Salah satu tradisi Ngayu-Ayu di Sembalun. Sebelum tradisi dimulai dilakukan acara potong sapi |
Ritual adat Ngayu-ayu Sembalun
diusulkan menjadi warisan Budaya Nasional. Warisan budaya yang tercatat dalam
daftar kekayaan budaya Indonesia, sehingga ke depan tidak
ditiru oleh negara lain. Sebelum
diusulkan harus dilakukan pengkajian akademis dan lainnya.
Mengawali hal itu, Sabtu (6/8/2016)
lalu, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali Wilayah Kerja Bali, NTB dan NTT, I
mengelar dialog khusus membahas Ngayu-ayu Sembalun di Selong menghadirkan 75
peserta terdiri dari budayawan, tokoh masayrakat, guru dan pelajar.
Kepala Balai Pelestarian Nilai
Budaya Bali, Made Dharma Suteja yang hadir pada acara ini, menyatakan, pihaknya ingin mengangkat adat-adat
masyarakat yang ada di pinggiran. Termasuk ritual adat Ngayu-ayu yang ada di
Sembalun, karena memiliki nilai kearifan lokal.
“Kita ingin gali seluas-luasnya,
syaratnya ada kajian akademis ada tulisan-tulisan penunjang. Ngayu-ayu ini
sendiri sudah ada sejumlah tulisan dan kita juga memerlukan legitimasi dari
masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan tradisi ini sebagai warisan budaya nasional katanya perlu dukungan dari pemerintah kabupaten. Kehadiran
Bupati Lotim pada acara dialog yang digelar Balai Pelestarian Nilai ini membuat
pihak balai terharu dan bangga dengan
komitmen Bupati Lotim untuk melestarikan nilai-nilai budaya.
Bupati Lotim, H. Moch Ali Bin
Dachan yang hadir dalam acara ini menyatakan, ritual adat ngayu-ayu
pernah hilang. Terakhir justru digelar oleh dua kelompok adat. Bagi bupati, adanya perayaan dua kali yang dilakukan kelompok
yang berbeda ini ditanggapi tidak serius. “Boleh dua, tidak masalah, itu
pandangan saya,” ucapnya
Kegiatan ngayu-ayu diketahui
sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat adat terhadap air. Mengenai persoalan
air ini, kata Bupati pada tahun 1967 silam ia sudah datang ke Sembalun dan
melihat air di bawah kaki Gunung Rinjani itu sangat besar. Alamnya bagus dan
indah. Akan tetapi saat ini, alam justru sudah rusak, mata air banyak yang hilang.
“Siapa yang merusaknya?” tanyanya.
Pertanyaannya juga, apakah dengan
digelarnya Ngayu-ayu air dan alam Sembalun
kembali, sehingga dalam konteks illmu
pengetahuan perlu dikaji. Apalagi, kerusakan alam Sembalun sudah luar biasa.
Ditambahkan, saat ini di Sembalun
terdapat 5 kelompok adat. Semua minta pengakuan. Pihaknya menginginkan semua kelompok adat bersatu dalam persatuan yang bulat. Adanya perbedaan, katanya semestinya
bukan dianggap sebagai keburukan. Tapi harus dianggap sebagai kemajuan.
Kebudayaan terang bupati adalah
kompleks gagasan
atau pemikiran yang memiliki nilai tinggi. Termasuk Ngayu-ayu jika
memiliki nilai yang bermanfaat baik secara lokal maupun universal maka dia
menjadi bagian dari kebudayaan.
Selanjutnya
diungkap bupati, Suku Sasak adalah suku yang
unik. Ada istilah sasak menyebutkan, lain
setuk lain jajak. Maknanya dalam Suku Sasak ini memiliki keanekaragaman,
termasuk bahasa. (Rusli Lombok Timur)
0 komentar:
Post a Comment