Plakat Khas Lombok |
Plakat yang
dibuat perajin lokal masih terhitung plakat sederhana. Bahan dasarnya hanya
dari kayu, kerang dan beberapa unsur bahan baku kombinasi yang rata-rata
tersedia di dalam daerah. Disisi lain, plakat-plakat tradisional ini harus siap
bersaing dengan plakat-plakat yang dibuat secara modern dan bahan baku modern.
Meski
demikian, diyakini plakat hasil karya kerajinan tangan perajin masih mampu
eksis ke depannya.
Alasannya, karena tradisionalnya adalah ciri khas yang justru diminati, terutama oleh para wisatawan.
Alasannya, karena tradisionalnya adalah ciri khas yang justru diminati, terutama oleh para wisatawan.
Untuk plakat
modern, dalam sebuah laman dijelaskan, biasanya dibuat dari bahan resin, resin bening dan
resin warna. Resin bening digunakan untuk plakat yang berwarna bening, seperti
kaca. Sedangkan resin warna digunakan untuk bagian plakat yang berwarna. Beberapa jenis bahan untuk pembuatan plakat
resin ini di antaranya, resin warna, katalis resin, kertas duplex,
silicon, katalis silikon.
Dengan cara
pembuatan, terlebih dahulu buat cetakan sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Untuk bentuk standar seperti kotak dapat menggunakan kertas duplex sebagai
cetakannya. Tetapi untuk bentuk yang rumit, maka dibuat dulu cetakannya
berdasarkan master yang ada menggunakan silikon yang sudah dicampur dengan
katalisnya.
Lalu buat buat adonan resin yang
dicampur dengan katalis. Untuk bagian plakat yang bening, maka gunakan resin
yang bening, untuk bagian plakat yang berwarna maka gunakan resin warna.
Tuangkan adonan resin ke dalam cetakan
dan tunggu sampai kering, setelah kering maka plakat dapat dilepas dari
cetakannya dan dilanjutkan dengan proses finishing, yaitu pemotongan dengan
gerinda untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak rata, dilanjutkan dengan
pengamplasan, lalu terakhir digosok agar mengkilat.
Berbeda
halnya untuk pembuatan plakat tradisional, menurut Ketua Pasar Seni Sesela,
Lombok Barat, Fatahul Anwar Atta dibuat sederhana, dan ada beberapa proses
dalam pembuatannya. Mulai dari pengadaan bahan baku,menentukan sketsa,
pemotongan kayu sesuai bentuk, perakitan kayu, pemasangan cukli, pemasangan
kulit kerang, pengukiran plakatan, mengolabororasikan dengan campuran bahan
lain, lalu finishing.
Alat-alat
yang digunakanpun tergolong alat-alat sederhana, serutan kayu, gergaji, pahat
dan alat-alat finishing lain pada umumnya. “15 sampai 20 persen plakat ini
memberikan kontribusi penghasilan kepada ratusan seratutan perajin di bawah
pengelolaan Pasar Seni Sesela. Ini artinya masih besar harapan plakat kita
diminati pasar, meskipun plakat-plakat modern mulai banyak dijumpai,” ujarnya.
Untuk
mempertahankan pasarnya, ataupun meningkatkannya, Atta mengapresiasi dukungan
pemerintah dalam bentuk pesanan rutin. Selain itu, dalam setiap kegiatan
kunjungan resmi dan seminar-seminar, plakat hasil kerajinan tradisional masih
tetap dicari.
Untuk
pesanan ke luar negeri sejauh ini belum ada permintaan rutin, masih sebatas
permintaan retail dari beberapa wisatawan yang berkunjung dari negara-negara
Eropa, Amerika, Jepang, Malaysia, dan Negara-negara Timur Tengah.
Beberapa
hotel yang rutin memesan plakat ini sebagai cinderamata kepada tamu-tamunya,
seperti Villa Ombak, Svarga, dan diharapkan yang lain-lain mengikuti untuk
mendukung eksistensi kerajinan lokal. Dalam hal ini, diharapkan peran
pemerintah untuk memberikan instruksi ataupun dalam bentuk surat edaran.
“Pengaruh pemerintah itu tidak kecil, kita berharap ada kebijakan khusus bagi seluruh pihak untuk saling mendukung menyamakan suara untuk menggunakan plakat kerajinan lokal sebagai suvenir. Karena itu secara tidak langsung akan memberi manfaat bagi kawan-kawan yang menggantungkan perekonomiannya dari kerajinan,” demikian Atta. (Bulkaini)
0 komentar:
Post a Comment