Be Your Inspiration

Tuesday, 24 May 2016

Miris, Siswa MI Ma’arif Riyadul Falah Lombok Timur Belajar di Gubuk Reot


Siswa MI Ma'arif Riyadul Falah belajar di emperan rumah
MIRIS rasanya saat menyaksikan aktivitas belajar mengajar siswa kelas jauh Madrasah Ibtidaiyah (MI) Maarif Riyadul Falah, Dusun Bornong, Desa Aik Perapa, Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Tidak adanya bangunan yang representatif membuat belasan siswa ini terpaksa belajar di sebuah gubuk reot yang dipinjam dari warga. Tidak hanya itu tak mampu menampung seluruh siswa, memaksa sebagian siswa harus belajar di lantai emperan rumah warga.

Masri, guru di MI Maarif Riyadul Falah menuturkan,
aktivitas belajar mengajar di tempat itu sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Tepatnya, mulai Desember 2012 lalu. MI Maarif Riyadul Falah berada di bawah Yayasan Riyadul Falah Aik Perapa.

Masri menuturkan, pelaksanaan pendidikan kelas jauh di Dusun Bornong yang lokasinya berada di perbatasan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ini sesuai permintaan masyarakat. Lokasi ini diambil karena madrasah induknya berjarak sekitar 4 kilometer.

Menuju tempat ini, harus menuruni jalan terjal dan medan berat. Apalagi saat musim hujan beberapa hari terakhir ini, kondisi jalan makin hancur. Tidak ada jalan memadai seperti halnya di wilayah perkotaan. Adanya berupa jalan setapak yang acap kali turut hanyut terbawa air hujan.
 
Siswa MI Riyadul Falah Lombok Timur
belajar di gubuk reot
Besar harapan Masri bersama dengan lima rekan sesama guru yang dipercaya mengajar anak-anak Dusun Bornong tersebut, ada perhatian pemerintah.  Tingginya minat anak-anak di lereng Rinjani ini menuntut ilmu, diharapkan diikuti dengan perhatian yang memadai dari pemerintah.  Sekolah jarak jauh ini, sangat berharap memeiliki ruang belajar yang layak, juga berharap adanya bantuan buku.

Bermodal semangat ingin memajukan dunia pendidikan dan membebaskan warga Bornong dari buta aksara, para guru MI ini rela tiap hari menyusuri jalanan setapak yang kondisinya tidak bersahabat. Soal gaji, mereka tidak berharap banyak. Cukup diberikan imbalan kopi oleh warga menurut mereka sudah luar biasa bagi pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasa ini. ‘’Madrasah ini kan gratis dan tidak ada pungutan apapun,’’ terang Masri, Minggu (22/5/2016).

Warga Bornong, Amaq Hamtini mengaku sangat senang ada aktivitas belajar mengajar di kampungnya. Pasalnya, sudah cukup lama kampungnya itu tidak mengenal dunia pendidikan. Sebanyak 48 Kepala Keluarga (KK) penghuni Dusun Bornong ini paling tinggi pendidikannya hanya Sekolah Dasar (SD). Itupun tidak tamat.

Hadirnya MI Maarif Riyadul Falah ini diharapkan bisa menjawab keinginan besar warga untuk bisa menikmati layanan pendidikan yang baik untuk masa depan anak cucu mereka. Amaq Hamtini dan warga lainnya di Dusun Bernong seluruhnya adalah petani. Selain bercocok tanam, mereka juga beternak.

Siswa MI Riyadul Falah Lombok Timur
belajar di gubuk reot
Andalan hasil pertaniannya adalahl kopi dan padi. Akan tetapi, panen hanya sekali dalam setahun. Bornong ini, lanjutnya baru-baru ini mulai mendapat perhatian dari pemerintah. Mulai masuk inftrasktruktur listrik sejak akhir 2015 lalu. Meskipun sangat terbatas, namun sangat membantu menerangi Bornong dari kegelapan saat malam.

Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lotim, H. Nasrudin yang dikonfirmasi secara terpisah hanya bisa prihatin dengan kondisi Madrasah Maarif Bornong. Diakuinya bahwa masih banyak madrasah yang kondisinya perlu perhatian serius dari pemerintah.

Sementara upaya yang dilakukan Kemenag sendiri tiap tahun menggelontorkan dana untuk pembangunan infrastruktur pendidikan. Baik membangunkan ruang kelas baru (RKB) ataupun membantu pengadaan sarana prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar.

Setahun kemampuan pemerintah melalui APBD hanya bisa menyentuh 30-40 unit madrasah. Jumlah itu katanya sangat terbatas. Jumlah Madrasah se Lotim ini mencapai 712 unit. Sebagian besar merupakan madrasah swasta.

Mengandalkan pemerintah saja tidak bisa untuk menciptakan madrasah yang bagus. Kehadiran masyarakat dengan cara berswadaya membangun madrasah ini sangat dinantikan. Terhadap madrasah-madrasah yang perlu perhatian serius itu katanya akan menjadi perhatian dari pihak Kemenag.

Nilai bantuan yang digelontorkan Kemenag sambung Nasrudin rata-rata untuk RKB Rp 120 juta per ruangan. Rehab berat Rp 90 juta dan rehab ringan diberikan Rp 60 juta. Meski sudah banyak bantuan digelontorkan, namun masih banyak yang membutuhkan. ‘’Bantuan itu masih sangat kurang, jumlah yang dapat ini baru seperduapuluh dari jumlah keseluruhan madrasah mulai tingkat ibtidaiyah sampai Aliyah,’’ pungkasnya. (Rusliadi Lombok Timur)   

Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive