Be Your Inspiration

Tuesday 10 December 2019

Jelang MotoGP, Industri Kreatif di Loteng Mulai Siapkan Suvenir

Salah satu sketsa kreasi perajin di Loteng menyambut gelaran MotoGP 2021.  

Perajin perak di Desa Ungga Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) mulai tertarik untuk membuat aneka suvenir untuk menyambut event MotoGP di Sirkuit Mandalika tahun 2021 mendatang. Salah satu desain yang ingin dibuat antara lain berupa miniatur pembalap yang sedang berlaga, ikon MotoGP dan lainnya.

Farid Rizki, salah seorang perajin perak di Desa Ungga kepada Ekbis NTB mengatakan, para perajin sudah mendapatkan pelatihan dari Pemda Loteng terkait dengan pentingnya menyambut event MotoGP dengan produk suvenir yang bagus. Namun demikian, pihaknya masih khawatir soal hak paten desain yang dimiliki oleh Dorna Sports. Karena itulah para perajin masih menunggu kejelasan soal hak paten itu dari pemerintah pusat dan Dorna.

"Kita sudah punya desain suvenir untuk MotoGP ini. Namun orang Kementerian bilang kita tanyakan dulu ke Dorna apakah kita diizinkan membuat miniatur MotoGP atau tidak, karena jangan sampai kita bermasalah di sana," terangnya.


Farid mengatakan, setidaknya ada tiga desain yang akan dibuat menjadi suvenir oleh para perajin perak di Ungga misalnya untuk bros, mainan kunci dan kalung. Desain tersebut masih dalam bentuk gambar di atas kertas, namun sudah siap dituangkan dalam karya jika sudah ada kejelasan soal izin dan lain sebagainya.

Soal kesiapan para perajin di Desa Ungga, Farid mengatakan, para perajin selalu siap untuk membuat produk produk yang akan direspon oleh pasar.  Terlebih kemampuan dasar untuk membuat aneka kerajinan tangan dari perak, kuningan atau tembaga sudah bagus. Yang pasti desain, ukuran dan soal izin dari yang punya hak paten harus sudah tidak ada masalah lagi. 

Selanjutnya, para perajin akan memikirkan soal materi utama untuk membuat suvenir tersebut sebagai dasar menentukan harga produk. Misalnya perak murni dengan perak yang dicampur dengan kuningan atau tembaga.

" Bisa saja nanti kita buat dari kuningan dan tembaga, namun kita sepuh dengan perak. Yang pasti kita ingin menyambut event MotoGP ini dengan produk suvenir yang bisa dibeli oleh wisatawan," terangnya.

DISPERINDAG LOTENG BERIKAN PELATIHAN PADA PERAJIN

Sementara Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) sudah melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk industri kreatif di Loteng guna menghadapi perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan MotoGP 2021. Namun pelatihan yang dilakukan masih terbatas yaitu dengan menyasar pengerajin perak di Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat.
Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Loteng Hj. Baiq Enny Mardiana, SH, MM.,

Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Loteng Hj. Baiq Enny Mardiana, SH, MM., mengatakan, pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk suvenir atau cinderamata ini dipandang sangat penting karena produk dari kerajinan perak bisa menjadi salah satu produk andalan untuk wisatawan yang datang ke daerah ini.

Apalagi dengan hadirnya MotoGP tahun 2021, para perajin suvenir di sana bisa membuat suvenir dengan aneka bentuk para pembalap atau dengan meniru kendaraan yang berlaga di MotoGP. Industri kreatif seperti ini sangat dibutuhkan untuk menjawab respons pasar yang semakin luas.

“Kita tetap lakukan peningkatan mutu serta kualitasnya. Terlebih kita sudah dapat predikat juara untuk desain mutu dan desain perak, kita juara nasional tahun 2017 lalu. Kita sekarang galakkan untuk meningkatkan kualitas-kualitas IKM kita ini untuk menopang dari keberadaan KEK Mandalika,” kata Baiq Enny.

Ia mengatakan, event bergensi seperti MotoGP adalah sebuah momentum yang sangat baik bagi seluruh pelaku IKM di Loteng khususnya agar bisa mengambil peran untuk meningkatkan hasil penjualan produk mereka. Para pelaku IKM bisa menjual produk mereka tak hanya secara offline, namun juga secara online, karena potensi penjualan secara digital dipandang terus mengalami tren peningkatan.

Secara umum, Disperindag Loteng akan memilih sekitar 60 IKM agar bisa masuk di e-commerce tingkat nasional. Tidak hanya e-commerce yang memiliki pasar dalam negeri, namun  e-commerce yang memiliki jaringan dunia seperti Alibaba juga akan dibidik agar IKM yang bisa masuk ke sana. “ Untuk pasar internasional ada tujuh IKM yang akan kita siapkan di tahun 2020 agar bisa masuk ke Alibaba,” terangnya. (Zainudin/Ekbis NTB)

Share:

Siapkah Perajin di NTB Manfaatkan Momentum MotoGP

Kondisi Pasar Seni Sesela Gunungsari Lombok Barat yang sepi dari pembeli. Akibat sepinya wisatawan membuat perajin belum bisa berkreasi membuat suvenir untuk MotoGP.
Pelaksanaan MotoGP di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika tahun 2021 mendatang sudah menggema. Apalagi Sabtu (23/11/2019),  telah dilaksanakan pra-launching MotoGP Mandalika di Jakarta. Bahkan, penjualan tiket juga telah dibuka secara online. Lalu, seperti apa kesiapan masyarakat, khususnya peranjin dalam menyambut momentum ini?

Minggu (8/12/2019) siang, suasana di Pasar Seni Sesela Kecamatan Gunungsari Lombok Barat (Lobar) tampak sepi. Sejumlah pemilik artshop memilih duduk di berugak yang ada di bagian depan. Mereka menunggu mobil bus atau minibus datang membawa tamu-tamu mancanegara atau nusantara untuk berbelanja.

Sementara di bagian dalam, sebagian pemilik artshop memilih tidak membuka usahanya. Di bagian aula berjejer beragam seni kerajinan di etalase kaca. Ada pula beberapa kerajinan berupa patung kuda dan kerajinan lain yang diletakkan di bagian atas etalase.

Jika beberapa tahun sebelumnya, selalu ada perajin di tempat ini yang membuat berbagai macam kerajinan, seperti cukli, patung hingga hiasan dinding. Namun, semenjak beberapa bulan terakhir, para perajin lebih memilih tidak membuat kerajinan.  ‘’Sudah berbagai macam upaya kami lakukan agar bisa bertahan. Tapi, beginilah tamu sepi,’’ ujar Dul, pemilik Kenzu Artshop Sesela.

Dul tahu pada Minggu ini ada kapal pesiar singgah di Pelabuhan Gili Mas, Lembar. Namun, karena tidak memiliki kesepakatan dengan pemandu wisata dan travel yang membawa tamu, ia bersama pemilik artshop di Sesela hanya bisa menjadi penonton. Meski demikian, besar harapannya, tamu-tamu kapal pesiar mau datang singgah di artshop yang ada di Sesela.

Untuk itu, ujarnya, kondisi perajin artshop di Sesela – khususnya dan Lombok Barat umumnya yang sepi pengunjung, menjadikan dirinya belum terlalu berpikir untuk membuat suvenir bagi para penonton MotoGP di KEK Mandalika. Bagi para perajin, sekarang ini adalah bagaimana caranya bisa bertahan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurutnya, jika kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sesela meningkat, maka perajin bisa berkreativitas. Termasuk, dalam mengantisipasi event MotoGP di Lombok Tengah. Mereka akan menyiapkan suvenir untuk oleh-oleh khas Lombok terkait MotoGP.

MotoGP Lombok
Diakuinya, dalam memasarkan kerajinan di Pasar Seni Sesela dilakukan dengan berbagai cara. Seperti menyebar brosur, promosi ke beberapa daerah hingga mempromosikan lewat media sosial. Namun, kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sesela masih saja sepi.

‘’Termasuk kita adakan pementasan peresean dengan mengundang travel agent. Tapi karena sudah keseringan, wisatawan tetap sepi dan yang nonton adalah sebagian besar warga kita sendiri, sehingga berhenti kita gelar,’’ akunya.

Untuk itu, pihaknya mengharapkan pemerintah segera bertindak agar nasib perajin di sejumlah sentra kerajinan tidak semakin rugi. Paling tidak, ada kebijakan pemerintah mengatasi persoalan yang dihadapi perajin, khususnya adanya persamaan harga terhadap hasil kerajinan yang dijual. Diakuinya, masalah harga dan komisi bagi pemandu wisata perlu segera dituntaskan, sehingga perajin dan sentra-sentra produksi kerajinan tetap eksis berkarya. Jangan sampai, karena minim memberikan komisi pada pemandu wisata, tidak mau mengajak tamu untuk singgah di Pasar Seni Sesela.

Pendapat senada disampaikan Ketua Pasar Seni Sesela Fathul Anwar. Diakuinya, belum ada persiapan apapun para perajin, terutama di Sesela yang menjadi pusat industri kerajinan. Meskipun mereka sudah tahu tentang MotoGP yang akan digelar di Lombok, Indonesia.

Perajin memiliki peluang membuat suvenir atau cinderamata MotoGP. Menurut Atta – sapaan akrabnya, untuk menghasilkan kerajinan – kerajinan kecil seperti itu tak rumit. “Cepat membuat suvenir yang begitu. Cuma banyak yang harus dipersiapkan,” katanya belum lama ini.

Ada beberapa bintang lintasan yang namanya saat ini sangat familiar. Misalnya Valentino Rossi, lalu Mark Marquez. Tahun 2021 mendatang, bukan tidak mungkin ada bintang-bintang lintasan baru yang akan muncul. ‘’Kita juga masih menunggu itu sebagai ikon untuk membuat suvenir,” jelas Atta.

Perajin juga punya keinginan besar untuk memanfaatkan momen besar yang akan dilaksanakan di KEK Mandalika. Pengalaman sebelumnya, event nasional Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke – 27 tahun 2016 lalu, perajin juga dilibatkan. Beberapa jenis kerajinan untuk suvenir yang dibuat misalnya rehan (dudukan Al Qur’an), kerajinan cukli, termasuk kaos Lombok. Atau produk-produk yang gampang dibawa.

Meski begitu, ada juga kekhawatiran perajin lokal akan kehilangan kesempatan. Kekhawatiran mereka, pengusaha-pengusaha luar yang memproduksi dan memasok suvenir dengan brand Lombok. Karena itu, mereka menunggu gerak pemerintah daerah. Mulai dari Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan OPD terkait lainnya. ‘’Bagaimana membina, menyadarkan para perajin apa langkah-langkah yang sedikit gemilang revolusioner ke teman-teman ini. agar jangan sampai tertinggal terlalu jauh,’’ ujarnya.

Perajin menunggu arahan dari pemerintah daerah. Bagaimanapun tidak bisa di pungkiri pengaruh pengusaha-pengusaha besar yang mendominasi secara modal, dan teknologi. Kekhawatiran ini diharapkan pemerintah juga hadir melakukan pendampingan untuk bersaing merebut peluang yang telah ada di depan mata.

Persiapan perajin masih normatif. Para perajin juga banyak yang belum recovery secara total. Mental dan finansial. Karena itu butuh sentuhan dua kali lebih kuat dari yang biasanya agar terarah ke jalan keluar menghadapi pasar yang demikian besar. ‘’MotoGP ini ibarat menghadapi perang besar. Tidak bisa dengan senjata-senjata sederhana menghadapinya,’’ demikian Atta mengibaratkan peluang pasar 2021.

Kondisi serupa juga di Pasar Seni Sayang-Sayang Kota Mataram. Event MotoGP di KEK Mandalika Lombok Tengah seolah-olah menjadi  milik bagi perajin yang ada di Lombok Tengah. Para perajin yang ada di tempat ini untuk sementara masih memajang kerajinan khas lokal, seperti kerajinan dari batok kelapa, cukli, gelang, kalung dan lainnya. Belum ada artshop yang memajang kerajinan untuk menyambut pagelaran MotoGP di KEK Mandalika.

Salah seorang pengelola artshop mengaku, belum tertarik memajang oleh-oleh khas MotoGP, karena beranggapan MotoGP tidak digelar di Kota Mataram atau Lombok Barat. ‘’Itu kan lokasinya di Lombok Tengah, paling-paling perajin yang ada di sana yang buat,’’ jawab salah satu penunggu artshop yang tidak mau dikorankan namanya dengan enteng.

Sekarang ini yang ditunggu perajin, katanya, adalah tamu yang datang berkunjung dan membelanjakan uang untuk membeli oleh-oleh di Pasar Seni Sayang-Sayang. Apalagi, katanya, akhir bulan Desember ini merupakan waktu libur Natal dan Tahun Baru, sehingga kunjungan wisatawan yang datang berbelanja sangat diharapkan. (Marham)
Share:

Sunday 24 November 2019

Tempat Pemujaan Zaman Kuno Ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah

Umpak batu bermotif kala tanpa rahang tipe zaman klasik Jawa Tengah abad 10 - 12 dan keramik China Dinasti Sung  ditemukan di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah 
Temuan sejumlah artefak atau benda-benda purbakala di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata, membuat masyarakat setempat sangat antusias. Terlebih tim dari Balai Arkeologi Bali langsung datang dan berkunjung ke lapangan untuk mencari data-data tambahan sebagai pendukung temuan tersebut.

Saridin, salah seorang warga Sintung mengatakan, sebagian artefak tersebut sebenarnya sudah ditemukan cukup lama oleh masyarakat, saat warga memugar pembangunan masjid. Namun berkali-kali ditimbun karena dinilai benda yang kurang penting. Namun kini benda tersebut digali dan ditempatkan di salah seorang rumah tokoh masyarakat setempat sambil dilakukan penelitian oleh para arkeolog.

Ia mengatakan, benda-benda purbakala yang ditemukan oleh masyarakat tersebut kemungkinan besar ke depannya akan disimpan di satu bangunan tertentu menjadi museum agar bisa dilihat oleh masyarakat secara luas.

‘’Secara umum temuan ini belum terpublikasi, saya yakin masyarakat di Desa Sintung ini merasa bangga dengan adanya temuan yang dilakukan oleh para arkeolog ini. Kami masyarakat ingin memelihara temuan ini, dan melestarikan dengan baik,’’ katanya.
Keramik dari China yang ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah
Pada Jumat (22/11/2019), Tim Balai Arkeologi Bali melakukan kunjungan ke beberapa situs bersejarah di Desa Sintung dalam rangka survei lapangan. Salah satu situs yang dikunjungi adalah lokasi pemujaan zaman dahulu yang disebut dengan Pedewa di Dusun Lempenge, Desa Sintung. Meski sekarang situs tersebut sudah rusak, namun tim arkeolog sangat antusis melakukan penelitian.

Tim juga mendapatkan sejumlah informasi penting dari warga sekitar terkait keberadaan situs bersejarah tersebut. Para penutur berasal dari tetua desa yang memiliki ingatan penting tentang situs itu.

Misalnya Papuk Saidi (80) menuturkan, situs petilasan Pedewa tersebut dulunya tempat orang mencari berkah. Terdapat bangunan semacam tempat pemujaan yang lokasinya berada di dekat sungai dan sumber mata air. ‘’Dulu ada bangunan di sini, saat kita masih kecil. Kalau ada orang mau begawe, kita ke sini dulu baru dikasi makan,’’ katanya. (Zainuddin Safari/Suara NTB)
Share:

Mencari Jejak Kerajaan Kuno di Desa Sintung Lombok Tengah


 
Tim peneliti Balai Arkeologi Bali tengah melakukan penelitian terkait temuan benda kuno tersebut. Tim peneliti saat turun di Desa Sintung, Jumat (22/11/2019)
Satu tim peneliti diterjunkan Balai Arkeologi Bali wilayah Bali, NTB dan NTT untuk melakukan penelitian terhadap jejak kehidupan kuno di abad ke 11 hingga 13 yang ada di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) sebelum Gunung Samalas – sekarang Gunung Rinjani meletus tahun 1257 M silam.  Dengan titik fokus penilitian di Desa Sintung, Kecamatan Pringgarata.

‘’Untuk tahap awal, ada satu tim peneliti yang kita terjunkan,’’ ungkap Kepala Balai Arkeologi Bali, I Gusti Ngurah Suarbhawa, kepada Suara NTB, Jumat (22/11/2019). Diakuinya, tim peneliti sudah berada di Loteng sejak Kamis (21/11/2019). Dan, sudah melakukan kegiatan observasi awal untuk pengenalan lapangan.

Tim peneliti berada di Loteng sampai hari Minggu (24/11/2019) guna mengumpulkan keterangan dan bukti-bukti awal terkait kehidupan kuno di wilayah tersebut. Baru setelah itu pihaknya akan menentukan langkah selanjutnya. Apakah akan terus melanjutkan penelitian atau seperti apa nantinya.

Dikatakan, pihaknya sudah mengantongi beberapa bukti awal terkait kehidupan kuno di wilayah Desa Sintung, seperti arca dan beberapa benda artefak lainnya yang diperoleh dari masyarakat. Benda-benda tersebut sebelumnya ditemukan oleh warga beberapa waktu. Yang kemudian oleh warga temuan tersebut dilaporkan ke Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Loteng.

“Sebenarnya kita tidak ada agenda untuk turun melakukan penelitian di Loteng. Tetapi karena ada permintaan resmi dari Disparbud Loteng sejak pertengahan September kemarin, akhirnya kita turun sekarang,” ujarnya.

Surbhawa menjelaskan, kehidupan kuno tersebut diperkirakan ada pada antara abad 11 hingga 13 atau sekitar 1000 tahun silam. Kehidupan kuno tersebut diperkirakan hilang setelah Gunung Samalas meletus dan mengakibatkan wilayah di sekitar lereng Gunung Samalas tertimbun lava.

Pun demikian, pihaknya mengaku belum bisa memastikan seberapa wilayah kehidupan kuno yang ada tersebut, karena data dan keterangan yang tersedia masih sangat minim. Sehingga butuh pendalaman dan kejadian lebih detail untuk bisa menggambarkan kondisi kehidupan kuno tersebut. ‘’Keterangan dari warga sekitar juga sangat kita butuhkan. Sebagai keterangan tambahan untuk bahan penelitian,’’ tambahnya.

Disinggung apakah jejak kehidupan kuno di Desa Sintung tersebut ada kaitanya dengan temuan benda-benda kuno kawasan galian C di Desa Aik Berik sebelumnya, Surbhawa mengaku belum bisa memastikan. Tapi ada kemungkinan punya keterkaitan. Mengingat, kedua kehidupan kuno tersebut diduga sama-sama hilang setelah Gunung Samalas meletus.

‘’Prinsipnya karena ini masih sangat awal, kami butuh pendalaman lebih. Seperti apa hasilnya nanti kita ekspose,’’ ujarnya. Termasuk kemungkinan untuk dilakukan penggalian jika memang dalam prosesnya ditemukan jejak bangunan kuno di wilayah tersebut. (Munakir/Suara NTB)

Share:

Friday 15 November 2019

Remajakan Tanaman Kakao Petani Gitak Demung Lombok Utara Belajar Otodidak dari Internet

Ali Akbar, salah satu petani kakao di Lombok Utara sedang meremajakan pohon kakao dengan teknik yang dipelajari dari internet.

Kakao milik petani di Dusun Gitak Demung, Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, kebanyakan berusia tua. Untuk meremajakannya, petani memerlukan inovasi. Menyadari pendampingan instansi yang minim, petani pun memilih belajar otodidak dari internet.

SEPERTI yang dilakukan petani kakao, Ali Akbar. Kakao-kakao tua itu dipangkas. Batang utama dipotong dengan sisa batang antara 50 cm - 1 meter.  Batang tua itu kemudian disambung dengan teknik okulasi. Teknik sambung pucuk itu ternyata berhasil. Hingga sekarang, hampir sebagian besar kakao di atas 2,5 hektar areal milik Ali berganti dengan pohon baru.

Teknik sambung pada kakao, diadopsi petani dari akulasi pada kopi. Teknik inilah yang ikut memajukan produksi kopi di sebagian besar wilayah Genggelang. Genggelang patut dijuluki sebagai desa penyangga komoditas perkebunan di Lombok Utara.

"Umur kakao di atas 20 tahun, rata-rata sudah sangat. Dulunya kakao masuk melalui program P2WK saat pertama kali kakao datang ke Genggelang," ungkap Ali, Kamis (14/11/2019).

Pada tanaman kakao, terdapat rumus baku. Bahwa semakin muda batang dan ranting, produksi akan semakin melimpah. Berangkat dari itulah, Ali memberanikan diri memangkas kakao.

Bahkan lahan milik Ali, kerap dilirik sebagai lokasi demplot penelitian para peneliti perguruan tinggi. Namun bukan Ali saja yang meremajakan kakao dengan teknik sambung. "Kami belajar otodidak dari YouTube, tanpa dampingan. Awal mula menyambung sekitar 2015, dan menjadi tren mulai 2017. Dari 10 petani, sekitar 6 orang sudah mulai menyambung," akunya.

Petani Dusun Gitak Demung, kebanyakan banyak belajar dari konsep try and error. Cara ini dilakukan pula pada durian. Petani setempat banyak melakukan uji coba dengan varietas baru. Bahkan tidak jarang dari mereka yang berani membeli dan mendatangkan varietas (pucuk) durian jenis baru untuk disambung dengan durian lokal.

Jauh sebelum Kampung Cokelat berdiri, sudah ada beberapa petani yang mulai berinovasi secara mandiri. Tetapi usaha mereka tidak banyak diekspose.  "Awal menyambung, saya sampai dikatakan gila karena memangkas dengan cara berbeda. Petani umum potong atas, tapi saya coba potong pokok menyisakan 10-15 cm," sambungnya.

Dengan teknis sambung batang, petani setidaknya harus menunggu sampai 2 tahun sampai pokok baru mulai berbuah. Selama itu, petani harus menyiapkan cadangan. Tetapi bagi petani, lahan tumpang sari dengan pisang, kelapa dan vanili menjadi penolong selama kakao tidak berproduksi.

Petani Gitak Demung umumnya kesulitan dengan obat-obatan pertanian. Harga obat mahal menjadi salah satu faktor yang mendorong petani menerapkan pengelolaan budidaya secara organik. Misalnya, untuk menjaga buah kakao dari hama helopeltis, mereka memanfaatkan dedaunan yang difermentasi untuk disemprotkan pada buah.

"Rata-rata petani Genggelang sudah lancar mengendalikan hama, kendala utama sampai sekarang adalah pemasaran hasil produksi. Kakao paling mahal dihargai Rp 21.000. Harga beli tertinggi sekitar Rp29 ribu per kg, itu terjadi sekitar tahun 2000-an," imbuhnya.

Petani di lingkaran pengepul seolah menjadi pemandangan jamak yang ditemui. Pemda KLU sejatinya diharapkan menyiapkan "bapak angkat" yang menyerap bahan baku dengan harga bersaing. Jika perlu, melalui BUMD/BUMDes. (Johari/Lombok Utara)
Share:

Siasati Pemadaman Listrik, Pelaku Wisata Lombok Timur Kemas Romantic Time

Suasana romantic time

Pelaku wisata di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) tidak merasa dirugikan dengan seringnya pemadaman listrik oleh pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN). Mati lampu tetap dibuat kemasan menarik untuk wisatawan.

"Kita kemas dengan membuat romantic time," ungkap Zainul Padli, Pelaku Wisata di Desa Tetebatu Kecamatan Sikur Kabupaten Lotim kepada Suara NTB, Kamis (14/11/2019).

Suguhan kemasan pelaku wisata di homestay-homestay itu dinilai sangat diminati wisatawan.  Romantic Life dibuat dengan cukup menyalakan lampu penerangan sepertin lilin atau botol bekas yang ditaruh setiap sudut kamar. Suasana nyaman dan ketenangan di tengah lingkungan yang asri dinilai wisatawan salah satu tambahan pemikat untuk menginap di rumah-rumah warga.

Diakuinya, listrik padam yang sudah terjadi beberapa hari terakhir membuat pelaku usaha cukup terganggu. Namun, karena tidak ada daya membantah, pelaku usaha wisata ini mencoba menciptakan hal-hal yang diharapkan tidak membosankan bagi wisatawan.

Meski demikian, tetap diharap listrik kembali bisa normal. Pasalnya, banyak aktivitas lain yang tak bisa dilaksanakan karena terkendala listrik.

Sejauh ini, kerapnya lampu padam ini juga memang tidak berpengaruh pada kunjungan wisatawan mancanegara ke Tetebatu. Sampai sekarang angka kunjungan tetap banyak tidak ada homestay yang kosong. "Semua homestay terisi, seperti di Orong Gerisak," imbuhnya.

Mendatangi Tetebatu, wisatawan menikmati sejumlah paket wisata alam nan eksotic, paket membaur dengan warga. Disebut to be Sasak People (menjadi orang Sasak) beberapa hari. Wisatawan juga diajak keliling perkampungan melihat sawah dan aktivitas petani bercocok tanam.

Sementara itu, guna mempercepat normalisasi kelistrikan di Lombok, pihak PLN tampak terus melakukan perbaikan. Seperti terlihat perbaikan di sistem jaringan Selong, Kamis (14/11/2019). Petugas PLN juga melakukan pemangkasan ranting pohon yang berdekatan dengan kabel dan tiang listrik.

Supervisor Keselamatan Kerja PLN Cabang Selong, Dian Aji menerangkan aturan di PLN minimal jarak ranting pohon dengan kabel PLN 2,5 meter. Jarak standar ini dimaksudkan agar tidak ada gangguan pada sistem jaringan. Ranting dan dedaunan yang terlalu dekat bisa menimbulkan konsleting listrik.

PLN juga memasang sebuah alat pada sejumlah tiang listrik. Alat tersebut dipasang agar saat terjadi pemadaman tidak meluas. Bisa dilakukan pembatasan areal yang dipadamkan saat terjadi pemadaman akibat sejumlah gangguan. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

2019, Pemprov NTB Intervensi 25 Desa Wisata

Kepala Dinas Pariwisata NTB H. Lalu Moh. Faozal
Pemprov NTB tahun ini akan mengembangkan sebanyak 25 desa wisata. Desa-desa wisata ini yang nantinya akan menguatkan sektor pariwisata NTB.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, H. L. Moh. Faozal, S.Sos., MSi., ke 25 desa wisata yang diintervensi oleh pemerintah daerah ini adalah desa-desa yang memiliki potensi dikembangkan sebagai desa wisata. Beberapa program yang dilakukan kepada desa wisata di antaranya, penguatan kelembagaan, membangun infrastruktur dasar, serta memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang disiapkan oleh desa wisata.

Kenapa pemerintah memprogramkan desa wisata? Alasannya, dari desa wisata akan terbangun gerakan ekonomi masyarakat. aktivitas-aktivitas usaha masyarakat dapat dihidupkan secara langsung. “Muaranya adalah pengembangan ekonomi masyarakat,” jelasnya pada Ekbis NTB, Minggu (10/11/2019).

Muara ekonomi artinya seluruh aktivitas dan layanan yang ada di desa setempat akan terjadi transaksi. Siapapun yang datang, konsekusensi logisnya adalah berbelanja (mengeluarkan uang) selain menikmati suguhan wisata yang ada di desa setempat.

Bahkan pada tahun ini, lanjut kepala dinas, di desa wisata akan dikampanyakan e-ticketing. Pembayaran dari pola konvensional ke digital. Wisatawan dapat melakukan pembayaran dengan non tunai. Untuk memudahkan pembayaran dari wisatawan-wisatawan yang tidak membawa uang tunai langsung.

“Akan muncul berbagai sumber pendapatan bagi desa itu. Setiap aktivitas dan layanan yang diterima wisatawan. Ditawarkan jasa yang berbayar,” imbuhnya.

Desa wisata ini targetnya wisatawan secara umum. Pun wisatawan dari luar negeri. meningat ada desa wisata yang pangsa pasarnya telah menembus wisatawan mancanegara. “Tahun ini ada 25 desa kita intervensi. Tahun depan kita harapkan menjadi 30 desa wisata,”  demikian Faozal. (Bulkaini/Ekbis NTB)
Share:

Efek Tetes Pariwisata, Desa Kembang Kuning Lombok Timur Bebas Pengangguran

Wagub NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah saat meresmikan Desa Wisata Kembang Kuning Kecamatan Sikur Lotim, September 2019.

Pembangunan bidang pariwisata desa-desa wisata diklaim memberikan efek tetes yang langsung bagi pembangunan ekonomi masyarakat. Hal ini diklaim Desa Wisata Kembang Kuning Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur (Lotim).

Kepala Desa Kembang Kuning, H. Lalu Sujian, menuturkan, setelah beberapa tahun terakhir ini menggerakkan sektor pariwisata terbilang tidak ada lagi warganya yang jadi pengangguran. Wisata ini telah memberikan efek ekonomi yang cukup positif bagi warga.

Gambaran lainnya, jumlah homestay di Kembang Kuning terus bertambah. Saat ini sudah terdapat 14 homestay dengan 50 unit kamar tidur. Salah satu homestay dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kembang Kuning yang dinamai Bale Kembang Kuning.

Homestay yang dikelola BUMDes ini yang hanya tiga kamar unit kamar. Per kamar dijual seharga Rp 550 ribu untuk wisatawan asing dan Rp 350 ribu untuk domestik. Setiap bulan, homestay ini selalu terisi tamu yang menginap. Sudah pasti, ini menjadi sumber pendapatan asli desa yang cukup menggiurkan.

Suasana Desa Wisata Kembang Kuning Lombok Timur
Sumber PADes yang tengah menjadi wakil NTB dalam lomba Desa Wisata Nusantara ini juga mengemas objek wisata yang dimilikinya sebagai salah satu daya tarik bagi wisatawan. Di antaranya Air Terjun Sarang Walet dan beberapa objek wisata lain juga turut menambah pendapatan bagi Desa Kembang Kuning.

Suksesnya pengembangan wisata desa ini membuat Kembang Kuning kembali akan diberikan bantuan oleh pemerintah untuk membangun homestay senilai Rp 1,5 miliar dari Kementerian Desa PDTT.  Dispar NTB juga sudah berikan Rp 500 juta yang diperuntukkan jalan ke objek wisata. Lainnya untuk toko suvenir lengkap dengan isinya.

Kepala Dinas Pariwisata Lotim, Dr. H. Mugni menilai, Kembang Kuning menjadi contoh pengembangan perekonomian masyarakat dari sektor pariwisata. Apa yang sudah dilakukan di Desa Kembang Kuning ini dianggap sangat positif untuk perbaikan taraf ekonomi masyarakat secara langsung.

Keikutsertaan Desa Kembang Kuning dalam Lomba Desa Wisata Nusantara 2019 ini diyakini juga nanti akan berdampak pada dukungan pengembangan dan pembinaan dari pemerintah pusat. Karenanya sangat diharapkan, Kembang Kuning bisa menjadi juara satu. ‘’Saat ini kan sudah masuk nominasi pertama dari 10 nominasi desa wisata berkembang di Indonesia,’’ tuturnya.

Semakin membaiknya penataan desa wisata ini, maka akan berdampak langsung pada pengembangan ekonomi masyarakat. Di mana, paket-paket kunjungan wisata akan dibuat. Pastinya, banyak wisatawan yang akan berkunjung dan menikmati sajian paket wisata tersebut.

Kembang Kuning sambung Kadispar Lotim ini memiliki kekayaan khasanah wisata yang cukup unik. Desa dengan konsep wisata berbasis kemasyarakatan ini telah menyajikan pengembangan wisata melibatkan langsung masyarakat dalam paket-paket wisata. Antara lain paket friendly tourism, coffee process, kunjungan ke sawah-sawah dan lainnya. Semua kemasan paket wisata itu menjadi daya tarik yang cukup memikat wisatawan. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

Membangun Desa di NTB Lewat Desa Wisata

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah bersama Bupati Lombok Tengah H. M. Suhaili FT meresmikan Desa Wisata Bilelando Kecamatan Praya Timur, 17 Februari 2019 lalu. 

Sesuai RPJMD-NTB 2019-2023 dan telah ditindaklanjuti dengan SK Gubernur Dr. H. Zulkieflimansyah, ditetapkan 99 Desa untuk dikembangkan sebagai Desa Wisata. Tahun 2019, ditargetkan digarap 20 Desa Wisata. Desa-desa itu tersebar di seluruh kabupaten/kota di NTB, dengan beragam pesona, keunikan dan ke-khasannya masing-masing. Apalagi, konsep desa wisata adalah pembangunan dan pengembangan potensi desa secara  terintegrasi.

Mengembangkan desa wisata telah dimulai jelang akhir pemerintahan Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan H. Muh. Amin, SH., MSi., beberapa waktu lalu. Di mana, muncul beberapa desa wisata di Lombok Tengah yang memiliki inisiatif sendiri untuk mengembangkan potensi yang dimiliki desanya. Misalnya, seperti di Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata dan Desa Setanggor, Kecamatan Praya Barat.

Sebuah desa wisata di samping harus didukung oleh modal potensi baik pesona alam serta keunikan tradisi dan sosial budayanya. Juga harus memiliki unsur ketangguhan atau aman dan mantap, tersedianya infrastruktur dan aksesibiltas wilayah yang memadai sehingga pergerakan barang dan orang serta aktivitas sosial dan bisnis menjadi lancar. 

Keberhasilan pengembangan desa wisata ini ternyata menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di NTB. Jika selama ini, pihak desa belum serius menjadikan potensi yang ada di desanya sebagai sumber PADes baru dan lapangan kerja bagi warga sekitarnya. Sebagai contoh, Desa Kembang Kuning dan Desa Jeruk Manis Kecamatan Sikur Lombok Timur, terus mengembangkan potensi yang ada di desanya. Apalagi, lokasinya di bawah kaki Gunung Rinjani dan banyak memiliki objek wisata alam yang tidak kalah indahnya.


Aspek yang tidak kalah pentingnya bagi sebuah desa wisata adalah penyediaan fasilitas pendukung aktivitas sosial ekonomi, termasuk program-program pemberdayaan masyarakat. Seperti pembinaan dan pengembangan berbagai produk handycraf, UMKM, kuliner, atraksi seni, pengembangan beragam produk-produk kearifan lokal, BUMDes Bersaing dan wisata agro lainnya, beserta jaringan pemasarannya harus tersedia. Tidak terkecuali pada aspek pelestarian nilai-nilai aneka tradisi, sehingga menjadi daya pikat tersendiri sekaligus persyaratan bagi terwujudnya sebuah desa wisata.

Pengembangan desa wisata juga membutuhkan dukungan infrastruktur digital yang memadai. Karena sangatlah sulit potensi desa wisata yang indah, akan dapat dipromosikan secara luas ke mancanegara, jika tidak ada akses internet yang memadai.

Keberhasilan pengembangan beberapa desa wisata ini ternyata menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di NTB untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara lebih maksimal. Jika selama ini, pihak desa belum serius menjadikan potensi yang ada di desanya sebagai sumber PADes baru dan lapangan kerja bagi warga sekitarnya. Sebagai contoh, Desa Kembang Kuning dan Desa Jeruk Manis Kecamatan Sikur Lombok Timur, terus mengembangkan potensi yang ada di desanya. Apalagi, lokasinya di bawah kaki Gunung Rinjani dan banyak memiliki objek wisata alam yang tidak kalah indahnya.

Termasuk Desa Bilelando Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah mengembangkan potensi wisata yang dimiliki, yakni Pantai Ujung Kelor yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lombok Timur.

Belum lagi, desa-desa yang ada di Lombok Barat, Lombok Utara, Sumbawa, Bima, Dompu, Sumbawa Barat, baik yang ada di kaki gunung dan pantai ‘’berlomba’’ mengembangkan potensi yang ada. Masing-masing desa memiliki keunikan dan kekhasannya, sehingga wisatawan yang datang berkunjung ke satu desa akan disajikan potensi wisata yang berbeda dibandingkan dengan desa yang lain.

Desa Wisata Bisa Entaskan Pengangguran

Dalam mengembangkan desa wisata, boleh dikata, Desa Bilebante, Kecamatan Pringgarata Loteng adalah pelopor. Desa Bilebante menjadi desa wisata tahun 2013 lalu, angkatan kerja baru langsung bisa terserap lantaran ada aktivitas yang bisa mendatangkan keuntungan di sana.
“99 persen warga di sini tidak ada yang menganggur. Hanya 1 persen yang menganggur, itu pun karena dia yang tidak mau kerja,” kata Hj. Zaenab selaku salah seorang perintis Desa Wisata Bilebante kepada Ekbis NTB, Jumat (8/11/2019).

Potensi wisata Pasar Pancingan yang ada di Desa Bilebante Lombok Tengah.
Zaenab mengatakan, setiap desa wisata memiliki potensi yang bisa dijual kepada wisatawan. Kalau di Bilebante, potensi yang dijual di antaranya wisata kuliner, jalur bersepeda, terapi kebugaran bernuansa syariah dan lain sebagainya. “Wisatawan banyak yang datang, sekitar 200 – 300 orang per bulan. Mereka berasal dari berbagai macam daerah di Indonesia, seperti dari Jakarta, Surabaya, Kalimantan dan daerah lainnya. Ada juga yang studi banding ke sini,” ujarnya. Sementara tamu yang menginap di homestay di desa ini belum banyak yaitu sekitar 6-8 orang per bulan.

Kelompok yang studi banding mempelajari proses sinergitas antara UMKM dan desa wisata. Karena di Bilebente, keduanya bersinergi dan saling menguntungkan. “ Misalnya masyarakat yang berjualan di desa wisata dikenakan 15 persen kontribusi untuk pengembangan desa wisata,” tuturnya.

Setelah tiga tahun tanpa bantuan dari pihak luar, barulah kemudian desa wisata ini mendapat dukungan dari pemerintah daerah, pemerintah pusat serta dari pemerintah desa melalui dana desa.” Sekarang 10 persen dari dana desa di Bilebante dialokasikan untuk pengembangan wisata desa ini,” katanya. (Marham/Zainuddin Syafari)
Share:

Ketua BPPD Loteng Ingatkan Desa Wisata Berbenah


Ketua BPPD Lombok Tengah Ida Wahyuni (Dokumentasi Pribadi/Twitter)
PULUHAN desa wisata yang sedang dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) menjadi penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Saat ini sekitar 40 desa yang tetap eksis mengembangkan diri menjadi desa wisata di Loteng. Namun tahun depan, sekitar 37 desa wisata lagi yang akan didorong untuk menjadi desa yang siap menerima kunjungan wisatawan domestik maupun mencanegara.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Loteng Ida Wahyuni kepada Ekbis NTB, Kamis (7/11/2019), mengatakan, pascagempa yang melanda NTB tahun 2018 lalu, kunjungan wisatawan ke desa wisata sudah berangsur-angsur normal. ‘’Namun demikian, ada sebagian yang masih dalam tahap perbaikan infrastruktur serta sarana dan prasarana pascagempa,” katanya.

Yang jelas kata Ida, BPPD, pelaku desa wisata dan unsur terkait lainnya sedang  berupaya melakukan promosi untuk menarik kunjungan ke desa wisata yang jumlahnya akan terus bertambah. Masyarakat semakin bersemangat membangun dan mengelola desa wisata setelah melihat perkembangan KEK Mandalika dan rencana pelaksanaan MotoGP tahun 2021 mendatang. 

“ Kami optimis sekali, karena bukan hanya di Mandalika saja yang menjadi pusat kunjungan, namun daerah penyangga seperti desa wisata ini harus kita siapkan. Kita tingkatkan untuk capacity building-nya, bagaimana mengelola agar length of stay wisatawan juga bisa bertambah seperti itu serta bagimana pengembangan SDM masyarakat,” katanya.

Menurut perintis Desa Wisata Setanggor ini, mengeloa desa wisata relatif tidak memiliki tantangan yang serius, karena yang dibutuhkan adalah kesiapan masyarakat, ada potensi desa yang bisa dijual serta pemerintah desa mendukung terbentuknya desa wisata tersebut.

Saat ini desa wisata di Loteng sedang berkembang positif dan angka kunjungan wisatawannya cukup tinggi. Sebagai gambaran  di desa wisata Setanggor, hampir setiap hari sekarang tingkat hunian homestay-nya penuh.” Homestay VIP yang pakai AC itu 11 kamar, selebihnya pakai kipas. Jadi yang jadi homestay itu rumah masyarakat itu sendiri,” tambahnya.

Menurutnya, modal terbesar dalam mengelola desa wisata adalah kesadaran dari masyarakat akan pentingnya hospitality dan pelayanan yang baik. “ Dan masyarakat saya lihat sudah mulai berbenah agar tamu yang datang bisa nyaman. Terlebih jualan desa wisata adalah aktivitas harian masyarakat atau kearifan lokal yang ada di dalam masyarakat itu sendiri,”tambahnya.

Tinggal pekerjaan rumah yang harus ditingkatkan saat ini yaitu promosi melalui dunia maya, karena akses digital sangat penting untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan. “ Kami semakin bersemangat dan optimis karena Ditjen PDT Kementerian Desa memiliki program bantuan 300 juta untuk digital promotion per desa wisata di tahun 2020 nanti,” katanya.(Zainuddin Syafari/Ekbis NTB)
Share:

Friday 1 November 2019

Nanggu, Sudak dan Kedis, Tiga Gili Nan Memesona di Sekotong Lombok Barat

Pemandangan alam di tiga gili di Sekotong yang begitu memesona. (Dokumentasi Humas Setda Lombok Barat)

LOMBOK dikenal memiliki banyak gili atau pulau-pulau kecil. Namun selama ini, yang paling populer dan paling banyak dikunjungi wisatawan yakni tiga  gili yang ada di kawasan Lombok Utara yaitu Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno. Jangan salah, selain tiga gili di Lombok Utara itu, wilayah yang terletak di Provinsi NTB ini juga punya gili-gili lain yang tak kalah eksotis.

Adalah di kawasan Kabupaten Lombok Barat, wisatawan bisa mengeksplorasi keindahan gili-gili lain yang juga cantik. Di kawasan Lombok Barat ada banyak gili yang bisa dikunjungi. Sebut saja Gili Tangkong, Gili Gede, Gili Asahan, Gili Sudak, Gili Nanggu dan Gili Kedis. Di antara gili-gili tersebut, yang paling sering dikunjungi dan memang punya panorama yang cantik adalah trio gili yaitu Nanggu, Sudak dan Kedis yang dikenal dengan sebutan Gita Nada.

Bagi pengunjung yang tak suka keramaian dan ingin menikmati pantai lebih privat, maka trio gili ini menjadi pilihan yang tepat.  Brechler, wisatawan asing asal Prancis akhir pekan kemarin menuturkan, suasana dan pemandangan di tiga gili tersebut bagaikan emas. "Di sini tidak terlalu ramai, bangunannya sedikit jadi terasa tenang dan nyaman, tidak seperti di Bali yang begitu banyak orang. 
Cuacanya pun bagus terlebih pantai-pantainya yang bagi kalian seharusnya adalah emas," akunya.

Trio Gili ini punya hamparan pasir putih dan air lautnya yang jernih. Gradasi warna lautnya membuat mata akan terpesona keindahannya. Saking jernihnya, banyak wisatawan mancanegara berlibur kesini melakukan aktivitas seperti snorkeling. Karena pemandangan bawah lautnya dengan terumbu karang yang indah, berbagai jenis ikan-ikan dan biota laut lainnya sangat gampang di lihat di gili ini.

Pengunjung pun bisa menikmati pemandangan di sekeliling gili yang memanjakan mata. Pengunjung  juga bisa camping di tiga pulau kecil ini.Untuk menuju lokasi ini, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari Kota Mataram. Untuk menyeberang ke pulau-pulau kecil ini, wisatawan harus menyeberang melalui Pelabuhan Tawun di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.

Raili pemilik kapal di pelabuhan tersebut mengatakan,  wisatawan hanya perlu menyewa kapal kayu bermesin dengan tarif Rp250 ribu untuk keliling tiga gili tersebut. Kapal akan mengantarkan wisatawan ke gili-gili yang dituju dan mengantar kembali ke Pelabuhan Tawun."Selain membayar sewa kapal, wisatawan juga harus membayar tiket masuk ke gili Rp5.000 per orang dan untuk wisatawan asing sebesar Rp15.000," ucapnya di sela-sela menahkodai kapalnya menuju Gili Nanggu.
Dari Pelabuhan Tawun, perjalanan penyeberangan ke Gili Nanggu menempuh waktu sekitar 20 menit saja.

Bagi pengunjung yang ingin mengunjungi tiga gili ini dengan rute pergi-pulang, jangan khawatir, pemilik kapal akan menunggu jika para tamu ingin singgah dan menikmati tiap gili. Penyeberangan menuju antar gili hanya perlu menempuh waktu sekitar 10 menit. Sepanjang penyeberangan, wisatawan akan disuguhi panorama pantai yang cantik. (Heru Zubaidi/Suara NTB Lombok Barat )
Share:

Tiga Ribu Dulang Warnai Pesona Budaya Desa Pengadangan Lombok Timur

 Sebanyak 3.000 dulang tengah diarak (betetulak) dari empat arah dalam Pesona Budaya II Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lotim, Rabu (30/10/2019)

Pagelaran Pesona Budaya II Desa Pengadangan tahun 2019 mulai di gelar, Rabu (30/10/2019). Pembukaan kegiatan dipusatkan di halaman kantor Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur yang dibuka dengan sholawat dengan tema adat gama (adat-agama).

Pesona Budaya II Desa Pengadangan tahun 2019  dilaksanakan dari tanggal 30 Oktober hingga 9 November 2019. Terdapat beraneka kegiatan yang dilaksanakan berupa Betetulak, Prabot Preaq, Ngalu Ujan, Maulid Kebon Doe, Nyeleng Minyak 1.000 Hajat, Mulud Beleq, Pentas Kesenian Pengadangan dan tak kalah pentingnya yang memukau event ini yakni dihadirkannya 3.000 dulang yang disajikan langsung oleh masyarakat Desa Pengadangan.

Sebanyak 3.000 dulang datang dari empat penjuru, masing-masing penjuru utara, selatan, timur dan barat. Dulang yang dibawa oleh kaum ibu-ibu ini kemudian ditempatkan di sepanjang jalan di Desa Pengadangan untuk kemudian dinikmati oleh tamu undangan, wisatawan dan masyarakat dengan cara begibung. Momentum ini diyakini dapat mempererat silaturahmi antar sesama di samping melestarikan adat dan budaya yang sudah lama berkembang di tengah-tengah masyarakat Desa Pengadangan.

"Pesona Budaya Desa Pengadangan tahun ini yang kedua kalinya kita gelar. Pelaksanaan dari tanggal 30 Oktober sampai 9 Nopember 2019. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung kegiatan ini," ungkap Ketua Panitia Pesona Budaya Desa Pengadanganan II, Wardi.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lotim, Akhmad Roji, menilai jika Pesona Budaya II Desa Pengadangan merupakan salah satu maksud dengan keterlibatan masyarakat membangun total budaya desanya. Melahirkan partisipasi masyarakat yang tinggi sehingga pemerintah harus melirik yang tidak semua desa yang bisa dilakukan.
 
Tokoh adat Pegadangan dan masyarakat menikmati dulang pada Pesona Budaya II Desa Pengadangan 2019
Ia berharap event berikutnya harus terus berinovasi untuk menciptakan event-event yang lebih berkualitas supaya event yang dilaksanakan tidak monoton. "Di sinilah wonderful dilaksanakan. Untuk tema Pesona Budaya II Desa Pengadangan sangat tepat dengan mengangkat tema adat gama (adat dan agama).

Kepala Dinas Pariwisata Lotim, Dr. H. Mugni, mengapresiasi event Pesona Budaya II Desa Pengadangan yang menurutnya luar biasa. Event ini harus terus ditingkatkan. Bahkan, Pesona Buda II Desa Pengadangan kedepan akan dimasukkan pada kalender event kepariwisatan Lotim besama Alunan Budaya Desa Pringgasela.

Ke depan pemerintah mendorong event-event besar yang melibatkan masyarakat seperti 3.000 dulang sangat patut masuk rekor muri. Untuk daya tarik, juga menjual budaya untuk turis. Hadirnya wisatawan baik lokal maupun mancanegara juga akan berdampak terhadap perekonomian masyarakat setempat dengan lahirnya usaha homestay. "Pada tahun 2020. Insya Allah kita akan undang tim dari rekor MURI," ujarnya.

Kades Pengadangan, Iskandar mengatakan, pelaksana Pesoana Budaya II Desa Pengadangan merupakan salah satu wujud persatuan dan kesatuan masyarakat dengan tumpah ruahnya menyukseskan acara yang dilaksanakan setiap tahun ini. Pesona budaya bukan semata-mata menebarkan pesona. Namun bagaimana menunjukkan persatuan di dalam adat dan agama. Antara adat dan agama tidak dapat dipisahkan, apabila seseorang beradat, sudah pasti beragama. (Yoni Ariadi/Suara NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive