Be Your Inspiration

Tuesday 17 September 2019

Prosesi Boteng Tunggul Warnai Event Kesenian dan Budaya Pringgasela

Prosesi adat Boteng Tunggul Kecamatan Pringgasela Lombok Timur
Gubernur NTB, Dr.H. Zulkieflimansyah menegaskan bahwa pariwisata, tidak  harus identik dengan Laut dan gunung saja. Tetapi juga berbagai aktivitas seni budaya dan tradisi yang perlu terus diperkaya dan dilestarikan, sebagai aset wisata daerah.

NTB  kaya dengan warna warni seni budaya dan tradisi rakyat. "Hampir di setiap desa wisata tersimpan potensi seni budaya dan tradisi, termasuk kerajinan tenun dan busana yang perlu dieksplore lebih lanjut," kata Gubernur yang akrab disapa Doktor Zul itu saat menutup Event Kesenian & Budaya Pringgasela, di Kecamatan Pringgasela Lombok Timur, Senin (16/9-2019).



“Prosesi Boteng Tunggul ini yang sudah berusia 8 abad adalah warisan budaya yang luar biasa, harus tetap dijaga,” tambah Gubernur.

Boteng Tunggul adalah sebuah tradisi sakral yang biasa  digelar oleh masyarakat desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur NTB mengiringi upacara adat Gawe Desa.

Boteng sendiri berarti berdiri dan Tunggul adalah kain tenun  yang dibuat pertama kali oleh tokoh tenun setempat yaitu Lebai Nursini. Kini tunggul tersebut telah berumur ± 850 tahun, yang berarti sudah berada di tangan generasi pewaris ke - 17. Tradisi ini sebagai cermin sejarah perjalanan tenun Pringgasela.

Dalam prosesi adat  Boteng Tunggul adalah kain tenun (Tunggul) yang diikatkan pada sebuah pohon bambu petung, sehingga tampak seperti umbul-umbul. Kain tunggul itu dipercaya memiliki nilai kesakralan tinggi, sehingga ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi ketika akan mengibarkan dalam suatu kegiatan adat gawe desa.


BACA JUGA : Tenun Gedogan Lombok Timur Menuju Persaingan Internasional 

Demikian juga bambu petung sebagai tiang Tunggul, selain harus diambil utuh mulai dari bagian akar sampai ujungnya, juga orang yang mengikatkan kain itu hanyalah oleh pewaris tradisi, diiringi dengan seni tradisional Sasak yaitu Gendang Belek dan kesenian Rantok.

Ketua Panitia Alunan Budaya Desa Pringgasela, Ahmad Feriawan mengatakan, masyarakat Pringgasela menganggap Tunggul ini adalah tenun Pringgasela di mana mereka sadar bahwa mereka dilahirkan dengan tenun, sehingga harus dijaga sampai kapanpun.
Boteng Tunggul yang diklaim sudah berusia 8 abad
Tunggul ini juga sering digunakan sebagai media pengobatan dengan memanjatkan do'a dan salawat.
Ia menceritakan bahwa Tunggul terakhir kali dikibarkan pada tahun 1979 silam, ketika pewaris dari kain ini menikah. Sejak saat itu, masyarakat sudah tidak pernah melihat tunggul dikibarkan.

Seluruh tradisi budaya yang dimiliki masyarakat, kata dia, harus dilestarikan dan pelestarian itu ada di Kebudayaan. Karena itu tahun 2020, ia berharap pemerintah daerah punya museum untuk melestarikan keragaman adat dan tradisi yang ada di masyarakat. Terlebih Tunggul yang berusia delapan abad tersebut.



Hal senada dikatakan Kepala Dinas Pendidikan dan KebudayaanNTB, Rusman, SH, MH. Dia mengatakan pelestarian budaya adalah bagian yang harus menjadi perhatian. Budaya sebagai cermin dari masyarakat.

"Ini menjadi perhatian kami di Dinas Dikbud, bagaimana ke depannya kita bisa mencari format yang baik sehingga budaya yang dimiliki betul-betul lestari dan menjadi asset yang berharga," ujarnya.
Di sekolah, jelas Rusman, kekayaan budaya NTB sudah mulai masuk sebagai pelajaran muatan lokal. Bahkan khusus untuk tenun, SMKN 2 Selong membuka jurusan khusus terkait kerajinan tenun. Ini menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di masyarakat.

Selain upacara adat Boteng Tunggul, Alunan Budaya Desa Pringgasela, juga  menampilkan beragam atraksi seni seperti fashion show kain tenun, Pameran UKM dan Tari Tenun. Kerajinan tenun sendiri menjadi khas Pringgasela. Produk tenun yang dihasilkan tak hanya beredar di Nusantara, tapi mulai menembus pasar dunia. (Diskominfotik NTB).

Share:

Gubernur NTB Buka Festival Pesona Moyo 2019

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah didampingi Bupati Sumbawa H. Husni Djibril, Ketua DPRD Sumbawa saat memukul bedug tanda dimulainya Festival Pesona Moyo, Minggu (15/9/2019) malam

Gubernur NTB, Dr. H.  Zulkieflimansyah, S.E. M.Sc menekankan pentingnya akses serta penerbangan dalam mendukung kemajuan pariwisata. Karena sehebat apapun menyajikan destinasi dan atraksi budaya, wisatawan tidak mungkin berkunjung jika akses masih minim dan penerbangan masih susah.

Hal ini disampaikannya saat membuka secara resmi Festival Pesona Moyo tahun 2019 di halaman Kantor Bupati Sumbawa, Minggu (15/9/2019). Festival Pesona Moyo terpilih sebagai kalender 100 of event nasional yang diprioritaskan Kementerian Pariwisata. Pihaknya berharap pelaksanaan event ini bisa dirasakan manfaat dan dinikmati oleh masyarakat. “Jangan sampai juga kita melaksanakan satu festival besar tapi tidak dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat kita,” imbuhnya.

Dijelaskannya, pemerintah pusat melihat pariwisata adalah satu-satunya sektor yang mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan dalam waktu yang cepat. Hanya saja banyak orang sering keliru memahami pariwisata. Mencoba menata destinasi, desa-desa dan menyajikan tarian serta nyanyian untuk mendatangkan para wisatawan.

Tetapi dari hasil diskusi yang paling penting, orang berkeinginan datang ke suatu daerah karena kemudahan akses. Selain itu yang membuat wisatawan tertarik datang juga jika adanya direct flight (penerbangan langsung).  Berdasarkan data yang ada, sejak adanya direct flight dari Perth Australia datang ke Lombok, jumlah wisatawan Australia yang datang ke NTB meningkat 400 persen.

“Jadi tidak mungkin Festival Pesona Moyo akan ramai dikunjungi kalau akses datang ke Sumbawa masih minim. Tidak mungkin orang Jakarta, Surabaya semuanya mau datang ke Sumbawa kalau penerbangan masih susah. Saya kira yang kayak begini penting agar jangan sampai kita mendandani desa, memperbaiki objek wisata tapi pimpinan Dewan,  anggota Dewan dan pemda tidak memberikan subsidi untuk angkutan kita,” terangnya.

Disebutkannya, hal penting lainnya, pemerintah harus mampu mengidentifikasi asal wisatawan. Karena wisatawan yang paling banyak berkunjung ke NTB termasuk Kabupaten Sumbawa berasal dari Malaysia, kemudian China dan Australia. Hal ini karena adanya penerbangan langsung dari ketiga negara tersebut ke Lombok International Airport (LIA).

Gubernur juga mengakui bahwa turis yang datang ke NTB ini tidak hanya ingin melihat gunung dan laut tetapi juga atraksi yang ditampilkan. Karena tidak lebih dari dua hari anak-anak mereka sudah mulai mencari binatang. Makanya Gubernur berharap Kabupaten Sumbawa bisa menciptakan aktivitas, sehingga sehingga wisatawan lebih dari dua hari nyaman berada di Sumbawa, termasuk memiliki Kebun Binatang.

Gubernur berharap pemerintah daerah lebih serius dalam memajukan pariwisata. Salah satunya dengan mengenal dan mencintai budaya dan daerah Sumbawa. Selain itu juga harus memberikan pelayanan terbaik kepada setiap tamu yang berkunjung.
Pembukaan Festival Pesona Moyo 2019
Bupati Sumbawa, H. M. Husni Djibril, B.Sc, menyampaikan, dilaksanakannya Festival Pesona Moyo 2019 menjadi major event dari rangkaian kegiatan pariwisata yang dikemas dalam rangka mempromosikan Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Indonesia. 

Dengan memanfaatkan nama Pulau Moyo dalam festival ini, diharapkan mampu menggambarkan kekayaan dan eksotisme tinggi yang dimiliki daerah Sumbawa. Paling tidak tercatat ada 231 potensi objek wisata, termasuk 9 desa wisata yang ditetapkan oleh pemerintah Provinsi NTB di Kabupaten Sumbawa, yang membutuhkan interaksi cita rasa dalam konteks kepariwisataan dari segenap komponen baik pemerintah, masyarakat, pelaku wisata, maupun wisatawan itu sendiri. Pihaknya merasa bangga dan semakin termotivasi setelah ditetapkannya Festival Pesona Moyo sebagai salah satu dari 100 wonderful event Indonesia 2019 oleh Kementerian Pariwisata.

“100 wonderful events ini merupakan 100 atraksi wisata terbaik yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Untuk itu, pada gelaran Festival Pesona Moyo kali ini, kami telah mengerahkan segenap sumberdaya yang ada untuk menyajikan dan mengangkat hal-hal unik, menarik dan bernilai jual sebagaimana tema yang diusung yaitu  discover Sumbawa-find the uniqueness,” terangnya.

Sementara Tenaga Ahli Kementerian Pariwisata RI, Taufik Rahzen memaparkan proses masuknya Festival Pesona Moyo menjadi 100 kalender event nasional. Dijelaskan, terkait masa depan Festival Pesona Moyo, di mana diyakini Sumbawa menjadi pusat kebudayaan di Indonesia. Untuk itu, pihaknya ingin mengusulkan kepada Gubernur dan Bupati tentang pelaksanaan festival di NTB agar bisa di-branding kekuatan flora dan fauna.  Untuk binatang mulai dari Bau Nyale hingga Hiu Paus. Kemudian Barapan Kebo, Pacuan Kuda dan lainnya. (Indra Jauhari dan Arnan Jurami Suara NTB)
Share:

Sunday 15 September 2019

Inovasi Desa, Jerman Lombok Timur Bangun Flower Hill

Flower Hill atau bukit berbunga yang ada di Desa Jerman (Jeruk Manis) Kecamatan Sikur Kabupaten Lotim. 

Desa Jeruk Manis (Jerman) Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur terus berinovasi menata dan mengembangkan sejumlah objek wisata. Salah satu destinasi yang saat ini dipersiapkan adalah Bukit Berbunga.

Kepala Desa Jeruk Manis, Nurhadi Muis mengutarakan, tahun 2019 ini dialokasikan dari APBDesnya Rp 500 juta untuk menata objek wisata. Sebesar Rp 250 juta dari jumlah tersebut diperuntukkan menata Bukit Berbunga. “Kalau Inggris nya nanti kawasan ini akan kita namai Flower Hil,” ucapnya.

Dinamakan demikian karena lahan berbukit seluas sekitar 3 ha itu coba ditanami bunga-bunga cantik. Jeruk Manis memang sudah dikenal sebagai daerah yang kaya dengan tanaman bunga. Bahkan kata Nurhadi Muis, ada bunga langka edelweis tumbuh di kawasan Jeruk Manis. Bunga-bunga anggrek juga banyak ditemukan. Termasuk bunga-bunga lokal yang cantik siap menghiasi kawasan.

Desa Jeruk Manis ini terbilang berani dalam menggunakan dana desa untuk menata destinasi wisata. Bahkan katanya bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD)nya, dipersilakan menggunakan seluruh APBDesnya untuk fokus menyelesaikan penataan salah satu objek. Tujuannya agar bisa lebih cepat menuai hasilnya.

Flower Hill Desa Jerman (Jeruk Manis) Kecamatan Sikur Lombok Timur.
Akan tetapi, anggaran menata satu kawasan tidak cukup dengan Rp 1 miliar. Butuh lebih dari miliaran rupiah agar bisa menjadikan objek wisata menjadi sangat menarik wisatawan. Diakuinya, sempat ada pemilik modal besar dari Riau saat berwisata ke Jeruk Manis menawarkan investasi senilai Rp 50 miliar. Akan tetapi, dirinya tidak berani menerima dan memilih menolak, karena takut tergantung dengan investor tersebut.

Kehadiran investor katanya tidak bisa dinafikan dalam menata kawasan. Diperlukan ada bantuan dari pihak-pihak lain dalam upaya mempercepat penataan kawasan. Seperti penataan bukit berbunga.
Bukit berbunga ini diharapkan nantinya bisa menjadi alternatif lain selain Air Terjun  Jeruk Manis, Air terjun Tibu Bunter dan Air Terjun Durian Indah yang ada di wilayah Jeruk Manis. Desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ini terbilang kaya dengan objek wisata. “Kami ini adalah daerah tujuan wisata, wisatawan tidak pernah sepi datang ke sini,” klaimnya. 

Karena itulah, perhatian terhadap wisata menjadi salah satu atensi serius. Melalui wisata, bisa menjadi salah satu cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jeruk Manis. “Tujuan kita mengan lesejahteraan masyarakat,” ucapnya.

Bukit Berbunga diyakini ke depan akan bisa menberikan income yang besar bagi negara dengan kunjungan wisatawan asing. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah dan tentunya PADes desa. (Rusliadi/Lombok Timur)


Share:

Eco Tourism Tibuborok Lombok Timur yang Mempesona

Eco Tourism Tibuborok bisa menjadi objek wisata baru di Lombok Timur. 
Satu lagi objek wisata alam nan menawan kini hadir di kabupaten Lombok Timur (Lotim). Namanya Tibuborok, berlokasi di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) Desa Padakguar Kecamatan Sambelia. Kawasan yang kini coba disulap menjadi eco tourism wisata alam ini menampilkan pemandangan yang indah.

Dari kawasan Tibuborok ini dapat dilihat pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi di sebelah barat. Sebelah timur, terlihat sejumlah gili yang muncul di atas perairan Selat Alas, yakni Gili Kondo, Gili Bidara dan Petagan. Pasirnya yang putih terlihat jelas dari ketinggian 130-241 meter di atas permukaan air laut (Mdpl).

Meski pada siang terik Minggu (8/9/2019), pemandangan indah itu masih bisa memanjakan mata para pengunjung. Ratusan hektare kawasan Tibuborok ini sebelumnya kering dan kritis. 


Junaini, penjaga kawasan menuturkan sejak dua tahun terakhir ini baru terlihat ada perubahan. Tibuborok mulai hijau.  Musim kemarau ini diakui memang membuat sejumlah tanaman mengering. Jika tanpa sentuhan teknologi, maka diakui semua tanaman mungkin akan mati semua. Saat penanaman awal, ada tambahan hydro gell diberikan pada setiap lubang tanaman. Dengan hydrogell itu, tanaman bisa bertahan sampai bisa tumbuh besar. 

Sementara itu, Stasiun Manajer PT Sadhana Arifnusa, Kuswanto Setiabudi selaku pemilik kawasan memaparkan, saat musim kemarau saat ini memang tanaman mengalami fase stress. Namun  saat hujan turun nanti, semua tanaman itu dipastikan akan kembali hijau.

Eco tourism menjadi salah satu konsep yang coba dikembangkan untuk kawasan yang nantinya akan terbuka untuk umum. Kuswanto mengakui, tidak akan  bisa menutup kawasan tersebut. Keindahan alam Tibuborok ini akan menjadi satu kesatuan sistem dalam industri yang coba dikembangkan dalam kawasan tersebut.

Dituturkan, kawasan HTI Sambelia seluas 2 ribu hektar itu ia peroleh perizinannya pada era kepemimpinan Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan Menteri Kehutanan MS Kaban, Sadhana diberikan izin HTI. Ide dari Gubernur NTB dan Menhut tersebut kemudian dijalankan. Pasalnya, upaya pelestarian hutan oleh pemerintah sejauh ini selalu gagal.


Upaya yang dilakukan Sadhana lambat laun berhasil memperlihatkan hutan yang dulunya gundul menjadi hijau dan lestari. Meski belum sempurna, namun sudah bisa dilihat pertumbuhan hutan yang rimbun. Dalam waktu yang tak lama lagi diyakini Kuswanto, Tibuborok akan semakin rimbun. Mengenai penjagaannya  melibatkan masyarakat sekitar.

Saat ini oleh pihak pengelola sudah disiapkan tiga unit menara pantau. Dari atas menara-menara tersebut pengunjung bisa melihat semua sisi kawasan. Tidak jarang sambil berswa foto. Akan ada pula kawasan kemah disediakan. Kawasan ini juga tepat kiranya sebagai soft trekking bagi para pecinta pendakian gunung. (Rusliadi/Suara NTB)
Share:

Tuesday 3 September 2019

Apem, Onde-onde dan Kue Tradisional Lombok Lainnya Jadi Suguhan Khas di APGN 2019

Jajanan khas Lombok jadi suguhan di APGN 2019
Berbagai jenis jajanan tradisional menjadi suguhan khas usai acara pembukaan (opening ceremony ) The 6th Asia Pacific Geopark Network (APGN) Symposium 2019, yang berlangsung di hotel Lombok Raya, Mataram, Selasa (03/09/19).

Beberapa jenis jajanan tradisional tersebut di antaranya, sarimuke, kue apem, onde – onde, kue ketan merah dan lainnya. Jajanan khas ini sengaja disajikan untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia khususnya jajanan khas NTB.

Salah satu peserta APGN asal Jerman Bexi mengatakan, sangat senang bisa disuguhkan jajanan tradisional. Selain rasanya enak dan manis juga bentuknya unik. ‘’Saya sangat suka, enak dan manis. Apalagi kopinya, sangat enak dan baunya juga khas sekali. Saya kebetulan sangat suka juga kopi pahit jadi cocok sekali di lidah,’’ katanya dalam bahasa Inggris.

Peserta lainnya, Mr. Takagawa asal Jepang juga sangat terkesan dengan suguhan makanan tradisional selama berada di Lombok.’’Saya sangat suka makanannya, hanya saja saya tidak terlalu suka pedas jadi tidak makan jajanan yang ada cabainya. Tapi saya sangat suka jajanan yang bulat- bulat ini,’’Katanya sambil menunjuk kue onde- onde sambil tersenyum.

Peserta APGN dari Jepang mencicipi jajanan khas Lombok
Selain terkesan dengan makanan, Mr.Takagawa juga sangat terkesan dan takjub dengan keindahan alam Lombok.’’ Tidak hanya indah, namun budayanya juga sangat unik,’’ terangnya.
Kegiatan APGN Symposium ini merupakan agenda pertemuan rutin 2 tahunan jaringan geopark se-Asia Pasific. Dimana pada simposium yang ke-6 kali ini, Rinjani Lombok UNESCO Global Geopark mendapat kehormatan menjadi tuan rumah. Sebelumnya, penyelenggaraan simposium pertama kali diselenggarakan di Langkawi Global Geopark- Malaysia tahun 2009, simposium kedua diselenggarakan di Dong Van Karst Plateau Global Geopark- Vietnam tahun 2011, kemudian simposium ketiga di Jeju Global Geopark- Korea Selatan tahun 2013, simposium keempat di San’in Kaigan Global Geopark- Jepang tahun 2015 dan simposium kelima di Zhijindong Cave Global Geopark- China tahun 2013.

Beberapa agenda yang telah dan akan berlangsung di antaranya, simposium, field trip mengunjungi geopark yang ada di NTB, pameran dan beberapa kegiatan lainnya. Kegiatan ini diikuti sekitar 700 orang dari 35 negara Asia Pacific. Berlangsung mulai 31 Agustus hingga 6 September 2019. (Diskominfotik NTB)
Share:

UNESCO Global Geopark Terkesima Keindahan Lombok

Peserta APGN ke 6 tahun 2019 di NTB pose bersama
PRESIDENT UNESCO Global Geopark (UGG), Guy Martini mengungkapkan bahwaPulau Lombok adalah tempat yang terindah. Pantai yang bersih dan laut yang biru begitu memanjakan mata.
"Saat menginap di Gili Terawangan, dari jendela tempat tidur kami dapat menyaksikan indahnya laut yang biru dan bersih. Seolah tak pernah diguncang gempa", ungkapnya saat menghadiri makan malam (welcome dinner) di halaman kantor Gubernur NTB, Senin malam (2/9/2019).

Di depan Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah,  Wakil Gubernur Dr. Hj. Rohmi Djalilah, Kapolda, Danrem 162, kepala OPD lingkup Pemprov  NTB dan perwakilan 800 peserta Geopark Tambora di Asia Pacific Geopark Network (APGN) 2019, Martin memuji pelaksanaan kegiatan ini.

Menurut pria asal Perancis ini, saat tiba di Pulau Lombok, pada hari pertama ia beserta peserta APGN 2019 lainnya menghabiskan waktu di gili selama tiga hari. “Kami disambut dengan baik dan  disuguhi acara yang megah,” jelasnya.

 Guy Martin juga memuji  upaya Pemerintah Provinsi NTB dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa yang sudah berjalan kurang lebih setahun ini.

Ia mengatakan musibah gempa bumi serta seluruh proses rehab rekon oleh pemerintah dan masyarakat NTB terus ia pantau perkembangannya. Masyarakat NTB bisa bergerak cepat untuk menjalani hidup seperti biasa dan secara normal.

President UNESCO Global Geopark, Guy Martini
Sementara itu peserta APGN 2019 asal negara Cina Maggie, mengaku pasca gempa bumi yang melanda Lombok-Sumbawa, rehab dan rekonnya begitu cepat. Pemerintah dan masyarakat sudah sangat baik bekerja membangun kembali Lombok.”Sungguh kerja bagus dari pemerintah,” ungkap Maggie.

''Kami mendengar tentang gempa di Pulau Lombok Indonesia.  Namun ini bukan berita yang besar di negara saya,'' tambahnya.

Menurutnya gempa bumi di Lombok Indonesia, tidak membuat dirinya dan peserta APGN 2019 untuk datang ke Lombok. “Di sini sangat indah dan banyak pantai,” pujinya.

Gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah  saat memberikan sambutan, diawalinya dengan menyampaikan sebuah ilustrasi untuk mengekspresikan perasaan masyarakat di NTB.

"Setiap hari di tempat kami, seekor rusa terbangun dan dia tahu bahwa dia harus berlari melebihi dari larinya Macan. Kalau tidak dia akan terbunuh. Begitu juga seekor macan, dia harus dan dia tahu bahwa harus berlari lebih cepat dari rusa atau dia akan kelaparan, Jadi tidak masalah kalian itu macan atau rusa, ketika matahari terbit sebaiknya kalian lari " ungkap Doktor Zul sapaan akrabnya

Cerita sederhana ini, menurut gubernur, benar benar mengekspresikan perasaan dan keinginan masyarakat NTB setelah satu tahun lalu dihantam oleh gempa bumi. banyak masyarakat kehilangan nyawa, namun gempa bumi telah menuliskan cerita sederhana, bahwa masyarakat NTB harus mampu berharmoni dengan lingkungan, dengan bumi dan belajar bagaimana untuk mengubah alam dan masyarakatnya.

“Kami hidup tanpa  previllage, kami tidak mempunyai banyak pilihan kecuali mengubah diri kami menjadi komunitas yang ramah terhadap masyarakat pebisnis,ramah terhadap investasi dan juga ramah terhadap pengunjung yang tertarik berkunjung ke tempat kami di Lombok dan Sumbawa,” tutur Doktor Zul penuh hangat.

Terlepas dari semua itu,  gubernur ingin masyarakat NTB menjadi sangat senang untuk tinggal di Pulau  Sumbawa dan Lombok yang cantik. Karenanya, masyarakat merasa sangat beruntung dan terhormat sebagai tuan rumah diselenggarakan event internasional yang dikemas dalam Asia Pasifik Geopark Network (APGN) Symposium 2019.

“Atas nama masyarakat NTB, kami menyambut kehadiran seluruh para peserta simposium ke 6 APGN  ditempat kami, dan kami berharap dengan pertemun ini kita dapat belajar dan berubah bersama untuk mendapatkan dunia yang lebih baik dan mengerti tentang geopark dan dampak langsungnya terhadap masyarakat kami,'' tutup gubernur. (Diskominfotik NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive