Kain motif Rangrang Sukarara Lombok Tengah yang banyak dipesan dari luar daerah.
|
Di antara kita
pasti pernah melihat kain motif Rangrang ini, karena beberapa tahun belakangan
memang sedang menjadi tren di masyarakat. Berbagai macam tas, baju atau
perlengkapan lain banyak menggunakan motif ini sebagai bahan utama produknya.
Motif Rangrang merupakan motif kain tenun tradisional yang sudah turun-temurun
tersimpan di daerah tertentu di bagian Indonesia Tengah.
Menurut Inaq Maryam dan Inaq Sul, penenun kain di Desa Sukarara, motif
Rangrang baru booming sejak 5 tahun lalu. “Mulai dari tahun 2011 boomingnya.
Rangrang ini asalnya dari Bali,” katanya saat ditemui Ekbis NTB, Rabu (28/12/2016).
Menurutnya,
nama
Rangrang berasal dari benangnya yang jaraknya jarang-jarang. “Dalam satu kain, bisa
menggunakan 6-7 warna benang dengan berbagai macam motif,” terang Inaq Sul.
Ukuran kain
Rangrang yang biasa dibuatnya adalah 2 meter. Rangrang bisa jadi 2 hari, beda
dengan kain songket yang bisa sampai 1 bulan. Tetapi kerumitan pembuatan kain
motif Rangrang adalah saat menumpuk benangnya itu. “Sampai pusing kita
dibuatnya karena terlalu lama menunduk, prosesnya bisa 1 hari hanya untuk itu
saja,” akunya.
Salah satu tas yang dibuat menggunakan motif Rangrang khas Sukarara Lombok Tengah. |
Inaq Maryam menambahkan
motif-motif Rangrang sendiri ada bermacam-macam, seperti bentuk M, Z, wajik,
bianglala, ketupat, enggol (lurus)
dan lainnya. “Motifnya sendiri tergantung selera pembeli, kita menyesuaikan
dengan pesanan mereka,” terangnya.
Harga kain motif
Rangrang diakui Inaq
Maryam tidak setinggi harga kain songket. “Modalnya hanya Rp 150 ribu, nanti
jualnya Rp 200 ribu tergantung modelnya,” katanya. Beda dengan kain songket
yang bisa mencapai Rp 3 juta untuk setiap kain.
Pemasaran untuk
kain motif Rangrang, kata Inaq
Maryam, dijualnya ke Bali. “Di Bali, mereka pesannya di sini untuk Rangrang dan
Songket, jadi siklusnya berputar,” katanya. Tetapi, ia juga mempunyai bos dari
Jakarta yang menampung hasil kerjanya. “Biasanya dia pesan sampai 2 karung
dengan isi 100 kain. Tetapi pesanannya datang kalau di sana sudah habis
dijual,” katanya.
Menurutnya,
kain
tenun motif Rangrang yang dibuatnya menjadi bahan baku untuk berbagai macam
kerajinan. “Kita di sini
hanya buat untuk jadi bahan baku, kalau di Jakarta itu dibuat jadi baju atau
tas,” katanya. Di galeri yang dimilikinya juga, terdapat kerajinan tangan
dengan motif Rangrang
seperti tas tangan atau tas-tas kecil yang banyak diminati. (uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment