Sampah di Rinjani merusak penilaian Rinjani jadi geopark dunia |
Perjuangan memasukkan Gunung Rinjani menjadi bagian dari
jejaring taman bumi global atau Global
Geopark Network (GGN) telah mencapai tahap akhir. Sistem tata kelola
geopark harus mempu meningkatkan kesejahteraan rakyat, agar upaya penyematan
status Global Geopark Rinjani tidak menjadi sebatas proyek mercusuar.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
NTB, Chairul Mahsul, menjelaskan pada dasarnya konsep
penyelenggaraan geopark memang akan mengarah pada prospek pemberdayaan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan. Selain demikian, tujuan lain dari pada penegakan geopark yakni sebagai pengikat kegiatan konservasi. Demikian juga harapannya untuk membuang ruang sebagai sarana edukasi.
penyelenggaraan geopark memang akan mengarah pada prospek pemberdayaan masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan. Selain demikian, tujuan lain dari pada penegakan geopark yakni sebagai pengikat kegiatan konservasi. Demikian juga harapannya untuk membuang ruang sebagai sarana edukasi.
“Ada tiga poin pokok yang menjadi sasaran dari geopark
ini, pertama untuk menjalankan fungsi konservasi, kedua edukasi dan ketiga
pemberdayaan masyarakat. Alam memiliki cara tersendiri dalam memberikan
anugerah kepada kita,” tuturnya, Kamis (12/5/2016).
Menurutnya, sumber daya alam yang melimpah hasil produksi
hutan inilah yang kemudian akan dijadikan sarana untuk memberdayakan
masyarakat. Pihaknya yakin, ketika masyarakat khususnya yang bermukim di
kawasan pinggir hutan sudah sejahtera, maka tidak akan ada lagi cerita tentang
terjadinya perambahan hutan, perusakan lingkungan, penambangan dan lain
sebagainya.
“Kalau masyarakat sudah sejahtera, saya mereka yang akan
lebih awal menjaga kelestarian hutan dan lingkungan. Maka tugas kita sekarang ialah
melakukan pemberdayaan seoptimal mungkin,” ujarnya.
Assessment
Sebagai tahap akhir dari proses permintaan penyematan
status Global Geopark Rinjani, sejumlah tim assessor dari UNESCO akan melakukan
assessment pada Selasa (17/5) – Sabtu (21/5) mendatang.
Assessor akan memvalidasi informasi mengenai keberadaan
situs yang diusulkan sebagai sarat pendukung suatu kawasan untuk dapat
ditetapkan sebagai geopark dunia. Para assessor akan mendatangi dan melihat
secara langsung sejumlah titik yang telah diklasifikasikan sebagai Biological
Diversity, Geological Diversity dan Cultur Diversity.
Sejumlah 12 dari 21 situs yang diajukan sebagai pendukung
kawasan agar melaju sebagai geopark dunia terletak di dalam kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Kendati demikian, Kepala Bappeda NTB ini
mengatakan bahwa tim assessor tidak akan mendaki ke Gunung Rinjani untuk
melihat keberadaan situs tersebut. Hal tersebut tidak memungkinkan lantaran
waktu yang relatif sedikit.
“Mereka tidak akan mendaki Gunung Rinjani karena waktunya
tidak cukup. Mereka akan kita bawa ke Desa Aiq Berik di Lombok Tengah karena
disana juga ada bagian Cultur Diversity-nya yakni alat musik klentang,”
katanya.
Kondisi lapangan khususnya di kawasan wisata minat khusus
atau lokasi pendakian Gunung Rinjani, saat ini sedang dijejali sampah. Volume
sampah membeludak dan berserakan di sejumlah ruas jalur pendakian maupun lokasi
perkemahan.
Ada indikasi bahwa tim assessor tersebut memang sengaja
tidak dijadwalkan melihat situs – situs yang ada di dalam lokasi pendakian.
Alasannya karena keberadaan sampah yang masih berjejal di dalam kawasan.
Sehingga, bisa jadi kondisi sampah yang membeludak itu akan mempengaruhi
penilaian assessor yang melakukan assessment.
Padahal situs paling monumental sebagai pendukung persyaratan untuk melaju demi meraih status geopark terletak di kawasan tersebut. Sejumlah situs pendukung persyarakat penetapan Gunung Rinjani sebagai geopark ialah Danau Segara Anak, kaldera gunung api aktif tertinggi di nusantara, Gunung Baru Jari, situs pemandian air panas dan lain sebagainya. (Lin/SN)
0 komentar:
Post a Comment