Selain Kerajaan Selaparang yang
memiliki daerah kekuasaan cukup luas di Lombok, juga terdapat kerajaan
Pejanggik yang berada di daerah Pejanggik, Lombok Tengah. Bukti kerajaan ini
pernah berdiri bisa dilihat dari adanya Makam Serewa di Dusun Serewa, Desa
Pejanggik, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah. Makam ini berada tepat di
samping jalan Praya-Mujur dan berada di sebuah bukit yang dikelilingi rimbunnya
pohon kamboja berusia ratusan tahun.
Menurut Inaq Sumiati, penjaga Makam
Serewa, saat ditemui Ekbis NTB, Rabu
(28/12/2016) nama Serewa diambil dari Bahasa
Sasak. “Serewa itu nama pendeknya Sereok, karena di sini terakhir kali
dilihat Datu Pejanggik dulu sebelum menghilang,” terangnya.
Ia menjelaskan,
di Makam Serewa tersebut
terdapat batu nisan yang ditutup dengan kayu dan kain putih yang menjadi
penanda tempat dilihatnya Datu Pejanggik dulu. “Makam yang lain disana
itu hanya istri dan pengiringnya saja,” kata Inaq Sumiati yang ditemani anak, menantu dan
cucunya saat wawancara.
Sedangkan makam
keturunan Datu Pejanggik berada di Kelebuh di tempat yang dikenal dengan Bale
Beleq. Total ada 15 makam di tempat tersebut yang disusun bertingkat sesuai
pangkat mereka dahulu. Ukuran luas makam juga berbeda antar tingkatan yang
menambah cerita sejarah di dalamnya. Ia menuturkan, Makam Serewa sudah
menjadi cagar budaya sejak tahun 1992 lalu.
Plang Makam Serewa Praya Tengah Lombok Tengah |
Di pelataran
makam, terdapat beberapa pohon kamboja yang berdiri kokoh membentengi makam.
Ukurannya yang besar seakan menceritakan dirinya yang sudah berumur ratusan
seperti umur makam tersebut. “Sering ada yang ingin beli pohon itu, tetapi saya
tidak memberikannya. Takut sama yang punya (jin),” ujar. Menurutnya, pohon
tersebut dilindungi oleh jin yang bisa mengganggu jika terusik.
Selain makam,
terdapat juga sumur kecil yang mungkin berdiameter 20 cm dengan kedalaman hanya
1 meter di dekat makam. “Kadang airnya keluar, kita juga bisa menyentuh
dasarnya tetapi tergantung niatnya,” kata Inaq Sumiati. Air di sumur tersebut bisa
bertahan bertahun-tahun tanpa adanya lumut dan lebih bersih dibandingkan air
mineral. Tidak heran, makam ini selalu didatangi orang-orang untuk berziarah
tiap minggunya.
Dalam
hal ini, pihaknya mengharapkan perhatian pemerintah terhadap keberadaan makam
ini.. “Sebelum bupati yang sekarang, kita dibuatkan
berugak serta jalan menuju makam. Sekarang tidak ada perhatian,” katanya.
Memang terlihat
jika 3 berugak yang ada kondisinya sudah tidak layak pakai. Ia menambahkan
tempat ini hanya diperhatikan saat ada Perang Timbung saja yang diadakan setiap
bulan Agustus. (uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment