Be Your Inspiration

Showing posts with label BUDAYA. Show all posts
Showing posts with label BUDAYA. Show all posts

Friday 11 August 2023

Gubernur NTB Resmikan Kawasan Wisata Literasi di Jalan Pemuda Mataram

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah didampingi Wakil Gubernur NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando dan Ketua TP PKK NTB Hj. Niken Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah pada peresmian Gedung Layanan Perpustakaan, Jumat 11 Agustus 2023
GEDUNG Layanan Perpustakaan masyarakat di kompleks Bumi Perkemahan Jaka Mandala, jalan Pemuda, Gomong, Mataram diresmikan Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr.  H. Zulkieflimansyah, S.E., MSc., Jumat, 11 Agustus 2023. 

Disebut sebagai kawasan wisata literasi, Gubernur berharap agar gedung layanan ini melengkapi koleksi literasinya dari seluruh dunia. 

"Juga menyediakan bentuk literasi non tradisional buku tapi juga audio visual dan sering sering menggelar seminar seminar literasi", ujarnya.

Ia juga mengapresiasi inovasi yang akan dikembangkan pengelola gedung layanan perpustakaan empat lantai ini dalam meningkatkan literasi masyarakat.

sementara Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando mengatakan, pendidikan atau edukasi dan sekolah akademis adalah dua hal berbeda. Melalui literasi, pengetahuan dan teori yang diperoleh dari membaca buku di sekolah dan kampus belum cukup melahirkan sumberdaya manusia yang kompetitif dengan kebutuhan dunia yang dimulai dengan literasi tentang lingkungan sendiri dan tuntutan zaman. 

"Oleh karena itu tantangannya bagaimana meningkatkan kegemaran literasi untuk mengimbangi minat baca yng sudah tinggi melalui inovasi literasi sehingga menghasilkan produk produk yang mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi", jelasnya. 

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTB, H Mahdi mengatakan, gedung empat lantai tersebut telah mulai pelayanan sejak Juli lalu meski lantai tiga dan empat masih belum difungsikan. Sedangkan lantai satu diperuntukkan khusus bagi anak dan lantai dua untuk umum dengan 900 item koleksi literasi. 

"Gedung layanan perpustakaan ini luasnya 3000 m2 berdiri di atas lahan 5000 m2 yang kami sebut kawasan wisata literasi", sebutnya. 

Kegiatan tersebut juga menggelar workshop literasi dengan narasumber Wakil Gubernur Hj. Sitti Rohmi Djalilah, Bunda Literasi NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah dan dihadiri para kepala OPD serta para pegiat literasi se NTB. (ham)

Share:

Sunday 11 June 2023

Desa Wisata Ende, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut Lombok Tengah Tujuan Berwisata

KEBERADAAN objek wisata di Kabupaten Lombok tengah bagian Selatan pada hari libur dan cuti bersama, 31 Mei 2023  cukup ramai dikunjungi para wisatawan. Salah satunya di Desa Wisata Ende Desa Sade Kecamatan Pujut.

Desa wisata ini menjadi tujuan berkunjung dari anak-anak sekolah yang menggelar perpisahan setelah selesai mengikuti ujian sekolah. Mereka ingin tahu seperti apa desa, rumah adat dan juga peninggalan dari nenek moyang di masa yang lampau.

Salah satu sekolah yang menggelar perpisahan bagi anak didiknya dengan menguji desa wisata Ende adalah SDN 10 Mataram. Rombongan guru, murid dan beberapa orang tua murid melihat secara langsung bagaimana kondisi desa wisata Ende yang selama ini ada di buku pelajaran sekolah.

Di bawah koordinasi gurunya, anak-anak berinteraksi dengan ketua ataupun masyarakat yang ada di desa wisata Ende. Mereka melihat peninggalan rumah-rumah adat yang masih kental dengan nuansa tradisionalnya.

Bangunan rumah masih menggunakan kayu, berdinding pagar beratap ilalang dan berlantaikan tanah. Bahkan pada waktu tertentu, lantai tanah dibersihkan dengan menggunakan kotoran sapi yang ada di kawasan wisata Ende.

Para pengunjung juga disajikan dengan pementasan peresean oleh pemuda ataupun masyarakat yang ada di desa wisata tersebut. Selesai pementasan, para pengunjung akan memberikan uang saweran yang tidak ditentukan jumlahnya. Bahkan khusus di kalangan pelajar berapapun jumlah uang saweran tidak dipermasalahkan, yang penting para pelajar memahami tentang peninggalan nenek moyang suku Sasak.

“Kalau wisatawan mancanegara, biasanya kalau memberikan saweran di atas Rp 50 ribu. Tapi kalau anak-anak sekolah, biasanya uang saweran sebesar Rp 10 ribu. Atau berapa ikhlasnya,” ujar tokoh adat Desa Wisata Sasak Ende Papuq Lenik didampingi salah satu pemandu wisata yang ada di tempat itu.

Selain itu, para pengunjung juga dipersilakan untuk mencoba menjadi pepadu peresean. Sebagaimana pepadu profesional, mereka harus bertarung adu kemampuan dengan lawannya, meski hanya diperbolehkan memukul perisai saja.

Mereka tetap mempertahankan adat maupun tradisi yang sudah menjadi peninggalan leluhur. Rumah-rumah maupun fasilitas yang ada di tempat tersebut tidak ada perubahan seperti sebelumnya. Hal ini, ujarnya, yang menarik kunjungan wisatawan ke desa wisata Ende.

Salah satu orang tua murid,  Baiq Ika mengaku cukup menikmati kunjungan ke desa wisata ini. Adanya kunjungan ke desa wisata ini, ujarnya, menjadi bahan pengetahuan bagi anak-anak mengenai sejarah masa lalu. Termasuk para orang tua murid yang belum pernah datang ke desa wisata Ende ataupun lainnya. (ham)


 

Share:

Dorong Digitalisasi Manuskrip, Museum Negeri NTB Bangun Kerjasama dengan Perpusnas RI

 Museum Negeri NTB menerima penyerahan hasil observasi manuskrip dan pembuatan kotak pengaman oleh Pusat Preservasi dan Ahli Media Perpustakaan Nasional terkait digitalisasi manuskrip, Jumat, 9  Juni 2023
MUSEUM Negeri NTB menerima penyerahan hasil observasi manuskrip dan pembuatan kotak pengaman oleh Pusat Preservasi dan Ahli Media Perpustakaan Nasional terkait digitalisasi manuskrip, pada Jumat, 9 Juni 2023, di Aula Samalas Museum NTB. 

 Observasi dan digitalisasi ini merupakan kerjasama Perpustakaan Nsional dengan Museum Negeri NTB untuk melakukan pelestarian, karena Museum Negeri NTB adalah salah satu museum yang mempunyai kurang lebih 1.100 manuskrip. Dengan begitu adanya digitalisasi manuskrip ini dapat memudahkan masyarakat untuk mengetahui, mempelajari, dan menggali informasi mengenai manuskrip yang ada. 

Proses digitalisasi dan pembuatan kotak pengaman ini dilakukan selama 3 hari. Mulai dari hari Rabu sampai Kamis, dan hasil itu diserahkan langsung Kepala Pusat Preservasi dan Ahli Media Perpustakaan Nasional, Dra. Made Ayu Wirayati, M. I. Kom. 

Kepala Museum NTB, Ahmad Nur Alam, S.H., M.H., menyampaikan pihaknya sangat apresiasi dengan karjasama dalam proses pelstarian ini, karena di NTB ini memliki banyak manuskrip yang perlu untuk dilestarikan. “Saya berharap kegiatan ini bisa dilakukan di kemudian hari. Dan ke depannya Perpusnas RI bisa membantu kami dalam merawat manuskrip yang ada, baik itu di museum dan juga masyarakat,” harapnya. 

 Ia mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan proses pelestarian melalui program-program yang dilakukan oleh museum. Mulai dari tempat laboratorium, sekolah Filologika, sosialisasi pada masyarakat, dan ahli bahasa aksara, yang dimana produk nantinya berupa buku. “Di akhir proses perawatan itu, kami akan melakukan seminar kajian terkait dengan manuskrip lontar,” tambahnya. 

 Pihaknya juga berharap dalam kesempatan berikutnya, Kepala Perpustakaan Nasional bisa berkunjung ke Museum Negeri NTB untuk memberikan pengarahan dan support untuk kegiatan pelestarian naskah yang dilakukan oleh museum. Sementara itu Kepala Pusat Peservasi dan Ahli Media Perpustakaan Nasional, Dra. Made Ayu Wirayati, M. I. Kom, mengatakan manuskrip di NTB ini sangat luar biasa, karena dari sisi jumlah sangat banyak, dan mempunyai beragam jenis manuskrip. “Sehingga ke depannya kegiatan ini akan kami usulkan agar dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya”, katanya. 

Menurutnya, menyelamatkan naskah kuno merupakan tanggung jawab bersama, sehingga menurutnya, di Museum Negeri NTB perlu adakan kegiatan proses pelestarian berulang kali. "Kita saling berbagi pengetahuan, supaya ke depan naskah itu bisa selamat,” harapnya. (Marham) 
Share:

Friday 14 April 2023

Museum Berperan Pecahkan Persoalan Bangsa melalui Jalur Kebudayaan

 

Aries Zulkarnain 


KEPALA Museum Negeri NTB, Ahmad Nuralam, S.H. M.H., melakukan lawatan ke tokoh budaya Sumbawa, Aries Zulkarnain, pekan kemarin. Dalam kesempatan itu, Aries mengaku prihatin melihat berbagai persoalan pelik yang dihadapi bangsa. “Kualitas hidup bangsa ini terdegradasi seiring lemahnya penghargaan kita pada nilai-nilai budaya luhur,”  ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima.

 Ia menambahkan krisis moral dan disintegrasi merupakan contoh persoalan dimaksud. Praktik amoral seperti korupsi makin kerap menghiasi ruang publik. Padahal dalam sudut pandang budaya itu adalah aib besar.

 Aries juga menjelaskan berbagai konflik antar golongan dapat diredam melalui kesepahaman jika memiliki akar budaya dan ikatan yang sama. “Sejak dulu, masyarakat kita sudah terbiasa hidup rukun berdampingan dalam keberagaman,”  ujarnya.

 Dalam ha ini, pihaknya menegaskan, museum bisa menjadi salah satu episentrum pendidikan budaya. “Koleksi museum bukan sekedar pajangan, ia sarat akan pesan moral. Banyak cerita masa lalu yang secara esensial masih relevan hingga saat ini,” katanya. “Perlu upaya serius memperhatikan keberadaan museum, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota” tambahnya.

 Tantangan yang dihadapi, bagaimana membuat koleksi museum lebih menarik sesuai perkembangan zaman. Oleh karena itu, menurut Aries, transformasi digital merupakan keniscayaan. “Intinya, buatlah pameran koleksi jadi lebih menarik dan relevan,” tutupnya.

 Kepala Museum Negeri NTB Ahmad Nuralam mengamini pandangan Aries, dengan menyatakan “Visi museum kali ini memang terkait transformasi digital, sehingga diharapkan selain informatif, juga bisa lebih menyenangkan,” ujarnya.

 Pihaknya sekarang ini sedang melakukan berbagai upaya dalam membangun jejaring museum se-NTB. “Kita sedang mendorong pembentukan museum di seluruh kabupaten/kota se-NTB, juga museum komunitas di tingkat desa,” tegasnya.

 Kegiatan tersebut dibingkai dalam tema gerakan ‘Kotaku Museumku, Kampungku Museumku’.

 Selain meningkatkan jumlah museum yang ada, inisiatif ini juga berupaya meningkatkan peranan komunitas dalam membangun serta menghidupkan museum. “Dengan begitu, keberlanjutan dan peran museum bisa lebih terjaga,”  terangnya. (Marham)


Share:

Saturday 2 July 2022

Dampak Pemekaran, Pemkab Bima Minta Aset yang Sudah Dihibahkan Kembali Dihibahkan

 

Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri menyerahkan BMD pada Walikota Bima Muhammad Lutfhi sebagai dampakPembentukan Kota Bima tahun 2002 lalu di Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB, Kamis (30/6/2022).

PROSES penyelesaian hibah Barang Milik Daerah (BMD) dari Pemkab Bima ke Pemkot Bima sehubungan dengan terbentuknya Kota Bima sesuai UU Nomor 13 Tahun 2002 memasuki babak akhir. Pemkab Bima difasilitasi Pemprov NTB, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Dalam Negeri menyerahkan BMD ke Pemkot Bima di Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB, Kamis (30/62022).

Hadir pada penandatanganan Penandatangan Berita Acara Serah Terima dari Pemerintah Kabupaten Bima kepada Pemerintah Kota Bima ini Wakil Gubernur NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah, Ketua DPRD NTB Hj. Isvie Rupaeda, Deputi Koordinasi dan Supervisi KPK Yudhiawan Wibisono, Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri, Walikota Bima Muhammad Luthfi, Wakil Bupati Dahlan M. Noer dan pejabat dari Pemkab Bima dan Pemkot Bima.

Pada kesempatan ini, Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri meminta pada Pemkot Bima untuk menghibahkan lagi beberapa BMD pada Pemkab Bima, karena berkaitan dengan sejarah pembentukan Kabupaten Bima.

‘’Perlu kami sampaikan ada beberapa aset yang akan kami serahkan dan tentunya sesuai dengan hasil pembicaraan kedua pemerintahan yang memiliki keterkaitan sejarah dan tentunya merupakan bentuk pelayanan bersama antara dua pemerintaan yang ada, yang tentunya kami akan minta dihibahkan kembali,’’ ujarnya.

Menurutnya, aset yang minta dihibahkan kembali itu adalah RSUD Bima, Museum Asi Mbojo yang memiliki sejarah terhadap pembentukan Kabupaten Bima, bekas pendopo yang merupakan cagar budaya, Hotel Komodo. Sementara Kantor Balai Latihan Kerja yang bisa dimanfaatkan bersama oleh dua pemerintah daerah. Termasuk Sekretariat Dewan dan rumah dinas yang masih ditempati Wakil Bupati Bima.

Selain itu, Bupati Bima menyebut ada sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Bima yang masih mempergunakan aset yang diserahkan ke Pemkot Bima dan ada di wilayah Kota Bima. OPD itu adalah, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Inspektorat, Badan Perencanaan dan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri serta Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik).

‘’Sejumlah OPD yang berkantor di kota ini setelah kami serahkan aset kami, agar kami bisa pinjampakaikan lagi sampai dengan terbangunnya fasilitas kantor yang berada di wilayah Kabupaten Bima,’’ ujarnya.

Bupati juga minta dukungan dari pemerintah pusat untuk pembangunan infrastruktur di Kabupaten Bima, karena sejak mulai berkantor di wilayah kabupaten tahun 2018, pihaknya baru membangun Sekretariat Daerah dan 13 OPDi.

Atas dasar itu, pihaknya mengharapkan dukungan untuk membangun sejumlah OPD yang masih berkantor di wilayah Kota Bima.

Bupati menjelaskan, setelah rapat yang difasilitasi KPK 30 Mei 2022 yang lalu, pihaknya diberi kesempatan untuk melaksanakan verifikasi atas berita acara sejumlah aset 391 aset antara dua pemerintah, yakni Kabupaten Bima dan Kota Bima. Termasuk membentuk dua tim aset yang melakukan verifikasi bersama.

‘’Dan atas kerja tim sampai 20 Juni sudah diveriikasi aset sebanyak 246 aset ditambah 28 bangunan baru yang terbangun di atas tanah di 246 aset. Dan itu sudah kami tandatangani bersama Bapak Walikota tanggal 20 Juni yang lalu difasilitasi pemprov dan disaksikan Ibu Wagub,’’ ungkapnya.

Ditambahkannya, sesuai dengan kesepakatan Pemkab Bima dengan Pemkot Bima dalam konsultasi yang dilaksanakan ke Kementerian Dalam Negeri, pihaknya menyepakati bahwa BMD yang sudah clean and clear akan diserahkan ke Pemkot.

Terhadap aset yang masih ada permasalahan akan dilaksanakan rekonsiliasi lagi dan tetap mengharapkan pendampingan Pemprov dan BPKP Perwakilan NTB.

‘’Dari 391 yang sudah selesai terverifikasi yang tidak mendapatkan masalah, yaitu 246 objek. Di atas objek 246 ini terdapat 28 bangunan, sehingga jumlah yang kami tandatangani tanggal 20 Juni, yaitu 280 objek. Selain di 391 aset terdapat 15 objek BMD berupa tanah dan bangunan yang tercatat dalam BAP rekonsiliasi, namun tidak tercatat dalam neraca, tapi secara fisik dipergunakan oleh instansi pemerintah lainnya,’’ tambahnya.

Selanjutnya ada 28 objek BMD berupa bangunan dan gedung kantor dalam BAP rekonsiliasi terjadi pencatatan ganda. Belum lagi ada 8 objek BMD berupa tanah dan bangunan yang tercatat dalam rekonsiliasi, namun tidak ditemukan fisiknya. ‘’Objek ini juga menjadi catatan dalam hasil remkonsiliasi yang juga difasilitasi BPKP tahun 2011 lalu,’’ katanya.

Pihaknya juga mencatat ada 14 BMD berupa tanah bangunan, tanah usaha tercatat dalam BAP rekonsiliasi, tapi tidak tercatat dalam neraca Pemkab Bima. 6 objek BMD berupa tanah usaha, tercatat dalam BAP rekonsiliasi, namun sudah dipergunakan sebagai pergantian tukar guling tanah untuk pembangunan infrastruktur di beberapa wilayah.

‘’Selanjutnya 11 BMD berupa tanah dan bangunan dan rumah dinas yang sudah lunas, untuk sewa beli sudah beralih status kepemilikannya. Kemudian ada 11 BMD berupa tanah bangunan yang tercatat dalam neraca saat ini dikuasai oleh pihak ketiga,’’ terangnya.

Menanggapi hal ini, Walikota Bima Muhammad Luthfi pada kesempatan itu, menyetujui permintaan dari Pemkab Bima yang akan melakukan pinjam pakai BMD yang sekarang menjadi aset Pemkot Bima. Termasuk kembali menghibahkan aset yang sebelumnya dikuasai Pemkab Bima dan diserahkan ke Pemkot Bima untuk dipergunakan bersama, asalkan tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Marham)
Share:

KLU dan Loteng Belum Diverifikasi Pusat Jadi Kabupaten Layak Anak

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) NTB Dra. T. Wismaningsih Drajadiah
 

Menjadi kabupaten/kota layak anak membutuhkan persyaratan yang tidak sedikit. Untuk menjadi provinsi layak anak, tentu kabupaten/kota di daerah itu mesti menjadi layak anak setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Dari 10 kabupaten/kota di NTB, ada 8 kabupaten/kota yang sedang dilakukan diverifikasi oleh kementerian. Sementara Kabupaten Lombok Utara (KLU) dan Lombok Tengah (Loteng) belum dilakukan verifikasi oleh pihak kementerian.

‘’Untuk diverifikasi itu ada prosesnya, layak atau tidak. Mereka sekarang sedang diverifikasi, apakah layak atau tdak menjadi kabupaten/kota layak anak ,’’ ungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) NTB Dra. T. Wismaningsih Drajadiah pada wartawan usai mengikuti Audiensi dan Dialog Forum Temu Anak di Gedung Sangkareang Kantor Gubernur NTB, Rabu (29/6/2022).

Anak-anak sekarang ini, ujarnya, sangat sensitif dan memperhatikan persoalan-persoalan anak yang terjadi di sekitanya. Termasuk kekerasan anak yang terjadi di keluarga hingga masalah banyak anak yang tergantung gadget dan lainnya. Untuk itu, pemerintah daerah dituntut oleh pemerintah pusat bagaimana memenuhi kebutuhan yang menjadi hak-hak anak, seperti masalah sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang memperhatikan kebutuhan anak.

Atas dasar ini juga, tambah mantan Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda NTB ini, 8 kabupaten/kota diverifikasi jadi kabupaten/kota layak anak di NTB oleh kementerian. Sementara Loteng dan KLU belum dilakukan verifikasi, karena dari hasil penilaian ada jawaban yang dianggap belum cocok oleh pemerintah pusat.

‘’Dari kementerian ada penilaian secara khusus. Ini sebenarnya pemahaman yang berbeda antara yang dimaksud dari kementerian dengan yanjg dimaksud kabupaten/kota, sehingga nilainya turun. Batasan 400 ke atas, baru bisa diverifikasi oleh pemerintah pusat. Ini KLU dan Loteng belum mencapai 400 ,’’ tambahnya.

Sementara yang menjadi indikator penilaian ada 5 klaster, yakni bidang kelembagaan, bidang pemenuhan hak-hak anak, bidang pendidikan, sarana dan informasi serta perlindungan. Dalam hal ini, informasi dan edukasi termasuk  informasi yang layak anak, pendidikan layak anak, hak-hak anak, perlindungannya, termasuk hak sipil di bawah koordinasi Dinas PMPD dan Dukcapil.

Disinggung banyaknya kasus eksploitasi anak, DP3AKB sekarang ini sedang membuat regulasi,  peraturan gubernur untuk mencegah pekerja anak. ‘’Termasuk anak-anak yang bekerja di lampu merah. Ini menjadi tugas banyak OPD, seperti DP3AKB, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan. Ancaman yang mempekerjakan ini adalah ancaman pidana. Kasus ini selalu berulang, karena belum ditangani secara maksimal,’’ aku mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB ini. (Marham)

Share:

Jika Belum Lakukan Ini, Truk Sampah Ditolak Masuk TPA Regional Kebon Kongok

 

Tumpukan sampah di TPA Regional Kebon Kongok, Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Jika truk yang membawa sampah masuk ke TPA Regional ini belum dipilah, maka truk sampah akan ditolak masuk. (dokumentasi ntbprov.go.id)

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB sejak 1 Juli 2022 menolak sampah yang belum terpilah masuk ke Tempat Pembuangan Akhir Regional  (TPAR)  Kebon Kongok, Lombok Barat (Lobar).  Truk sampah yang masuk dari Lobar dan Kota Mataram dan membawa sampah yang belum terpilah harus segera balik. Jika tidak pengelola TPAR Kebon Kongok.

Kepala DLHK NTB Julmansyah, S.Hut., M.Ap., menjelaskan, mulai 1 Juli 2022, pihaknya hanya menerima sampah yang terpilah. Dan itu sudah kita bicarakan Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram dan Lombok Barat,’’ ungkapnya, Kamis (30/6/2022). 

Dari rapat terakhir yang digelar, Lobar dan Kota Mataram menyatakan siap mengirim sampah terpilah ke TPAR  Kebon Kongok. Langkah-langkah masing-masing daerah sudah mengambil langkah taktis dengan sosialisasi ke masyarakat agar mulai memilah sampahnya.  Ditegaskannya, pemilahan ini penting dilakukan agar memudahkan pada proses akhir di TPAR, seperti pada proses daur ulang.

‘’Karena sampah tidak terpilah agak susah membedakan mana yang sudah didaur ulang. Kalau daur ulang, kita bisa lakukan penanganannya dan residunya kita tempatkan di tempat residu atau land fill. Itu juga cara kita mengurangi beban land fill yang ada sekarang. Kalau sebelumnya kalau ada sampah, masuk saja,’’ ungkapnya.

Diakuinya, kapasitas sampah di TPAR Kebon Kongok sudah melebihi kapasitas. Dalam upaya menanggulangi ini, pihaknya menyiapkan langkah melakukan perluasan TPA seluas 5 hektar. Namun, dari 5 hektar ini tidak semuanya dipakai untuk pembuangan, tapi hanya 1,2 hektar dipakai untuk dipakai sebagai tempat residu sampah.

‘’Jangan dipikir 5 hektar itu hanya untuk land fill semua, tapi selebihnya nanti akan ada tempat yang akan dibangun oleh Kementerian PUPR, sehingga Januari 2023 kita akan memiliki TPA Regional ‘’yang lebih modern’’,’’ ujarnya.

Sampah yang masuk berkisar 300 hingga 400 ton per hari. Kalau ini terpilah, ini bisa mengurangi beban TPA dengan melakukan pemilahan sampah. Yang plastik bisa langsung ditangani dan sampah organik ada temoat pengolahan khsuus.

Pihaknya memberikan apresiasi pada Pemkot Mataram yang telah mengantisipasi situasi ini. Sesuai hasil rapat belum lama ini, dengan DLH Kota, jika Kota Mataram sedang merancang Mataram Maggot Center, dengan kapasitas lebih bagus dan lebih besar.

Termasuk sedang merancang insinerator untuk pengolahan sampah dan ini bisa mengurangi beban TPA Regional Kebon Kongok.  Jika ini dilakukan oleh semua kabupaten/kota seperti dilakukan Kota Mataram, pihaknya yakin sanitasi dan lingkungan akan bersih dan mengurangi jumlah sampah yang masuk TPA. ‘’Pemprov juga sedang mendorong tumbuhnya BSM di semua kabupaten/kota di NTB untuk pengolahan sampah organik sehingga itu bisa menjadi ulat maggot, ulat maggotnya bisa dijual dan menghasilkan uang,’’ ujarnya. (Marham)

Share:

Thursday 26 May 2022

Ubah Peradaban di Eropa, Gubernur Minta Bangun Museum Khusus Tambora


Lokasi Gunung Tambora yang ada di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Letusan gunung ini tahun 1815 cukup besar dan mengubah peradaban dunia, khususnya di Benua Eropa. 

Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc., mengingatkan jika NTB memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan, baik di bidang ekonomi, sport tourism, hingga sejarah masa lalu. NTB juga menjadi tuan rumah dari pagelaran event berskala internasional, seperti World Superbike (WSBK) tahun 2021, MotoGP pada bulan Maret 2022, MXGP bulan Juni ini, hingga GT Challenge Asia dan WSBK akhir tahun ini.

‘’Dengan banyak event ini tentu banyak akan datang menonton ke NTB. Namun, mereka ke NTB tidak hanya datang menonton balap saja, tapi ingin berziarah ke masa lalu melihat kekayaan budaya yang dimiliki NTB. Seperti datangnya tamu dari seluruh daerah di Indonesia yang hadir pada Gebyar Budaya 2022 di Taman Mayura,’’ ujarnya saat membuka Gebyar Budaya 2022 di Taman Mayura, Kota Mataram, Sabtu, tanggal 21 Mei 2022.

Terkait dengan ziarah ke  masa lalu, Gubernur mengungkapkan, jika ada pihak yang mengusulkan ke Pemprov NTB untuk belajar ke daerah lain. Yakni, NTB mesti memiliki museum yang khusus menghidangkan sejarah dan dampak dari letusan Gunung Tambora dan Gunung Rinjani kepada perubahan peradaban dunia.

Untuk itu, Gubernur menugaskan pada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB dan Kepala Bidang Kebudayaan membuat  tim kecil pembentukan museum khusus Tambora dan Rinjani. Gubernur memberi batas waktu sebelum WSBK 2022 di Sirkuit Mandalika sudah ada 2 museum sederhana ini bisa dihadirkan pada publik.

Diakuinya, ada satu alasan kenapa dirinya ingin ada museum khusus yang menyajikan sejarah dan dampak letusan Gunung Tambora dan Gunung Rinjani. Saat dirinya bersama Ketua TP PKK Hj. Niken Widyawati Saptarini Zulkieflimansyah berada di Desa Five di Skotlandia melihat stan kecil yang memajang tentang sejarah dan dampak letusan Gunung Tambora yang mengubah peradaban dunia.

‘’Mereka mengatakan, ‘’The year without summer, because the erruption of Tambora. Oleh karena itu saya membayangkan nanti di seluruh Indonesia, bahkan di seluruh dunia, terutama penonton MotoGP dan WSBK bisa menceritakan tentang Tambora itu di mana, ke mana letusannya, impact-nya terhadap peradaban di seluruh dunia. Begitu juga dengan Rinjani,’’ ujarnya.

Menanggapi permintaan gubernur ini, Kepala Dinas Dikbud NTB  Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., mengaku sudah mendiskusikan hal ini dengan Kepala Bidang Kebudayaan Achmad Fairuzzabadi. Tidak hanya itu, gubernur sudah memrintahkan agar nanti NTB juga memiliki mini NTB di salah satu negara yang sudah ditunjuk. Bahkan, pihaknya sudah bertemu dengan atase kebudayaan di negara yang menjadi lokasi pembangunan mini NTB.

‘’Ikon NTB yang utama, adalah Tambora dan Rinjani . detailnya seperti apa, dua gunung yang mengubah peradaban kita harus sajikan deskripsi sejarahnya dan harus didukung dengan replikasi dari dua gunung ini, kearifan lokal tradisi dua pulau ini. Kebetulan juga dua pulau ini ada di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa,’’ ujarnya. (Marham)
Share:

Wednesday 18 May 2022

Pembukaan Latsitarda Ke-42 di NTB, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa Minta Bupati dan Forkopimda Berbaur dengan Peserta



Panglima TNI Andika Perkasa membuka Latsitarda ke 42 di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Sabtu (14/5/2022). Hadir mendampingi Panglima TNI, Gubernur NTB H. Zulkieflimanyah, kepala staf angkatan, wakapolri dan gubernur akademi, forkopimda NTB dan rektor perguruan tinggi di NTB. 

Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa resmi membuka Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitarda) Nusantara ke 42 di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Sabtu (14/5/2022). Pada pembukaan kali ini, ada yang sesuatu yang lain dengan pembukaan Latsitarda seperti tahun-tahun sebelumnya.

Salah satunya adalah Panglima TNI Andika Perkasa yang menjadi Inspektur Upacara meminta bupati dan anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) kabupaten/kota berbaur dengan taruna/praja/mahasiswa yang tergabung dalam satuan pelaksana (satlak) yang akan ditempatkan di daerahnya masing-masing. Misalnya, Bupati Lombok Timur (Lotim) H. M. Sukiman Azmy, bersama Dandim/Kapolres berbaur dengan barisan Satlak-2 Hiu yang beranggotakan Taruna Akademi Militer, Taruna Akademi Angkatan Udara (AAU), Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL), Taruna Akademi Kepolisian (Akpol, Praja IPDN dan mahasiswa perguruan tinggi di NTB.

Begitu juga, Wakil Bupati Lombok Tengah Dr. H. M. Nursiah bersama Dandim, Wakapolres berbaur bersama dengan Satlak-3 Elang, Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto Ridawan, Kapolres dan perwakilan Dandim Lobar berbaur bersama anggota Satlak-1 Macan, dan Asisten I Setda Lobar Agus Gunawan, Dandim dan Kapolres berbaur bersama anggota Satlak-4 Kijang.

Setelah itu, taruna dan praja yang sebelumnya dalam kondisi siap diminta duduk sama Panglima TNI tanpa harus melalui komando dari komandan kompi (danki). Mahasiswa dari 10 perguruan tinggi di NTB yang berbaris dalam satu barisan diminta berbaur dengan sesuai satlak yang sudah ditentukan panitia.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) ini pun memanggil Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, Wakapolri Komjen Gatot Edy, Danjem Akademi TNI Letjen TNI Bakti Agus Fadjari, Kepala Lemdiklat Polri Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel, Gubernur Akmil, Gubernur AAU, Gubernur AAL, Gubernur Akpol dan Rektor IPDN. Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah., Ketua DPRD NTB Hj. Isvie Rupaeda juga diminta ikut bergabung dalam barisan di belakang Panglima TNI.

Panglima TNI kemudian meminta pimpinan daerah di masing-masing Satlak untuk memperkenalkan diri dan asal pendidikannya. Setelah itu, Panglima TNI meminta kepada peserta Latsitarda, baik yang berasal dari taruna, praja dan mahasiswa mencontoh prestasi yang diraih oleh para pimpinan daerah sekarang ini. Menurutnya, sebagai generasi muda harapan bangsa, para peserta harus terus menjalin komunikasi dan integrasi satu sama lain.

Baginya, tidak hanya pekerjaan, program atau kegiatan yang mesti jadi fokus. Tapi bagaimana integrasi ini baik untuk masa depan para peserta satu sama lain. Selain itu, momentum Latsitarda ini mesti dimanfaatkan taruna dan mahasiswa untuk saling menjaga kebersmaan dan menjalin hubungan yang baik satu sama lain.

Pembukaan Latsitarda NTB ke 42 Momen Perkenalkan Budaya NTB

''Hasil Larsitrada menjadi nomor sekian, yang utama haruslah komunikasi dan jalin hubungan antar sesama. Hal ini merupakan bentuk awal integrasi kita dengan rekan-rekan di institusi maupun yang non pemerintahan di masa depan,” harapnya.

Sebelumnya, Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah mengungkapkan, jika NTB merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak keberagaman. Tidak hanya agama, suku dan budaya di NTB sangat beragam, sehingga menjadi bekal bagi taruna dan mahasiswa yang melaksanakan Latsitarda untuk mengenal NTB lebih dekat.

Jika sudah mengenal NTB dengan keberagaman yang dimiliki akan menjadi bekal para peserta Latsitarda yang merupakan generasi penerus harapan bangsa di masa mendatang.

Defile Drumband

Pembukaan Latsitarda ke 42 di NTB juga diwarnai dengan defile atau parade drumband yang dipersembahkan para taruna. Defile yang dimulai dengan tarian gendang beleq ini dimulai dari depan Kantor Gubernur NTB menyusuri Jalan Pejanggik menuju depan Taman Mayura Cakranegara. Setelah itu, mereka langsung diberangkatkan menuju lokasi penempatan masing-masing yang dijemput kepala daerah dan forkopimda masing-masing. (Marham)

Share:

Pembukaan Latsitarda ke 42 di NTB Momen Perkenalkan Budaya dan Kuliner Khas NTB

SAJIKAN DULANG - Siswi-siswi dari 10 SMA/SMK di Lombok Barat dan Kota Mataram menyajikan dulang berisi kuliner khas NTB pada tamu yang hadir pada pembukaan Latsitarda ke 42 di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Sabtu (14/5/2022).

 
Pembukaan Latihan Integritas Taruna Wreda (Latsitarda) Nusantara ke 42 di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Sabtu (14/5/2022) menjadi salah satu ajang memperkenalkan potensi daerah, baik berupa kesenian daerah hingga kuliner khas NTB. Apalagi para taruna TNI/Polri dan Praja yang berasal dari seluruh Indonesia ini merupakan calon pemimpin bangsa ke depan, sehingga perlu diperkenalkan potensi yang dimiliki daerah. 

 Usai Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa membuka Latsitarda ke 42 dan balik ke tempat kehormatan dan bergabung bersama Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, Wakil Gubernur NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah dan petinggi TNI dari berbagai angkatan dan Wakapolri Komjen Gatot Eddy dan jajaran gubernur akademi taruna setiap angkatan dan gubernur akademi kepolisian, ratusan gadis cantik berbaris dari 10 SMA/SMK di Kota Mataram dan Lombok Barat membawa dulang di atas kepala berisi jajan tradisional NTB masuk ke lapangan. 

 Meski tanpa menggunakan alas kaki di tengah kondisi cuaca panas tidak menyurutkan gadis-gadis cantik yang merupakan siswi SMA di Lombok Barat dan Kota Mataram ini menyuguhkan dulang ke tamu undangan yang duduk di tempat kehormatan dan taruna/praja dari berbagai kesatuan. 

Begitu juga, warga yang datang menyaksikan langsung di Lapangan Bumi Gora ikut mencicipi makanan tradisional, seperti pisang, nagasari dan cerorot. Sejumlah staf dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB di bawah koordinasi Saepullah Sapturi mengatur agar semua tamu undangan yang hadir bisa mencicipi makanan tradisional yang disajikan. 

Budayawan NTB ini menjelaskan, jika sajian yang diberikan ini merupakan penghormatan pada tamu luar daerah dan menyajikan simbol-simbol dari kesuburan kita. ‘’Kesuburan yang dibagi pada tamu undangan. Kalau kita punya acara-cara yang ada kaitannya dengan tradisi, kita juga menyiapkan ini,’’ ujarnya. Hal senada disampaikan Kepala Dinas Dikbud NTB Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd. 

Menurutnya, Dinas Dikbud NTB mendapat kesempatan ini untuk memeriahkan pembukaan Latsitarda ke 42 dengan menyajikan atraksi. Dalam hal ini, ujarnya, ada 2 momen atraksi utama, yaitu gendang beleq berasal dari SMKN 1 Lembar dan SMKN 3 Mataram. ‘’Kemudian ada 10 sekolah di zona Lombok Barat-Mataram ini kita gerakkan. Masing-masing 10 siswa minimal dan ada 150 dulang yang kita sajikan. Apa pesan yang ingin kita sampaikan? Bahwa anak-anak dalam masa pendidikan ini diajar untuk berbagi,’’ ujarnya. 

Selain itu, tambahnya, kesempatan ini dimanfaatkan untuk menunjukkan NTB memiliki banyak tradisi. Tradisi itu, kalau ada tamu kita sajikan sesajian. ‘’Yang ketiga kita memperkenalkan makanan tradisional kita kepada Panglima TNI, petinggi TNI/Polri serta Taruna, praja dari seluruh Indonesia. Semua itu adalah bentuk gotong royong Dikbud bersama sekolah. Kita menggerakkan sekolah untuk berpartisipasi dalam setiap level kegiatan,’’ terangnya. 

Diakuinya, sejak Sabtu Budaya digelar. Siswa-siswi di NTB siap mengikuti berbagai kegiatan berskala nasional dan internasional. Artinya, ketika ada momen yang ada di NTB, siswa yang ada siap untuk berpartisipasi. ‘’Tidak perlu latihan lama-lama, cukup gladi bersih langsung bisa tampil,’’ ujarnya bangga. (Marham) 
Share:

Monday 21 March 2022

Aksi Si Pawang Hujan Cantik saat MotoGP Mandalika Jadi Sorotan Dunia

 

 Pawang hujan Rara Isti Wulandari melakukan ritual saat hujan mengguyur Pertamina Mandalika International Street Circuit, Minggu (20/3/2022). Start balapan MotoGP seri Pertamina Grand Prix of Indonesia sempat diundur dari jadwal semula karena cuaca buruk. (Dokumentasi Antara)

Gelaran balapan puncak Pertamina Grand Prix Of Indonesia yang berlangsung di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Minggu (20/3/2022), sempat terganggu karena hujan. Akibatnya, race direction terpaksa harus menunda sesi balapan sekitar satu jam lamanya. Di sela-sela penundaan balapan, aksi salah seorang pawang hujan, Rara Isti Wulandari, menjadi sorotan penonton yang ada.

Bahkan aksi Rara yang berusaha meredakan hujan lebat di tengah pit lane menuai berbagai reaksi. Termasuk dari para kru hingga pembalap. Sampai-sampai Fabio Quartararo sempat tertangkap kamera tengah menirukan aksi Rara, sang pawang hujang di dalam paddock. Hingga mendapat sorak-sorai puluhan ribu penonton yang hadir langsung untuk menyaksikan balapan MotoGP di sirkuit internasional Mandalika. Namun sayang, usaha Rara gagal membuahkan hasil. Hujan lebat terus saja turun hingga hampir satu jam.    

Rara memang diminta khusus oleh penyelenggara sebagai pawang hujan di kawasan Sirkuit Mandalika. Dan, sudah berada di Sirkuit Mandalika sejak beberapa hari yang lalu.

Aksi Rara tersebut nyatanya mendapat perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. “Menurut saya ya ini (aksi pawang hujan) mungkin sebagai bagian dari hiburan dan atraksi, kearifan lokal mungkin serta budaya. Yang bisa menjadi daya tarik tersendiri,” ujarnya.

Tapi tentunya, tetap yang maha kuasa yang menentukan. Di mana hujan tetap berlangsung hingga hampir satu jam lamanya. Dan, balapan pun terpaksa harus ditunda sampai menunggu hujan reda.

Sandiaga mengaku, sebelumnya balapan berlangsung pihaknya sudah mendapat laporan bahwa diprediksi hujan bakal turun dengan durasi sekitar satu jam. Atas dasar itulah, penyelenggara kemudian memutuskan menunda balapan dan memastikan keselamatan para pembalap tetap terjamin.

Pun demikian, balapan dengan kondisi track basah karena hujan nyatanya menjadi pengalaman tersendiri bagi sejumlah pembalap MotoGP. Karena diakui baru pertama kali membalap dengan kondisi track yang basah seperti itu. Namun tetap bisa menikmati balapan, meski diakui beberapa pembalap hasilnya tidak seperti yang diharapkan. (Munakir/Suara NTB)

Share:

Tuesday 25 August 2020

Mau Lihat Peninggalan Islam Wetu Telu, Mari Datangi Masjid Raudatul Muslimin Dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong

Penghulu dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong Tengah menunjukkan naskah Khutbah Jumat yang ditulis pakai tangan di Masjid Raudhatul Muslimin, Minggu (23 Agustus 2020)
Masjid Raudatul Muslimin yang terletak di Dusun Telaga Lebur Kebon, Desa Sekotong Tengah merupakan salah satu masjid tertua di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat (Lobar). Konon masjid yang berdiri sejak penganut wetu telu (islam waku telu) ini memiliki sejarah.

Hal ini dibuktikan dengan benda-benda peninggalan yang masih disimpan rapi di masjid itu berupa bong (kendi) dan Al-Qur'an serta khutbah tulis tangan. Masjid itu kini dibangun oleh warga setempat. Namun masyarakat tetap mempertahankan dan menjaga benda-benda peninggalan di masjid tersebut. H. Abdul Hamid, penghulu dusun setempat saat acara peletakan batu pertama pembangunan masjid berukuran 17x20 m2 tersebut, Minggu (23 Agustus 2020), menunjukkan bukti benda-benda peninggalan tersebut.

Dia menceritakan sejarah masa lampau napak tilas penyebaran Islam Wetu Telu di daerah itu dengan gamblang. Mantan sekretaris desa ini menceritakan penggalan cerita yang diperoleh dari almarhum orang tuanya, sepuh dan ulama (tuan guru). Dulu, di daerah Sekotong (dulu mencakup Lembar), ada masjid bagi kaum (penganut) Islam waktu lima.

Lalu kedua, masjid di dusun Telaga Lebur ini di mana saat itu masyarakat menganut Islam wetu telu. Kaum yang datang beribadah ke masjid ini dari seluruh daerah Sekotong. Warga saat itu pun hanya datang beribadah dua kali setahun, yakni di saat hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.

Sedangkan ibadah lain tidak ada. Ibadah pun dilakukan hanya oleh orang disebut kiyai di zaman itu. Sedangkan di luar itu (warga biasa) tidak ikut shalat. Ia pun bertanya kepada kakeknya ketika itu, kenapa disebut wetu telu?.

 Menurut penjelasan kakeknya bernama Papuq Darsiah yang menjadi penghulu saat itu, bahwa ibadah shalat yang dilakukan hanya tiga waktu, yakni Subuh, Zuhur dan Isya. “Makanya disebut saat itu Islam tahun wetu telu (tiga waktu),” beber dia. Konon pada waktu itu, warga bernama Amak Beleq mengajak warga lain di daerah itu membangun masjid dengan ukuran 8x8 m2.

Setelah jadi masjid ini, dibawakanlah Al-Qur'an ditulis tangan dengan menaiki sampan dari pelabuhan Carik Desa Anyar, Kecamatan Bayan, KLU dan turun di Tanjung Batu (Sekotong). Al-Qur'an itu pun ditaruh di masjid wetu telu di dusun (dulu disebut pegubukan) Telaga Lebur tersebut. “Ini bukti fisik (Al-Qur'an) tulis tangan itu, sampai saat ini kami simpan bagus,” tutur dia sambil menunjukkan ke hadirin.

Seiring waktu masjid itu pun sudah mengalami tiga kali rehab dengan ukuran yang tetap. Namun mengingat kondisi saat ini, warga semakin bertambah maka dibangunlah masjid ini lebih lebar. Selain Al-Qur'an tulis tangan, ada juga peninggalan benda berupa bong (kendi). Orang tuanya sendiri tidak tahu kalau bong ini dibawa dari Bayan. Namun Ia mendapatkan cerita dari seorang ulama (tuan guru) sekitar tahun 1980 silam.

Di saat itu, bong ini memiliki keanehan karena di saat almarhum orang tuanya mengambil air di sungai menggunakan kuali untuk mengisi kendi itu. Justru disaat diisi air banyakpun tidak bisa penuh. “Sekali tumpah empat kuali, dari jam 12 siang sampai jam 5 sore diisi tapi tidak bisa penuh bong ini, itu cerita dari almarhum bapak dan paman saya,”ujar dia.

Selain cerita zaman dulu tentang bong yang dinilai ajaib, bong ini juga sampai saat ini tidak bisa lumutan. Tidak seperti kendi pada umumnya, jika ditaruh dan diisi air selama sekian bulan saja pasti berlumut. Selain bong, ada juga khutbah panjang bertulis tangan.

Khutbah ini terdiri dari khutbah Jumat dan hari raya haji. Ia dipesan oleh almarhum kakeknya, kalau khutbah ini tidak boleh dibaca sembarangan. Namun dibaca saat ada penyakit. “Saya pun kemarin baru membacanya, karena saat ini terjadi corona,” imbuh dia.

Selain itu kiyai sepuh di Sekotong ini juga menuturkan asal muasal warga Dusun Telaga Lebur pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahui hal ini. Asal usul nenek moyang warga dusun itu dari Bayan- KLU. Konon ceritanya, dulu ada warga bernama Amaq Beleq (warga Bayan), pergi ke daerah Sekotong. Lalu Amaq Beleq ini yang beranak pinak sehingga warga pun semakin banyak tinggal di daerah itu.

 Bukti keberadaan amaq Beleq ini pun dibuktikan dengan adanya makam di pemakaman umum setempat. Ukuran makamnya tak seperti warga pada umumnya, karena ukurannya yang cukup luas. “Karena itu disebut amaq Beleq (besar red),” terang dia. Lalu dari sisi budaya dan bahasa, warga dusun Telaga Lebur ini sama dengan Bayan.

Uniknya, warga setempat menyebut utara disebut selatan sedangkan selatan disebut utara. “Ini aneh, dan ini satu-satunya di Lombok, bahasa ini lah dibawa dari Bayan,” jelas dia. (Heruzzubaidi/Lombok Barat)
Share:

Sunday 24 November 2019

Tempat Pemujaan Zaman Kuno Ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah

Umpak batu bermotif kala tanpa rahang tipe zaman klasik Jawa Tengah abad 10 - 12 dan keramik China Dinasti Sung  ditemukan di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah 
Temuan sejumlah artefak atau benda-benda purbakala di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata, membuat masyarakat setempat sangat antusias. Terlebih tim dari Balai Arkeologi Bali langsung datang dan berkunjung ke lapangan untuk mencari data-data tambahan sebagai pendukung temuan tersebut.

Saridin, salah seorang warga Sintung mengatakan, sebagian artefak tersebut sebenarnya sudah ditemukan cukup lama oleh masyarakat, saat warga memugar pembangunan masjid. Namun berkali-kali ditimbun karena dinilai benda yang kurang penting. Namun kini benda tersebut digali dan ditempatkan di salah seorang rumah tokoh masyarakat setempat sambil dilakukan penelitian oleh para arkeolog.

Ia mengatakan, benda-benda purbakala yang ditemukan oleh masyarakat tersebut kemungkinan besar ke depannya akan disimpan di satu bangunan tertentu menjadi museum agar bisa dilihat oleh masyarakat secara luas.

‘’Secara umum temuan ini belum terpublikasi, saya yakin masyarakat di Desa Sintung ini merasa bangga dengan adanya temuan yang dilakukan oleh para arkeolog ini. Kami masyarakat ingin memelihara temuan ini, dan melestarikan dengan baik,’’ katanya.
Keramik dari China yang ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah
Pada Jumat (22/11/2019), Tim Balai Arkeologi Bali melakukan kunjungan ke beberapa situs bersejarah di Desa Sintung dalam rangka survei lapangan. Salah satu situs yang dikunjungi adalah lokasi pemujaan zaman dahulu yang disebut dengan Pedewa di Dusun Lempenge, Desa Sintung. Meski sekarang situs tersebut sudah rusak, namun tim arkeolog sangat antusis melakukan penelitian.

Tim juga mendapatkan sejumlah informasi penting dari warga sekitar terkait keberadaan situs bersejarah tersebut. Para penutur berasal dari tetua desa yang memiliki ingatan penting tentang situs itu.

Misalnya Papuk Saidi (80) menuturkan, situs petilasan Pedewa tersebut dulunya tempat orang mencari berkah. Terdapat bangunan semacam tempat pemujaan yang lokasinya berada di dekat sungai dan sumber mata air. ‘’Dulu ada bangunan di sini, saat kita masih kecil. Kalau ada orang mau begawe, kita ke sini dulu baru dikasi makan,’’ katanya. (Zainuddin Safari/Suara NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive