Motif Batik Sasambo |
SEJAK diperkenalkan ke khalayak umum di akhir tahun
2009, batik Sasambo mulai dikenal oleh publik. Motif-motif dari tiga suku asli
NTB yaitu Sasak, Samawa, dan Mbojo yang didominasi motif flora dan fauna
menyita perhatian pecinta batik. Bahkan batik Sasambo pernah dijadikan sebagai
pakaian wajib bersama kain tenun, meski sekarang sudah tidak pernah terdengar
kembali gaungnya.
“Setelah era kepemimpinan presiden yang sekarang,
ajakan menggunakan batik Sasambo sebagai pakaian wajib sudah tidak ada lagi.
Malahan sekarang lebih digembar-gemborkan penggunaan kain tenun,” terang
Samsir, salah satu pioneer batik Sasambo sekaligus perajin batik khas NTB ini
yang masih bertahan.
Ditemui di rumah sekaligus sentra produksi dan
gallerinya yang berlokasi di jalan pariwisata Rembitan-Kuta, Pujut, pria asli
Klaten ini menceritakan bagaimana awal mulanya dirinya mulai memproduksi batik
Sasambo ini.
“Saya sudah mulai usaha batik ini sejak tahun 1991,
tetapi kalau batik Sasambo dari tahun 2009 saat launching itu. Sampai sekarang
saya masih tetap berproduksi,” jelas bapak 3 anak ini.
Motif-motif yang biasa dibuat Samsir untuk batiknya
merupakan ikon khas NTB seperti cabai, nyale, kangkung, bunga kenanga, dan
lainnya. “Hampir di semua kain batik buatan saya, selalu disertakan gambar
lumbung padi sebagai lambang khas NTB. Wong turis datang ke sini buat lihat yang itu,”
kelakarnya. Pembuatan kain batik, imbuhnya, tergantung tingkat kesulitan motif
dan banyaknya warna yang digunakan.
Samsir dengan produk batik Sasambo yang makin banyak diminati wisatawan. Samsir yakin batik Sasambo akan eksis di tengah gempuran luar di NTB. |
“Paling cepat itu 3 hari sudah selesai, sedangkan
paling lama bisa sampai 2 minggu,” kata Samsir. Semakin banyak motif dalam satu
kain, maka semakin mahal harga kain nantinya. “Tapi harga di saya ini masih
dibilang paling murah dibandingkan dengan yang lain. Harga di saya kisarannya
mulai Rp 130 ribu, sedangkan yang lain mulainya dari Rp 150-250 ribu,” terang
pria 49 tahun ini.
Meski dibanderol dengan harga yang murah, ia
mengatakan bahwa produknya ini masih sering diragukan oleh orang, terutama masyarakat
lokal. “Orang
di sini
pikirannya belum terbuka, bahwa yang menjadi kain khas daerah itu bukan hanya
tenun saja tetapi bisa batik. Batik bukan dari Jawa saja, tetapi NTB juga punya
karena motifnya beda,” tukas Samsir.
Tetapi, masyarakat lokal yang lebih mementingkan harga
dibandingkan dengan kualitas lebih memilih menggunakan produk kain buatan luar
yang dibuat oleh pabrik. “Dulu di galeri, saya tidak mau menjual kain luar
karena itu mengurangi penjualan produk kita, tetapi karena semua disini jual
produk luar, sekarang saya juga ikut-ikutan karena banyak yang beli,” terangnya
dengan nada getir.
Samsir sebenarnya sangat menyayangkan kejadian
tersebut karena bisa mematikan produk-produk lokal serta para perajinnya.
“Tetapi apa mau dikata, orang di sini lebih baik beli murah
dibandingkan dengan harga yang mahal padahal kualitasnya saja sudah berbeda,”
imbuhnya.
Oleh karena itu, untuk tetap bisa berproduksi, sejak 2
tahun lalu dirinya sudah mulai melirik toko oleh-oleh untuk menjual produk
batik Sasambonya. “Saya sendiri yang datang ke sana untuk menawarkan barang
saya dan butuh waktu yang cukup lama agar bisa diterima di sana,” ceritanya.
Ia bersyukur sekarang hampir semua toko oleh-oleh di
Mataram dan kawasan wisata Batulayar-Senggigi sudah bisa dimasuki oleh
produknya. “Dalam sebulan saya bisa mengirimkan sampai 200 kain ke semua
toko oleh-oleh itu dan alhamdulillah hasilnya cukup,” senyum Samsir.
Ia menambahkan dirinya juga banyak menerima pesanan
dari luar untuk batik Sasambonya ini. “Kalau kita tidak aktif sekarang dalam
mencari pasaran, kita tidak akan bisa maju kalau hanya mengandalkan
pemerintah,” tambahnya.
Dulu dirinya pernah diundang menghadiri suatu acara di
Mataram yang dihadiri oleh wakil gubernur untuk membatik. “Tetapi sampai
sekarang juga tidak ada hasil apa-apa dari kegiatan itu, Padahal dari Dinas
Perindustrian sudah bagus pembinaannya, mau apa lagi,” ceritanya.
Tetapi ia optimis ke depannya, batik Sasambo bisa
terus eksis di tengah gempuran produk luar yang membanjiri pasar NTB. “Apalagi
besok ada KEK ini, tempat saya kan bisa dibilang pintu masuknya jadi kami sudah
siap menyambut wisatawan yang datang berkunjung kesini,” tutupnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
0 komentar:
Post a Comment