Be Your Inspiration

Tuesday, 7 March 2017

Makam Bintaro, Makam Habib Husen bin Umar Mashur di Kota Mataram

Makam Bintaro di Kota Mataram NTB

PENYEBARAN agama Islam di NTB, khususnya Lombok telah dilakukan sejak dahulu. Tetapi, dalam implementasinya ajarannya masih belum sempurna, karena masih tercampur dengan tradisi yang ada.

Makam Bintaro yang berada di Jalan Saleh Sungkar, Bintaro, Ampenan, Mataram, merupakan makam para Habib yang datang untuk menyempurnakan ajaran Islam di Lombok. Dari papan informasi yang dipasang Pemkot Mataram, jika Makam Bintaro merupakan makam dari Habib Husen Bin Umar Mashur, Syarifah Zahra Al Habsy, dan Syech Abdullah Al Badawi yang meninggal tahun 1880.  Ketiganya merupakan para habib yang berasal dari Yaman Selatan  yang datang tahun 1865 dan menetap di lingkungan Telaga Mas Kampung Arab Ampenan.

Nurrahman, penjaga Makam Bintaro, menuturkan jika Habib Husen Bin Umar Mashur dan Syarifah Zahra Al Habsy merupakan pasangan suami istri. “Jadi makamnya berderet begitu, sedangkan makam Syech Abdullah Al Badawi sendiri dia,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Jumat (3/3/2017).

Makam para habib ini berada di sebuah bangunan di mana makam ketiganya dibuat paling besar dan diberi kain penutup. Juga terdapat belasan makam lainnya di dalam makam tersebut. “Kalau yang itu makamnya tidak ada namanya,” jelas Nurrahman.


Selain makam para Habib, di Makam Bintaro juga terdapat makam Saleh Sungkar yang berada di selatan bangunan makam Habib. Makamnya diberi penutup kain putih dan dibuat agak tinggi dibanding makam sebelahnya.

Nurrahman menjelaskan Saleh Sungkar dulunya merupakan Datu Ampenan yang terkenal dengan kepintarannya. “Tetapi ada temannya yang iri sama dia, jadi Saleh Sungkar dibunuh sama temannya itu. Tidak salah dia dibunuh di sekitaran Narmada dulu,” katanya. Makam Saleh Sungkar bertahun tahun 1952. “Di sebelah kirinya ini makam istrinya Saleh Sungkar. Kalau keturunannya di luar Lombok saja tempatnya,” terangnya.

Makam Bintaro ini, kata Nurrahman, bisa dikunjungi setiap harinya. “Tetapi paling ramai setiap hari minggu. Pengunjungnya datang dari seluruh Lombok,” katanya. Makam ini juga biasanya dikunjungi oleh calon jamaah haji yang sebelum berangkat akan berziarah ke makam ini. Fasilitas makam Bintaro ini sendiri cukup bagus, karena tersedia tempat parkir yang luas dan posisinya yang berada di samping jalan utama Senggigi memberikan kemudahan akses bagi pengunjung. Di sini juga tersedia lapak pedagang yang sudah disediakan oleh Pemkot Mataram, sehingga pengunjung bisa membeli kebutuhannya. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Subahnala, Motif Tenun Sukarara yang Banyak Dicari Wisatawan

H. Suradi dengan motif kain tenun subahnala yang lebih banyak dicari wisatawan luar daerah dan mancanegara. 


KAIN tenun Sukarara Kecamatan Jonggat Lombok Tengah banyak memiliki motif. Tiap motif memiliki pangsa pasar dan penggemar sendiri. Seperti motif kain rangrang, subahnala, wayang, keket, ragi genep dan lainnya.

Misalnya, motif rangrang yang banyak dicari para perancang busana, baik lokal hingga nasional. Motif ini banyak dicari, karena membuat orang memakainya menjadi percaya diri atau lebih cantik.
Begitu juga dengan motif subahnala. Peminat kain motif tradisional ini sendiri lebih banyak wisatawan luar daerah dan luar negeri. “Kalau di sini, karena mereka bisa buat sama pakainya juga hanya saat hari-hari tertentu saja,” jelas H. Suradi – pemilik Bilal Al Fariz Artshop pada Ekbis NTB di Sukarara Jonggat, Minggu (5/3/2017).

Menurutnya, turis asing banyak yang lebih menyukai motif tradisional karena keunikannya. “Mereka biasanya lebih menyukai yang motif tradisional karena suka yang berbau tradisional dari daerah yang dikunjungi,” tukasnya

Motif Subahnala tenunan khas Sukarara Lombok Tengah

Diakuinya, tenun awalnya hanya terdiri dari 25 motif tradisional. Namun, sekarang ini, motifnya sudah ratusan, dari yang tradisional sampai yang modern. Motif tradisional mulai dari motif subahnala, wayang, keket, ragi genep, dan lainnya, sedang yang motif modern seperti rangrang.

Motif tradisional, tambahnya, memiliki arti di balik namanya. ‘’Dinamakan subahnala, karena saat penenunnya merasa capek menenun 24 jam, ia menjadi sulit untuk melafazkan kata subhanallah, sehingga terdengar seperti kata subahnala. Kemudian motif wayang itu timbul setelah para penenun habis nonton pagelaran wayang dan membayangkan bentuknya,” kata Suradi. Tetapi, dari berbagai motif tradisional yang ada yang paling banyak digunakan adalah motif subahnala.

Salah satu kain tenun dengan motif Subahnala di Sukarara Lombok Tengah

Selain itu, tambahnya, di Lombok Tengah, di setiap tiang jalan di Praya dilukis motif subahnala, karena itu merupakan motif paling tua. Selain itu, dalam acara-acara besar motif ini banyak digunakan oleh masyarakat. “Subahnala itu terdiri dari subahnala beleq dan rincik (kecil),” tukasnya.

Pembuatannya sendiri terdiri dari 2 jenis benang yang berbeda. “Pakan itu tergantung dari kreasi penenun dalam mengkombinasikan warna. Tetapi warna kain motif subahnala itu merah, hitam, hijau,serta kadang-kadang emas,” jelasnya.

Kain motif tradisional biasanya agak berat serta terdiri dari berbagai macam warna dalam satu kain. “Kalau motif yang rumit membutuhkan banyak bambu sampai 100 buah yang membuatnya harganya berkisar 1 jutaan,” kata Suradi. Tidak heran, kain motif tradisional seperti subahnala berharga mahal. Untuk subahnala beleq dihargai Rp 700 ribu– 1,5 juta/kain, sedangkan untuk subahnala rincik harganya berkisar Rp 500 – 600 ribu/kain. “Harganya tergantung dari motif, desain serta kualitas bahannya,” kata Suradi. (uul/Ekbis NTB)


Share:

Monday, 27 February 2017

Makam Nyatoq, Makam yang hanya Boleh Diziarahi Hari Rabu dan Hari Besar Islam

Makam Nyatoq Rembitan Pujut Lombok Tengah

Penyebaran agama Islam di Lombok tidak terlepas dari adanya para wali atau sunan yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Di Lombok, kiprah para wali ini bisa dilihat dari adanya peninggalan berupa makam atau masjid yang masih terawat sampai sekarang. Salah satunya adalah makam Wali Nyatoq yang berada di Desa Rambitan, Pujut, Lombok Tengah.

Menurut Amaq Tibe dan Wirajaya, selaku penjaga makam Wali Nyatoq, kata nyatoq berarti nyata. "Makam Nyatuq ini makam paling pertama di Lombok dan satu-satunya makam wali Allah di Lombok,’’ tuturnya pada Ekbis NTB, Rabu (8/2/2017).

Amaq Tibe menjelaskan makam Wali Nyatoq ini terdiri dari dua bagian di lahan seluas 80 are. "Yang utama ada 2, tetapi makam pengiringnya ada 44 orang," jelasnya.

Makam wali Nyatuk ini sendiri hanya diperbolehkan diziarahi hanya pada hari Rabu dan hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha. "Kunjungan hari Rabu itu diadakan, karena sebelum meninggal, sang wali berpesan seperti itu agar dikunjungi hari Rabu," kata Wirajaya.

Makam ini sendiri masih mempertahankan bentuk aslinya dilihat dari tidak adanya bangunan modern di sekitar makam, kecuali di luar areal makam.
Peziarah sedang berdoa di Makam Nyatoq Rembitan Lombok Tengah

Memasuki makam utama, para pengunjung harus menaati aturan yang berlaku, seperti mengucap salam dan membuka alas kaki. ‘’Selain itu, saat masuk para pengunjung juga dianjurkan untuk membasuh muka dan kaki serta disembek saat keluar. Airnya untuk membasuh muka dan kaki itu beda, kalau yang muka airnya diambil di Gerepek dan untuk kaki diambil dari Bakal," jelas Amaq Tibe.

Di depan makam, terdapat sebuah sumur kering yang tidak terlalu dalam. "Walau tidak dalam, kadang-kadang ada airnya tetapi tergantung rezeki," jelas Wirajaya. Selain itu, juga terdapat 2 berugak yang dinamakan berugak bini dan laki karena fungsinya. "Berugak bini untuk perempuan dan berugak laki yang lebih besar diperuntukkan untuk laki-laki," jelasnya.

Pengunjung makam ini sendiri datang dari seluruh penjuru nusantara bahkan luar negeri. Pemerintah daerah juga memberikan perhatian besar terhadap situs bersejarah ini degan membangun berbagai fasilitas umum. "Pemerintah daerah sebenarnya ingin memugar makam ini, tetapi ditolak oleh masyarakat, karena ingin tetap alami seperti aslinya," kata Wirajaya. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Friday, 24 February 2017

April 2017, Dinas Pariwisata NTB akan Gelar Tour de Mandalika

Pantai Kuta Mandalika (Dokumentasi Novotel Loteng)


Berbagai program diseleggarakan Dinas Pariwisata Provinsi NTB untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan. Setelah sukses dengan Pesona Bau Nyale, akan diselenggarakan pula Tour de Mandalika pada April mendatang. Rencananya akan diundang atlet-atlet sepeda dari berbagai negara. Selain itu juga akan ada berbagai kegiatan yang akan meramaikan event tersebut.

“Nanti kita akan undang dari negara lain juga, kita juga akan membuka pendaftaran bagi siapa saja yang mau ikut. Nanti akan ada banyak wisatawan yang akan mengikuti kegiatan ini,” kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi NTB Dra. Hartati, MM kepada  di Mataram, Rabu (22/2/2017).

Ia mengatakan bahwa ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan di NTB. Sehingga sejumlah persiapan akan dilakukan dengan lebih baik. Sebab akan mendatangkan banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Sehingga dapat sekaligus menjadi ajang promosi sejumlah destinasi wisata. Baik yang ada di kawasan Mandalika maupun wisata NTB pada umumnya.

“Ini merupakan kesempatan kita untuk mempromosikan potensi wisata di Mandalika yang menjadi salah satu destinasi prioritas di Indonesia. Untuk Tour De Mandalika ini masih disusun program dan rancangan kegiatannya,” ujarnya.

Saat ini Dispar NTB tengah gencar melakukan promosi pariwisata. Pasalnya target kunjungan wisatawan selama 2017 meningkat dari tahun sebelumnya, menjadi 3,5 juta wisatawan. Dispar melihat program Tour de Mandalika ini bisa menjadi salah satu moment untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan.

Rencananya program ini akan selenggarakan pada pertengahan April. Sehingga wisatawan bisa merencanakan liburannya sekaligus ikut serta dalam Festival Pesona Tambora.

“Itu dekat waktunya dengan FPT, kita berharap tamu yang datang juga bisa sekalian ikut FPT. Kita konsentrasi di keduanya, tapi kita akan lebih konsentrasi pada kegiatan yang lebih dulu diselenggarakan. Semoga bisa mendatangkan banyak wisatawan,” ujarnya.

Tour de Mandalika bukan kegiatan pertama yang diselenggarakan di kawasan Mandalika. Sebelumnya juga telah diadakan Festival Bau Nyale yang diikuti oleh ribuan wisatawan dan warga. (Lingga)


Share:

Tuesday, 21 February 2017

Pantai Selong Belanak, Pantai Favorit Penjaga Gawang Juventus Emil Audero Mulyadi

Nelayan Selong Belanak sedang mengambil ikan dari jaring nelayan. Pantai Selong Belanak merupakan favorit kunjungan penjaga gawang Juventus Emil Audero Mulyadi.

Emil Audero Mulyadi -- penjaga gawang Juventus kembali akan berlibur ke Lombok bulan Juni 2017. Emil datang ke Lombok karena rindu dengan ayahnya, Edy Mulyadi di Praya Lombok Tengah. Selain itu Emil juga sangat senang berlibur di Lombok karena keindahan wisata di Lombok. Salah satu tempat wisata yang disukai Emil kata Budi Utami adalah Pantai Selong Belanak.

"Emil senang berlama-lama liburan di Selong Belanak karena ada tempat surfing-nya," kenang Budi.
Sementara itu rumah yang ditempati orang tua Emil di Praya  saat ini merupakan peninggalan Kakek Emil, H. Halifah Amin (Almarhum) dan nenek Emil bernama Hj. Baiq Arini. Almarhum H. Halifah Amin merupakan saudara kandung dari  H. Usman Paradiso, pemilik Hotel Paradiso yang berlokasi di Kota Mataram.

Almarhum H. Halifah memiliki delapan anak, dari delapan anaknya (tiga) meninggal. Dan kini sisa lima saudara. Sementara Ayah Emil yang bernama Edy Mulyadi anak ketujuh, sedangkan Budi Utami merupakan anak keenam atau kakak kandung ayah Edy Mulyadi.

Edy yang pernah  bekerja di salah satu hotel di Selong Belanak menikah dengan Antonella Audero tahun 1992. Buah cinta Edy dan Antonella melahirkan seorang putra yakni Emil Audero Mulyadi. Saat ini Edy Mulyadi menetap di Loteng, sementara Emil dan Ibunya, Antonella tinggal di Italia.  (Afandi)
Share:

Emil Audero Mulyadi Penjaga Gawang Juventus Kembali akan Berlibur ke Lombok


Penjaga gawang sepak bola  tim Juventus, Emil Audero Mulyadi berpose bersama bibinya, Budi Utami saat berlibur  di Lombok tahun 2016 lalu.
Penjaga gawang tim sepak bola Liga Utama Serie A Italia, Emil Audero Mulyadi akan kembali  berlibur di Lombok-NTB. Kiper ketiga tim Juventus itu akan berlibur selama seminggu di rumah ayah kandungnya, Edy Mulyadi di Jalan Melur Nomor 12 di Praya, Lombok Tengah (Loteng), bulan Juni mendatang.

Rencana kedatangan Emil Audero Mulyadi ke Lombok dibeberkan oleh bibinya, Budi Utami salah seorang  Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTB, Senin (20/2/2017). Budi Utami menyampaikan hal itu setelah mendapat telepon dari Emil Audero Mulyadi belum lama ini.

Kabar kedatangan Emil benar-benar membuat Budi Utami beserta keluarga di Lombok sangat bahagia. Sehingga Budi pun membeberkan rencana  kedatangan keponakannya itu kepada Suara NTB.  "Emil (kiper Juventus) akan berlibur ke rumah Ayahnya di Praya  Lombok Tengah. Emil akan berada selama satu Minggu di Lombok," ucapnya.

Menurut Budi kedatangan Emil ke Lombok bukanlah yang pertama kalinya, namun Emil hampir setiap tahun berlibur di Lombok. Maklum, ayah kandung Emil merupakan putra daerah Loteng, yang saat ini berdomisi di Jalan Melur Nomor 12, Praya, Loteng. Sementara Ibu kandung Emil, Antonella Audero berdomisi di Kota Torino, Italia.

Saat ini Emil telah menjadi penjaga gawang ketiga tim Juventus. Emil memang besar di Italia. Namun Emil sempat menjalani masa kecilnya di Lombok. Atlet kelahiran 18 Januari 1997 dilahirkan di Rumah Bersalin Akasia Mataram. (Afandi)


Share:

Kereenn.. Patung Franky Tanduk Kerbau Produksi Khas Lombok

Patung Franky dari tanduk kerbau khas Lombok

KREATIVITAS memang bisa datang dari mana saja. Apalagi jika sedang dalam kondisi terdesak. Seperti yang dialami I Made Sudi Adnyana, seorang pengukir yang membuat patung dari tanduk kerbau atau oleh wisatawan asing menyebutnya dengan Patung Franky.

Ida Sudi – nama panggilannya sudah menekuni dunia mengukir sejak tahun 1985 ini. Dirinya memulai pekerjaan membuat patung dari tanduk, karena menyukai seni. Belum lagi, kebutuhan hidup setelah menikah semakin meningkat membuat dirinya fokus mengerjakan usahanya.

“Apalagi setelah menikah, kebutuhan menjadi semakin banyak sehingga pekerjaan ini menjadi fokus utama,” terangnya saat ditemui  di kawasan Sweta Cakranegara, Kamis (16/2/2017)Diakuinya, ada dua bahan yang menjadi andalannya untuk diukir menjadi kerajinan, yaitu kayu dan tanduk kerbau. “Sekarang yang paling banyak diminati memang yang patung tulang ini,” terangnya. Tanduk kerbau diperolehnya dari Lombok Timur dan Mataram.
Pembuatan Patung Franky di Sweta Mataram Lombok

Patung tulang yang dikenal dengan patung Franky oleh wisatawan mancanegara cukup banyak diminati. Patung Franky ini dibuat dengan berbagai macam gaya, seperti menutup mata, telinga, mulut dan pancaindra lainnya. “Para bule itu tidak mau beli kalau tidak ada filosofinya. Jadi makna patung ini, kalau dia menutup mulut, tidak boleh berbicara jelek, kalau menutup mata tidak boleh melihat yang buruk, tutup telinga tidak boleh mendengar yang buruk,”  terangnya.

Patung Franky, katanya, belum ada dibuat oleh perajin lain, selain dirinya dan kelompoknya. “Di Bali saja banyak yang pesan, karena di sana belum ada yang buat,” terangnya. Selain patung Franky, ada juga tempat obat dari tanduk kerbau yang unik karena motif ukirannya yang rumit. “Tempat obat ini digunakan untuk menyimpan obat. Buatnya lebih sulit dibandingkan patung karena ngukirnya yang lama,” terangnya.
Patung Franky dengan berbagai gaya dan ekspresi

Pembuatan patung Franky ini tidak membutuhkan waktu lama, seperti pembuatan tempat obat tersebut. “Sehari, bisa jadi 3 patung. Kalau yang tempat obat cuman jadi 1 buah/hari karena ukirannya,” terangnya.

Jadi tidak heran, harga jual patung dan tempat obat ini lumayan mahal. “Kalau patung Franky ukuran kecil harganya Rp 60 ribu, sedangkan yang besar harganya Rp 80 ribu. Kalau tempat obat sendiri harganya Rp 200 ribu tergantung modalnya,” katanya.

Pemasaran patung dan tempat obat ini sendiri sudah menyasar tempat wisata seperti di Senggigi dan Gili karena sudah ada pengepulnya. “Pesanan ramai biasanya di bulan-bulan liburan seperti Desember, Agustus, dan Maret,” ujarnya, seraya berharap, kerajinannya ini bisa dibantu oleh dinas terkait untuk pemasarannya. (Uul/Ekbis NTB)
Share:

Monday, 20 February 2017

Tradisi Malean Sapi Khas Masyarakat Nyur Lembang Narmada Lombok Barat

Tradisi Malean Sampi di Desa Nyur Lembang Narmada Lombok Barat

Tradisi menyambut musim tanam awal tahun, masyarakat Desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada  menggelar atraksi budaya Malean Sampi. Malean Sampi ini merupakan salah satu atraksi budaya masyarakat Desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada. Atraksi budaya ini masih disukai masyarakat di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lombok Barat (Lobar).

Sabtu (18/2/2017), atraksi ini kembali digelar di Desa Nyur Lembang sebagai rasa syukur masyarakat menyambut musim tanam padi tahun ini. Malean Sampi kali ini pun menjadi bentuk partisipasi masyarakat Desa Nyur Lembang menyambut kedatangan tamu dari Fam Trip Lombok Wisata Halal hasil kerjasama PT. Tiara Sentosa dengan PT. Garuda Indonesia Airways. Mengingat pentingnya atraksi ini, panitia awalnya kesulitan mencari lokasi yang strategis untuk kegiatan atraksi. “Belum adanya lahan khusus, merupakan salah satu kendala utama yang belum bisa teratasi oleh para pelaku Malean Sampi ini. Bersyukur, masih ada orang yang mengizinkan kami untuk memakai lahan sawahnya untuk malean sampi ini,” kata Kepala Desa (Kades) Nyur Lembang, H.Warti Asmunadi di sela-sela gelaran Malean Sampi.
 
Malean Sampi di Desa Nyur Lembang Narmada Lombok Barat
Menurut Kades dua periode ini, atraksi budaya Malean Sampi harus terus digelorakan. Jangan sampai punah tergerus budaya luar. Apalagi sampai diklaim menjadi hak paten milik orang luar. Untuk itu, ke depan kata Warti, pihaknya bersama seluruh masyarakat Desa Nyur Lembang, terus berupaya berjuang melestarikan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Warti menyayangkan, selama gelaran Malean Sampi yang telah lama berlangsung, belum ada lahan khusus yang disiapkan untuk kegiatan ini. “Kami mohon agar pemerintah daerah Lombok Barat memberikan lahan untuk atraksi Malean Sampi ini,” harap kades di hadapan Bupati, Kadis Pariwisata, Camat Narmada, toga, toma, serta seluruh tim Fam Trip. Di Desa Nyur Lembang khususnya, komunitas Malean Sampi ini sudah terbentuk sejak lama. Melalui kelompok Pade Girang, selain sebagai wadah unjuk kebolehan atraksi, kelompok ini juga dimanfaatkan sebagai wadah negosiasi transaksi jual beli sapi.

Di tempat yang sama, Bupati Lobar,H. Fauzan Khalid mengemukakan terkait kebutuhan warganya akan lahan untuk atraksi, Bupati nampaknya serius menanggapi. “Kalau ada lahan pemda silahkan pakai, saya tinggal tanda tangan,” tantangnya.

Ketua panitia penyelenggara, Huzairin menjelaskan atraksi Malean Sampi kali ini sebagai suguhan hiburan kepada para tamu yang tergabung dalam Fam Trip Lombok Wisata Halal. Tamu-tamu dalam Fam Trip ini berasal dari Malaysia, India, Jepang, Singapura, dan beberapa kota lain di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Terpisah Owner Travel Tiara Sentosa, Masnun mengemukakan, Fam Trip ini berlangsung sejak tranggal 17 Februari hingga 19 Februari. Sebagian agendanya diisi di Lombok Barat. Sebelum tim mengunjungi Malean Sampi, terlebih dahulu disuguhkan atraksi budaya lain di Desa Sesaot berupa tari gandrung dan peresean serta menikmati suguhan kuliner khas desa setempat. (heru Lombok Barat)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive