Be Your Inspiration

Tuesday, 3 January 2017

Motif Rangrang Sukarara, Tren Busana Modern Masa Kini


Kain motif Rangrang Sukarara Lombok Tengah yang banyak dipesan dari luar daerah. 

Di antara kita pasti pernah melihat kain motif Rangrang ini, karena beberapa tahun belakangan memang sedang menjadi tren di masyarakat. Berbagai macam tas, baju atau perlengkapan lain banyak menggunakan motif ini sebagai bahan utama produknya. Motif Rangrang merupakan motif kain tenun tradisional yang sudah turun-temurun tersimpan di daerah tertentu di bagian Indonesia Tengah.
Menurut Inaq Maryam dan Inaq Sul, penenun kain di Desa Sukarara, motif Rangrang baru booming sejak 5 tahun lalu. “Mulai dari tahun 2011 boomingnya. Rangrang ini asalnya dari Bali,” katanya saat ditemui Ekbis NTB, Rabu (28/12/2016).
Menurutnya, nama Rangrang berasal dari benangnya yang jaraknya jarang-jarang. “Dalam satu kain, bisa menggunakan 6-7 warna benang dengan berbagai macam motif,” terang Inaq Sul.
Ukuran kain Rangrang yang biasa dibuatnya adalah 2 meter. Rangrang bisa jadi 2 hari, beda dengan kain songket yang bisa sampai 1 bulan. Tetapi kerumitan pembuatan kain motif Rangrang adalah saat menumpuk benangnya itu. “Sampai pusing kita dibuatnya karena terlalu lama menunduk, prosesnya bisa 1 hari hanya untuk itu saja,” akunya.
Salah satu tas yang dibuat menggunakan motif Rangrang khas Sukarara Lombok Tengah. 

Inaq Maryam menambahkan motif-motif Rangrang sendiri ada bermacam-macam, seperti bentuk M, Z, wajik, bianglala, ketupat, enggol (lurus) dan lainnya. “Motifnya sendiri tergantung selera pembeli, kita menyesuaikan dengan pesanan mereka,” terangnya.
Harga kain motif Rangrang diakui Inaq Maryam tidak setinggi harga kain songket. “Modalnya hanya Rp 150 ribu, nanti jualnya Rp 200 ribu tergantung modelnya,” katanya. Beda dengan kain songket yang bisa mencapai Rp 3 juta untuk setiap kain.
Pemasaran untuk kain motif Rangrang, kata Inaq Maryam, dijualnya ke Bali. “Di Bali, mereka pesannya di sini untuk Rangrang dan Songket, jadi siklusnya berputar,” katanya. Tetapi, ia juga mempunyai bos dari Jakarta yang menampung hasil kerjanya. “Biasanya dia pesan sampai 2 karung dengan isi 100 kain. Tetapi pesanannya datang kalau di sana sudah habis dijual,” katanya.
Menurutnya, kain tenun motif Rangrang yang dibuatnya menjadi bahan baku untuk berbagai macam kerajinan. “Kita di sini hanya buat untuk jadi bahan baku, kalau di Jakarta itu dibuat jadi baju atau tas,” katanya. Di galeri yang dimilikinya juga, terdapat kerajinan tangan dengan motif Rangrang seperti tas tangan atau tas-tas kecil yang banyak diminati. (uul/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive