Siswa MI Ma'arif Riyadul Falah belajar di emperan rumah |
MIRIS rasanya saat menyaksikan aktivitas belajar mengajar siswa
kelas jauh Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Riyadul Falah, Dusun Bornong, Desa Aik Perapa, Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Tidak adanya bangunan
yang representatif membuat belasan siswa ini terpaksa belajar di sebuah gubuk
reot yang dipinjam dari warga. Tidak hanya itu tak mampu menampung
seluruh siswa, memaksa sebagian siswa harus belajar di lantai emperan rumah
warga.
Masri, guru di MI Ma’arif Riyadul Falah menuturkan,
aktivitas belajar mengajar di tempat itu sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Tepatnya, mulai Desember 2012 lalu. MI Ma’arif Riyadul Falah berada di bawah Yayasan Riyadul Falah Aik Perapa.
aktivitas belajar mengajar di tempat itu sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Tepatnya, mulai Desember 2012 lalu. MI Ma’arif Riyadul Falah berada di bawah Yayasan Riyadul Falah Aik Perapa.
Masri menuturkan, pelaksanaan pendidikan kelas jauh di Dusun
Bornong yang lokasinya berada di perbatasan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ini sesuai permintaan
masyarakat. Lokasi ini diambil karena madrasah induknya berjarak sekitar 4 kilometer.
Menuju tempat ini, harus
menuruni jalan terjal dan medan berat. Apalagi
saat musim hujan beberapa hari terakhir ini, kondisi jalan makin hancur. Tidak
ada jalan memadai seperti halnya di wilayah perkotaan. Adanya berupa jalan setapak yang acap kali turut
hanyut terbawa air hujan.
Besar harapan Masri bersama dengan lima rekan
sesama guru yang dipercaya mengajar anak-anak Dusun Bornong tersebut, ada
perhatian pemerintah. Tingginya
minat anak-anak di lereng Rinjani ini menuntut ilmu, diharapkan diikuti dengan perhatian
yang memadai dari pemerintah. Sekolah
jarak jauh ini, sangat berharap memeiliki ruang belajar yang layak, juga
berharap adanya bantuan buku.
Bermodal semangat ingin memajukan dunia pendidikan
dan membebaskan warga Bornong dari buta aksara, para guru MI ini rela tiap hari menyusuri
jalanan setapak yang kondisinya tidak bersahabat. Soal gaji, mereka tidak berharap banyak. Cukup diberikan imbalan kopi oleh warga menurut mereka sudah luar biasa bagi pahlawan-pahlawan tanpa
tanda jasa ini. ‘’Madrasah ini kan gratis dan tidak ada pungutan apapun,’’ terang Masri, Minggu (22/5/2016).
Warga Bornong, Amaq Hamtini mengaku sangat senang
ada aktivitas belajar mengajar di kampungnya. Pasalnya, sudah cukup lama
kampungnya itu tidak mengenal dunia pendidikan. Sebanyak 48 Kepala Keluarga
(KK) penghuni Dusun Bornong ini paling tinggi pendidikannya hanya Sekolah Dasar
(SD). Itupun tidak tamat.
Hadirnya MI Ma’arif Riyadul Falah ini diharapkan bisa menjawab keinginan besar warga untuk
bisa menikmati layanan pendidikan yang baik untuk masa depan anak cucu mereka.
Amaq Hamtini dan warga lainnya di Dusun Bernong seluruhnya adalah petani.
Selain bercocok tanam, mereka juga beternak.
Siswa MI Riyadul Falah Lombok Timur belajar di gubuk reot |
Andalan hasil pertaniannya adalahl kopi dan padi. Akan tetapi, panen hanya
sekali dalam setahun. Bornong ini, lanjutnya baru-baru ini mulai mendapat
perhatian dari pemerintah. Mulai masuk inftrasktruktur listrik sejak akhir 2015
lalu. Meskipun sangat terbatas, namun sangat membantu menerangi Bornong dari kegelapan
saat malam.
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lotim,
H. Nasrudin yang dikonfirmasi secara terpisah hanya bisa prihatin dengan kondisi Madrasah Ma’arif Bornong. Diakuinya bahwa masih banyak madrasah yang kondisinya
perlu perhatian serius dari pemerintah.
Sementara upaya yang dilakukan Kemenag sendiri tiap tahun
menggelontorkan dana untuk pembangunan infrastruktur pendidikan. Baik
membangunkan ruang kelas baru (RKB) ataupun membantu pengadaan sarana prasarana
penunjang kegiatan belajar mengajar.
Setahun kemampuan pemerintah melalui APBD hanya
bisa menyentuh 30-40 unit
madrasah. Jumlah itu katanya sangat terbatas. Jumlah Madrasah se Lotim ini
mencapai 712 unit. Sebagian besar merupakan madrasah swasta.
Mengandalkan pemerintah saja tidak bisa untuk
menciptakan madrasah yang bagus. Kehadiran masyarakat dengan cara berswadaya
membangun madrasah ini sangat dinantikan. Terhadap madrasah-madrasah yang perlu perhatian serius itu katanya akan
menjadi perhatian dari pihak Kemenag.
Nilai bantuan yang digelontorkan Kemenag sambung
Nasrudin rata-rata untuk RKB Rp 120 juta per ruangan. Rehab berat Rp 90 juta dan rehab ringan
diberikan Rp 60 juta. Meski sudah banyak bantuan digelontorkan, namun masih
banyak yang membutuhkan. ‘’Bantuan
itu masih sangat kurang, jumlah yang dapat ini baru seperduapuluh dari jumlah
keseluruhan madrasah mulai tingkat ibtidaiyah sampai Aliyah,’’
pungkasnya. (Rusliadi Lombok Timur)
0 komentar:
Post a Comment