Imlek 2018 di Klenteng Ampenan |
Perayaan Imlek 2018 yang
berlangsung Jumat (16/2/2018) berlangsung khidmat. Imlek yang dirayakan
tahun ini bertepatan dengan tahun Anjing Tanah. Perayaan kali ini dilakukan
dengan harapan kehidupan umat penuh dengan kedamaian.
Sehari sebelumnya, tim
penjinak bahan peledak Brimob Polda NTB menyisir sejumlah vihara menjelang
persembahyangan perayaan Imlek 2569. Penyisiran dalam bentuk sterilisasi itu
untuk mengantisipasi gangguan keamanan umat konghucu yang beribadah.
Polisi lengkap bersenjata
memeriksa setiap sudut vihara Budi Dharma. Kamis (15/2/2018) sore, tim dari Brimob
Polda NTB meyakinkan tak ada benda mencurigakan. Pun demikian di vihara lain.
Sejumlah vihara lainnya
yang mendapat pengamanan ketat kepolisian antara lain, Avoletiswara di
Selagalas, Cakranegara, Kong Tee di Sweta, Sandubaya; Sanata Dharma Maitresya
di Cakranegara Barat, Cakranegara; dan Vinalakirthi di Abian Tubuh,
Cakranegara.
Kapolres Mataram, AKBP
Muhammad menyebutkan, di wilayah Kota Mataram terdapat lima vihara yang akan
diamankan. ‘’Sudah kita siapkan rencana
pengamanan dan pengerahan personel pengamanan di masing-masing vihara atau
klenteng tersebut,’’ ujarnya dikonfirmasi Kamis (15/2/2018).
Sterilisasi klenteng di Mataram sebelum perayaan Imlek |
Sterilisasi tersebut, kata
dia, untuk mengantisipasi gangguan khususnya kerawanan terorisme dan konflik
sosial. Sterilisasi untuk juga mencegah kerawanan penyerangan pemuka agama.
‘’Kita tetap waspada.
Begitu juga di tempat ibadah lainnya. Apabila ada indikasi gangguan segera
sampaikan ke aparat keamanan agar segera dapat ditangani,’’ pesan Muhammad.
Terpisah, sementara Kabid
Humas Polda NTB, AKBP Tri Budi Pangastuti memastikan pelaksanaan ibadah umat yang
merayakan Imlek di NTB berjalan lancar dan nyaman. Dia mengatakan, sejumlah
personel Brimob tetap disiagakan di vihara. ‘’Untuk memberi rasa nyaman kepada
umat yang melaksanakan ibadah. Kita patut bersyukur pelaksanaan berjalan
kondusif,’’ tandasnya.
Di Kota Mataram, perayaan Imlek
tidak jauh berbeda dengan perayaan dari daerah lainnya. Yang berbeda hanya
hidangan yang disajikan saja. Sebab ini berkaitan dengan budaya dari
masing-masing daerah, termasuk budaya yang ada di Kota Mataram dan NTB pada
umumnya.
Sementara itu, menurut penjaga klenteng
di Ampenan, Mangku Nengah Mudra perayaan imlek dilakukan dengan harapan semua
orang diliputi dengan kebahagiaan dan penuh kedamaian. Di klenteng ini, ia
sudah biasa mempersiapkan berbagai kebutuhan menjelang dan pada saat Imlek.
“Yang dipersiapkan itu ada air,
kembang, lilin, dupa dan beberapa hal lainnya. Semuanya memiliki makna
tersendiri,” ujarnya, di Mataram.
Imlek pada dasarnya merupakan
tradisi pergantian tahun. Sehingga yang merayakan Imlek ini merupakan seluruh
etnis Tionghoa meskipun memiliki keyakinan atau agama yang berbeda. Sebab pada
tahun baru ini ada banyak pengharapan yang diinginkan oleh umat. “Di sini yang datang itu ada juga
yang memiliki keyakinan yang berbeda. Karena ini adalah perayaan tahun baru dan
setiap orang punya harapan untuk itu,” ujarnya.
Klenteng Ampenan ini sudah ada
sejak tahun 1908 dan kerapkali dijadikan sebagai tempat sembahyang bagi umat
yang merayakan Imlek. Biasanya orang yang merayakan Imlek akan datang
sembahyang sejak pagi hari hingga sore. Perayaan ini akan berakhir hingga pada
hari Cap Go Meh nantinya.
Sri Wiratih salah seorang warga
yang merayakan Imlek mengatakan bahwa tahun ini ia berharap semua hal baik
terjadi pada umat manusia dimanapun. Ia berharap kedamaian selalu mendekati
setiap orang. Semua dalam keadaan baik dan semua keinginan baik dari setiap
umat bisa tercapai di Tahun Anjing Tanah ini.
Sementara itu, perayaan Imlek
juga identik dengan warna merah. Ini memiliki filosofi yang mendalam bagi warga
Tionghoa di seluruh dunia. Biasanya mereka menghias rumah, pakaian, dan
aksesori berwarna merah. Sebab itu diyakini dapat mengusir rasa takut dan
menimbulkan keberanian bagi setiap orang.
Selain identik dengan warna
merah,Imlek juga sangat dekat dengan kue keranjang. Kue keranjang mulai ramai
dicari. Kue keranjang mulai digunakan sebagai sesaji dalam upacara persembahan
kepada leluhur saat tujuh hari menjelang tahun baru Imlek, dan pada malam
menjelang tahun baru Imlek. Kue ini biasanya juga tidak disajikan hingga hari
Cap Go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru Imlek. (Linggauni dan Wahyu Widiantoro)
0 komentar:
Post a Comment