Be Your Inspiration

Saturday, 30 April 2016

Banjir Sampah di Kawasan Pariwisata Harus Ditangani

Sampah di Gili Air. (dok. Antara foto)

Volume sampah jenis limbah hasil produksi industri perhotelan di objek pariwisata NTB dinilai melimpah. Belum ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) khusus untuk menampung limbah dari industri bidang jasa ini. Seluruh pihak diharuskan mengantisipasi banjir sampah yang berpotensi terjadi di tiap kawasan pariwisata.

Membeludaknya sampah hasil produksi limbah industri perhotelan dan juga limbah rumah tangga kian mengkhawatirkan.
Aspek kebersihan merupakan salah satu bagian dari Sapta Pesona yang menjadi daya tarik di bidang pariwisata. Jika sistem tata kelola sampah di NTB hingga hari ini masih amburadul, maka masa depan industri pariwisata terindikasi menemukan titik yang suram.

"Tentang kebersihan, memang tidak serta merta semuanya bisa diserahkan kepada pemerintah. Akan tetapi, sejauh ini belum ada TPA khusus yang menjadi lokasi untuk menampung limbah industri perhotelan," tutur Wahyu Khalik M.Par, pengajar ilmu perhotelan di Akademi Pariwisata (Akpar) Mataram, Kamis (28/4/2016).

Akademisi kepariwisataan ini mengemukakan, dari tahun ke tahun limbah industri perhotelan di daerah ini tidak pernah jelas dibawa kemana. Kekhawatirannya juga mengarah pada pola - pola dan praktek pembuangan limbah secara sembarangan. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan, maka eksistensi pariwisata NTB bisa terancam.

"Memang sejauh ini sampah limbah hotel itu diolah menggunakan Bank Sampah. Akan tetapi, kalau limbah tersebut dibuang secara sembarangan karena alasan belum adanya TPA ini, maka dampaknya luar biasa. Limbah tersebut dapat mencemari sumur, sumber mata air masyarakat," tuturnya.

Hal inilah yang kemudian menurut dia harus diantisipasi secara bersama agar tidak menimbulkan kerugian - kerugian. Baginya, dalam pengelolaan masalah sampah, tiap - tiap individu harus dibekali dengan rasa tanggung jawab moral yang tinggi. Tanggung jawab tentang semangat menjaga kebersihan lingkungan. Disamping itu, pihak - pihak perhotelan juga harus melakukan efisiensi untuk menekan dan mencegah produksi sampah yang membeludak.

Data lapangan yang disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Gili Trawangan (APGT) Sam Samba, menunjukkan jumlah volume sampah hasil produksi limbah perhotelan ditambah limbah rumah tangga di Gili Trawangan mencapai 17 hingga 18 ton dalam sehari. Dengan alasan keterbatasan kapasitas mesin pengeolah limbah, dari jumlah sampah secara keseluruhan, hanya sekitar 10 sampai 20 persen yang berhasil diolahnya. "Sisanya dikelola para pemulung. Kita memang memiliki mesin pemecah botol, tetapi kapasitasnya masih sangat terbatas," terangnya.

Dituturkan, belum ada TPA khusus yang dapat dijadikan sarana untuk menampung sisa sampah yang gagal diolah. Menurut Sam, soal keberadaan TPA merupakan tanggung jawab serta disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab). "Di KLU kita belum punya TPA, itu menjadi tugas dan tanggung jawab pemkab," tandasnya.

Sedikit berbeda dengan pengalaman pelaku pariwisata pengelola industri perhotelan di Kota Mataram. Meski Ketua Asosiasi Hotel Mataram, Reza Bovier mengemukakan bahwa dirinya tidak tahu persis mengenai berapa jumlah rata - rata limbah yang diproduksi perhotelan, ia mengaku masing - masing hotel khususnya di Mataram telah mengolah sampahnya dengan baik.

Sejumlah 80 persen dari 100 persen limbah yang diproduksi industri perhotelan dalam sehari mampu diolah melalui Bank Sampah. Sisanya 20 persen sampah hasil produksi industri perhotelan khususnya di Santika, diserahkan ke petugas dari Dinas Kebersihan Kota Mataram.

"Yang kita buang jenisnya sampah kering, sementara limbah cair itu kita olah melalui Bank Sampah. Sampah kering yang kita buang itu kemudian ditangani oleh petugas dari Dinas Kebersihan, selebihnya kami tidak tahu dibuang kemana," kata Reza.


Dari tahun ke tahun TPA khusus sebagai muara pembuangan limbah industri perhotelan nampaknya belum menjadi perhatian. Padahal, selama perjalanan pengembangan industri bidang jasa, jumlah industri perhotelan di berbagai wilayah yang ada di NTB ini semakin menjamur. 

Di Gili Trawangan saja, terdapat 480 hotel yang tergabung sebagai anggota APGT. Di Kabupaten Lombok Tengah, seperti disinyalir oleh akademisi dari Akpar Mataram diatas, populasi hotel terus mengalami peningkatan sementara wacana pembukaan TPA khusus untuk mewadahi limbah perhotelan tak kunjung direalisasikan. (Mamet)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive