Sampah di Gunung Rinjani masih berserakan. Tampak pendaki sedang memungut sampah. (dok. Sahmat Darmi) |
Rencana
penyematan status global geopark
untuk kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) sudah mencapai tahap akhir.
Tim assessor dari UNESCO yang hendak
melakukan assessment akan segera
datang, sementara sampah di kawasan wisata minat khusus tersebut masih
berserakan.
Sejak Kamis (5/5/2016) hingga Minggu
(8/5/2016) di lapangan, sejumlah ruas jalur pendakian serta lokasi peristirahatan
bagi para pendaki masih dijejali sampah. Sampah yang berserakan bisa dilihat di
sepanjang jalan jalur pendakian dari arah sembalun menuju
pelawangan. Serakan sampah juga masih padat khususnya di lokasi perkemahan yakni di tepi Danau Segara Anak. Selain demikian, hampir di seluruh posko peristirahatan yang disediakan juga selama ini masih dijejali sampah.
pelawangan. Serakan sampah juga masih padat khususnya di lokasi perkemahan yakni di tepi Danau Segara Anak. Selain demikian, hampir di seluruh posko peristirahatan yang disediakan juga selama ini masih dijejali sampah.
Jenis
sampah yang ditemukan antara lain, sampah plastik, limbah makanan, kaleng atau
botol bekas minuman, puntung rokok dan bungkusnya, serta kaleng tabung gas yang
digunakan untuk memasak oleh sebagian pendaki.
Para
pendaki yang tidak sadar mengenai arti penting kelestarian lingkungan serta
dampak fatal membuang sampah secara sembarangan, nampaknya terkesan mengabaikan
bermacam imbauan. Sebagian pendaki yang tak ramah lingkungan, meski telah
dibekali kantong plastik oleh petugas TNGR sebagai wadah menampung sampah
mereka, tetap membuang sampah secara sembarangan.
Porter di Gunung Rinjani. (dok. Sahmat Darmi) |
Sejumlah
pendaki, terutama wisatawan asing yang memiliki empati terhadap lingkungan
mengaku kecewa melihat kondisi di Rinjani. Sebut saja misalnya Naro Alexis, lelaki
pendaki blasteran Swiis - Italia di Pos Ekstra, Jumat (6/5/2016). Nora yang pandai berbahasa
Indonesia ini mengakui bahwa Rinjani merupakan tempat wisata paling
menakjubkan. Selain karena pemandangannya yang mempesona, ia juga merasa sangat
tertantang dengan jalurnya yang lumayan ekstrim. Hanya saja, ia sangat
menyayangkan ketika menemukan sampah yang begitu berserakan.
“Kalau
dibanding dengan Gunung Semeru, saya masih lebih suka yang ini (Rinjani, red). Hanya
saja yang membuat saya kecewa itu adalah sampahnya. Berserakan dimana – mana,”
katanya di sela – sela beristirahat di antara bukit penyesalan – Pelawangan Sembalun.
Di
sisi lain, Tim Penjelajah yang melakukan aksi clean up di kawasan setempat,
mulai dari lokasi perkemahan di tepi danau sampai pada Jebak Gawah jalur
pendakian Senaru berhasil mengumpulkan sekitar 10 kg sampah plastik. Itu pun,
tim yang melakukan clean up tidak membawa turun sampah yang ada di setiap posko
peristirahatan. Sampah yang berserakan di setiap posko hanya dikumpulkan
sehingga kawasan setempat tetap terlihat asri.
Ketua
Tim Penjelajah, Ahmad Herkiandi mengemukakan, pemerintah harus mengambil
langkah tegas untuk menyikapi persoalan ini. Bila tidak, maka dari tahun ke
tahun kondisi di kawasan setempat akan selalu sama, bahkan bisa lebih parah. Ia
menyarankan agar pemerintah membangun kesadaran mengenai dampak fatal kerusakan
lingkungan akibat sampah secara massif.
Sebab, ia berkeyakinan bahwa alam
selalu memiliki cara tersendiri dalam memberikan teguran. Untuk mengantisipasi
timbulnya teguran – teguran yang tidak diinginkan, maka tiap individu maupun
kelompok harus berupaya untuk saling mempengaruhi demi terciptanya kesadaran
mengenai bagaimana melestarikan lingkungan sesungguhnya, khususnya di kawasan
gunung mapun tempat – tempat pariwisata lainnya. (Met/SN)
0 komentar:
Post a Comment