Nurul Hikmah di Lombok Timur dengan hasil karya bonsai cantiknya |
INSPIRASI bisa datang dari mana saja,
termasuk dari lingkungan sekitar. Seperti yang dilakukan Nurul Hikmah, yang
memanfaatkan sampah plastik bekas jualan orangtuanya yang diubahnya menjadi
kerajinan miniatur bonsai yang cantik. Usaha yang dimula dari tahun 2010 ini ,
diawali dari membuat boneka sampah yang dibuatnya sejak SMA baru kemudian
beralih ke bonsai.
Jika kita melihat sekilas pohon bonsai ini
maka akan sulit membedakannya dengan yang asli, kecuali jika kita melongok ke
bawah pohon. Maka akan terlihat bekas plastik yang menjadi bahan baku pembuatan
pohon plastik ini. Daunnya pun terlihat terbuat dari kertas padahal terbuat
dari plastik juga.
“Ide pohon bonsai dari plastik ini belum
pernah saya lihat ada yang buat, paling yang ada dari kayu,“ terangnya saat ditemui di rumah sekaligus tempat
usahanya di Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, Rabu (18/1/2017).
Pembuatan pohon bonsai dari plastik ini pun
dilakukan oleh seluruh keluarganya. “Untuk melelehkan plastiknya itu bapak,
yang pasang ranting sama daun itu saya dan kakak, jadi bisa dibilang ini usaha
keluarga juga,” kata Nurul.
Pembuatan pohon bonsai dari plastik ini,
kata Nurul, dimulai dengan melilitkan plastik menjadi satu kemudian dibakar.
“Hasil desain batang plastiknya ini selalu beda setelah dibakar, jadi setiap
model tidak sama bentuknya,” terangnya. Setelah batang utama jadi, kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan
menempelkan ranting dan daun. Daunnya dibuat dari kertas kresek yang tebal dan
diseterika. “Dulu untuk daunnya kita beli, tetapi sekarang sudah bisa buat
sendiri. Ditempelinnya pun menggunakan lampu tempel, karena kalau pakai lilin
tidak bisa bisa,” kata Nurul.
Pohon bonsai yang berukuran kecil bisa
selesai dikerjakan dalam waktu 2 hari kalau dikerjakan berdua. “Kalau yang
besar bisa lama waktunya, soalnya dikerjakan bapak setelah pulang berjualan,”
kata Nurul.
Bonsai cantik produksi Lombok Timur hasil karya Nurul Hikmah |
Ia juga mencoba-coba membuat miniatur
karang yang belum selesai pengerjaannya, karena belum ditambahkan
hiasan-hiasan. “Kita juga ada rencana mau buat kursi dan meja dari plastik,
tapi masih belum bisa terealisasi,” tukasnya.
Pemasaran untuk produk pohon plastik ini
sendiri lebih banyak melalui sosial media. Kalau mengharapkan warga sekitar,
mereka maunya beli murah saja. Padahal harga pohon bonsai ditentukan dari lama
pengerjaan, bentuk dan tingkat kesulitannya. Jadi, tidak heran harganya
berkisar antara Rp 50 – 250 ribu untuk 1 pohon.
“Kita sudah pernah mengirim ke Kalimantan,
Sumatera dan seluruh Indonesia. Mereka puas dengan karya kita karena banyak
yang bilang hasilnya bagus,” terang Nurul.
Pohon bonsai plastik ini sendiri mulai
dikenal, tukasnya, setelah salah seorang anggota MPR RI, Mukhlis Hasim, M.Si, menggunggahnya di sosmed miliknya.
“Kalau dulu pemasarannya hanya lewat mulut ke mulut,” tambahnya.
Perhatian yang diterimanya untuk usahanya
ini dari pemerintah daerah belum ada. “Baru dari pemerintah desa saja yang
memberikan perhatian,” kata Nurul.
Selain itu, ia juga kesulitan memenuhi
pesanan dan tawaran kerjasama karena proses pengerjaan yang masih dilakukan
secara maksimal. Ia berharap pemerintah bisa memberi perhatian pada usaha
miliknya ini. “Soalnya banyak bank sampah yang mau bekerja sama tetapi kita
belum sanggup,” lanjutnya.
Ia juga berharap
ke depannya bisa membuka tempat pelatihan pembuatan pohon plastik ini
agar masyarakat sekitar bisa ikut berpartisipasi sehingga bisa membuka lapangan
pekerjaan baru. (Uul/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment