gaya ekspresionis. "Kaligrafi kontemporer
ini, huruf atau ayat kaligrafi bebas dibentuk dengan berbagai model tetapi
sesuai kaidah. Orang akan melihatnya sebagai bentuk benda tapi sebenarnya itu
adalah huruf atau tulisan kaligrafi," jelas Yunani yang juga pengajar di
Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri. Jadi, orang akan mendapat dua keuntungan
yaitu lukisan dan tulisan kaligrafi.
Yunani dan hasil karya kaligrafinya. |
Kaligrafi
kontemporer sendiri ditekuninya sejak 3 tahun lalu. "Saya terinspirasi
oleh Amri Yahya yang lukisannya bisa terjual jutaan," kata pria 36 tahun
ini.
Tidak heran ,ia
banyak menerima pesanan dari berbagai pihak yang tertarik akan karyanya.
"Salah satunya adalah di Masjid Menara Kembar Tunggal di Banyumulek
itu,"terang pria Dewan Hakim Kaligrafi Provinsi NTB ini.
Biasanya untuk
pengerjaan satu buah menara kubah, membutuhkan waktu hingga 5 minggu tergantung
ukuran kubah. "Tapi kita bisa dapat Rp 25 juta sekali pengerjaan dengan ukuran
95 m2," kata Yunani. Untuk setiap meter kubah, harganya bisa mencapai Rp
400 ribu/meter tergantung besarnya kubah yang dikerjakan. Sedangkan jika untuk
dinding masjid, harganya bisa Rp 300 ribu/meter.
Ia juga menjual
lukisan kaligrafi yang dijualnya Rp 200 ribu untuk ukuran 60x40 cm dan Rp 400
ribu untuk ukuran 120 cm x 1 meter. "Dalam melukis harus memaknai dan
tenang saat mengerjakannya," kata Yunani. Ia lebih suka melukis kaligrafi
berdasar kreasi sendiri tanpa ada intervensi dari yang lain. "Kalau
berdasarkan pesanan, susah untuk
mengapresiasikannya ke dalam bentuk yang diinginkan," terangnya.
Menurut Yunani,
perkembangan kaligrafi di NTB sangat bagus karena minat masyarakat yang tinggi
terhadap kaligrafi karena mayoritas penduduk Muslim. "Tetapi di sini belum banyak
kaligrafer yang membuat kaligrafi untuk konsumsi umum, hanya saat ada pesanan
dan lomba saja baru buat," terangnya.
Ke depannya, ia ingin di setiap rumah memiliki tulisan
kaligrafi agar terus mengingat Al Qur'an
dan terus menggalakkan kaligrafi ke masyarakat umum. (Uul Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment