Gubernur
NTB TGH. M. Zainul Majdi dan peserta konferensi internasional ulama di Senggigi
Lombok Barat.
KONFERENSI
internasional ulama dunia yang diselenggarakan di Lombok, NTB berhasil menghasilkan sembilan rekomendasi
yang disebut Deklarasi Lombok. Salah satu rekomendasinya adalah agar Liga
Negara Muslim mendirikan pusat kajian terorisme,
radikalisme dan sektarianisme, bekerjasama dengan Majelis
Ulama Indonesia (MUI).
Hal
tersebut dikatakan Ketua
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri, KH Muhyiddin Junaidi
saat penutupan kegiatan tersebut di Hotel Sheraton Kawasan Wisata Senggigi,
Lombok Barat, Senin (1/8/2016).
Selain
itu, lanjutnya, negara-negara Muslim
harus membentuk komite yang mengontrol pelaksanaan seluruh rekomendasi yang
dihasilkan oleh konferensi yang terdiri dari atas MUI,
Pemprov NTB, Kementerian Agama Republik Indonesia
dan liga
negara muslim.
Rekomendasi
selanjutnya, menyusun rencana strategis kontra
terorisme, radikalisme dan sektarianisme yang terjadi di Asia, sebagaimana yang telah dilakukan
oleh pemerintah beberapa negara Islam, bekerjasama dengan masyarakat
internasional. Muslim World League (Liga Muslim Dinia) diharapkan untuk
melakukan tindakan-tindakan yang tepat di dalam hal ini, bersama dengan
pihak-pihak yang berkompeten. Mendukung pengajaran agama di
negara-negara Asia, dengan mengembangkan sistem pembelajaran, atau mendirikan
lembaga pendidikan Islam untuk menutupi kebutuhan masyarakat, dan memenuhi
keperluan terhadap tenaga-tenaga pendidik atau imam-imam masjid yang mampu
untuk menjelaskan tentang bahaya sikap radikal dan sektarian, serta mengukuhkan
sikap moderat sebagai bagian dari ajaran Islam.
Selain
itu mengajak ulama Islam agar menjalankan peran dan tanggung jawab mereka, untuk mengarahkan pemuda-pemuda umat dengan
pemahaman yang benar tentang jihad, takfir, wala’ dan bara’ (loyalitas dan anti
loyalitas), kedaulatan negara, kewajiban taat kepada pemimpin dan larangan
melakukan makar, atau segala yang berkaitan dengan permasalahan seperti ini.
Termasuk, meluruskan metodologi dakwah, sesuai
konsep Islam, yaitu mendahulukan sikap bijaksana dan pengajaran yang baik.
Ulama
Islam Dunia juga mengajak para pimpinan-pimpinan
organisasi kemasyarakatan di negara-negara Asia untuk bekerjasama dengan
lembaga-lembaga sosial Islam untuk mengadakan pelatihan-pelatihan imam dan dai. Membentuk forum komunikasi antar sesama lembaga Islam dalam
tingkat internasional yang bertujuan menyatukan segala
potensi yang dimiliki, di bawah koordinasi Muslim World League dan bekerjasama
dengan institusi-institusi terkait.
Muhyiddin
menambahkan, rekomendasi selanjutnya yakni membantu kaum muslim minoritas, khususnya di bidang
pendidikan, agar dapat terhindar dari sikap ekstrem atau tindakan
radikal dan konfrontasi dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Sehingga dapat lebih produktif untuk memberikan perbuatan
yang terbaik bagi negaranya, dan membuktikan kesempurnaan agama Islam bagi
orang lain.
Serta mewujudkan perbaikan yang menyeluruh terhadap kondisi
umat Islam, sehingga mampu memperlihatkan identitas keislaman yang utuh, dan
memenuhi keperluan masyarakat di dalam memerangi kerusakan. “Mempergunakan sumber daya alam dan manusia secara baik,
demi mewujudkan keadilan, dan menjaga kehormatan kemanusiaan, serta keseimbangan
antara hak dan kewajiban,”tambahnya.
Konferensi
internasional ulama dunia ini diikuti oleh para ulama 13 negara di dunia dan
ratusan ulama dari Indonesia. Kegiatan ini dihadiri Sekjen Muslim World League, Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin
al-Turki,
Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, AM. Fachir, Gubernur NTB, Dr. TGH. M.
Zainul Majdi dan lainnya. (*)
0 komentar:
Post a Comment