Sampah di Gili Air. (dok. Antara foto) |
Volume sampah
jenis limbah hasil produksi industri perhotelan di objek pariwisata NTB dinilai melimpah. Belum ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) khusus untuk
menampung limbah dari industri bidang jasa ini. Seluruh pihak diharuskan
mengantisipasi banjir sampah yang berpotensi terjadi di tiap kawasan
pariwisata.
Membeludaknya
sampah hasil produksi limbah industri perhotelan dan juga limbah rumah tangga
kian mengkhawatirkan.
Aspek kebersihan merupakan salah satu bagian dari Sapta Pesona yang menjadi daya tarik di bidang pariwisata. Jika sistem tata kelola sampah di NTB hingga hari ini masih amburadul, maka masa depan industri pariwisata terindikasi menemukan titik yang suram.
Aspek kebersihan merupakan salah satu bagian dari Sapta Pesona yang menjadi daya tarik di bidang pariwisata. Jika sistem tata kelola sampah di NTB hingga hari ini masih amburadul, maka masa depan industri pariwisata terindikasi menemukan titik yang suram.
"Tentang kebersihan,
memang tidak serta merta semuanya bisa diserahkan kepada pemerintah. Akan
tetapi, sejauh ini belum ada TPA khusus yang menjadi lokasi untuk menampung
limbah industri perhotelan," tutur Wahyu Khalik M.Par, pengajar ilmu
perhotelan di Akademi Pariwisata (Akpar) Mataram, Kamis (28/4/2016).
Akademisi
kepariwisataan ini mengemukakan, dari tahun ke tahun limbah industri perhotelan
di daerah ini tidak pernah jelas dibawa kemana. Kekhawatirannya juga mengarah
pada pola - pola dan praktek pembuangan limbah secara sembarangan. Apabila hal
ini terus menerus dibiarkan, maka eksistensi pariwisata NTB bisa terancam.
"Memang
sejauh ini sampah limbah hotel itu diolah menggunakan Bank Sampah. Akan tetapi,
kalau limbah tersebut dibuang secara sembarangan karena alasan belum adanya TPA
ini, maka dampaknya luar biasa. Limbah tersebut dapat mencemari sumur, sumber
mata air masyarakat," tuturnya.
Hal inilah yang
kemudian menurut dia harus diantisipasi secara bersama agar tidak menimbulkan
kerugian - kerugian. Baginya, dalam pengelolaan masalah sampah, tiap - tiap
individu harus dibekali dengan rasa tanggung jawab moral yang tinggi. Tanggung
jawab tentang semangat menjaga kebersihan lingkungan. Disamping itu, pihak -
pihak perhotelan juga harus melakukan efisiensi untuk menekan dan mencegah
produksi sampah yang membeludak.
Data lapangan
yang disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (APGT) Sam Samba,
menunjukkan jumlah volume sampah hasil produksi limbah perhotelan ditambah
limbah rumah tangga di Gili Trawangan mencapai 17 hingga 18 ton dalam sehari.
Dengan alasan keterbatasan kapasitas mesin pengeolah limbah, dari jumlah sampah
secara keseluruhan, hanya sekitar 10 sampai 20 persen yang berhasil diolahnya.
"Sisanya dikelola para pemulung. Kita memang memiliki mesin pemecah botol,
tetapi kapasitasnya masih sangat terbatas," terangnya.
Dituturkan, belum
ada TPA khusus yang dapat dijadikan sarana untuk menampung sisa sampah yang
gagal diolah. Menurut Sam, soal keberadaan TPA merupakan tanggung jawab serta
disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab). "Di KLU kita belum punya
TPA, itu menjadi tugas dan tanggung jawab pemkab," tandasnya.
Sedikit berbeda
dengan pengalaman pelaku pariwisata pengelola industri perhotelan di Kota
Mataram. Meski Ketua Asosiasi Hotel Mataram, Reza Bovier mengemukakan bahwa
dirinya tidak tahu persis mengenai berapa jumlah rata - rata limbah yang
diproduksi perhotelan, ia mengaku masing - masing hotel khususnya di Mataram
telah mengolah sampahnya dengan baik.
Sejumlah 80
persen dari 100 persen limbah yang diproduksi industri perhotelan dalam sehari
mampu diolah melalui Bank Sampah. Sisanya 20 persen sampah hasil produksi
industri perhotelan khususnya di Santika, diserahkan ke petugas dari Dinas
Kebersihan Kota Mataram.
"Yang kita
buang jenisnya sampah kering, sementara limbah cair itu kita olah melalui Bank
Sampah. Sampah kering yang kita buang itu kemudian ditangani oleh petugas dari
Dinas Kebersihan, selebihnya kami tidak tahu dibuang kemana," kata Reza.
Dari tahun ke
tahun TPA khusus sebagai muara pembuangan limbah industri perhotelan nampaknya
belum menjadi perhatian. Padahal, selama perjalanan pengembangan industri
bidang jasa, jumlah industri perhotelan di berbagai wilayah yang ada di NTB ini
semakin menjamur.
Di Gili Trawangan saja, terdapat 480 hotel yang tergabung
sebagai anggota APGT. Di Kabupaten Lombok Tengah, seperti disinyalir oleh
akademisi dari Akpar Mataram diatas, populasi hotel terus mengalami peningkatan
sementara wacana pembukaan TPA khusus untuk mewadahi limbah perhotelan tak
kunjung direalisasikan. (Mamet)
0 komentar:
Post a Comment