Tari Wura Bongi Monca yang merupakan kesenian tradisional Bima |
Kebudayaan
dan kesenian asli menjadi salah satu pembeda dari daerah lain. Saat ini
kesenian daerah juga semakin sering dipertunjukkan pada acara-acara resmi.
Salah satunya Tari Wura Bongi Monca yang merupakan tari selamat datang yang
berasal dari Bima.
Tarian
ini dilakukan oleh penari perempuan secara berkelompok dengan gerakan yang
lemah lembut sambil menaburkan beras kuning sebagai simbol penghormatan dan
harapan. Tari Wura Bongi Monca ini merupakan salah satu tarian tradisional yang
cukup terkenal dan masih sering dipentaskan di berbagai acara di daerah Bima.
“Kalau
acara-acara biasanya ada Tarian Wura Bongi Monca. Semacam tarian untuk
menyambut tamu,” kata penari asal Bima Kumalasari, di Mataram, Selasa (20/2/2018).
Konon,
Tari Wura Bongi Monca ini merupakan salah satu tarian tradisional yang sudah
ada dan berkembang pada masa Kesultanan Abdul Kahar Sirajuddin tahun 1640-1682.
Tarian ini ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu istana yang sedang
berkunjung.
Dengan
gerak yang gemulai, para penari menyambut kedatangan tamu sambil menaburkan
beras kuning sebagai simbol penghormatan dan harapan. Nama Tari Wura Bongi
Monca sendiri diambil dari bahasa Bima yang berarti menabur beras kuning. Sehingga
tarian ini dapat diartikan sebagai tari penabur beras kuning.
Dalam
tradisi Bima, beras kuning adalah lambang kesejahteraan dan mengandung
makna-makna kehidupan di dalamnya. Selain itu bagi masyarakat Bima, tamu
dianggap sebagai pembawa rejeki atau berkah. Sehingga mereka menyambutnya
dengan meriah sebagai tanda penghormatan, doa, dan rasa syukur.
“Saya
berharap di setiap kegiatan ada tarian trandisional yang melambangkan daerah
kita. Salah satunya Tari Wura Bongi Monca ini,” ujarnya.
Dalam
pertunjukannya, Tari Wura Bongi Monca ini biasanya dimainkan secara berkelompok
oleh 4 sampai 6 penari perempuan. Seirama dengan alunan musik pengiring. Musik
pengiring tarian ini diantaranya seperti gendang besar, gong, sarone dan
tawa-tawa. Dalam mengiringi Tari Wura Bongi Monca ini, para pemusik biasanya
memainkan irama yang terkesan lambat dipadukan dengan gerakan para penari.
Dalam
pertunjukannya, para penari dibalut dengan busana khas Bima. Pada bagian
kepala, rambut digelung dan menggunakan bando atau hiasan bunga-bunga. Selain
itu juga terdapat aksesori seperti gelang dan kalung sebagai pemanis dan
selendang yang digunakan untuk menari. (Linggauni/Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment