Be Your Inspiration

Wednesday 27 February 2019

BRT di Kota Mataram Terancam Jadi Besi Tua

BRT yang terparkir rapi di Pool Damri Sweta Mataram. BRT ini tidak difungsikan, karena tidak memiliki biaya operasional. 
Kota Mataram termasuk kota yang mulai mengalami persoalan transportasi. Khususnya transportasi darat, di beberapa titik. Kemacetan, ruas jalan yang sempit, ketidakdisiplinan berlalu lintas jadi masalah. Pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang jauh meninggalkan pertumbuhan jalan serta pertumbuhan pusat kegiatan yang tidak seiring dengan peningkatan kapasitas dan pembukaan akses, melengkapi persoalan transportasi darat.


Mencermati persoalan ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), akhirnya membantu NTB (Kota Mataram), mengatasi persoalan transportasi itu. Sebanyak 25 unit Bus Rapid Transit (BRT) didistribusikan tiga tahun yang lalu. Namun ironis, BRT tidak dimanfaatkan secara maksimal.  Awal-awal saja sempat difungsikan. Kini BRT sudah tidak terlihat lagi di jalan-jalan Kota Mataram. Keberadaan BRT, seolah-olah mubazir dan terancam jadi besi tua.

Pemerintah Pusat melalui Kemenhub mengajukan penyelenggaraan BRT  yang mulai uji coba penerapannya, salah satunya di Kota Mataram sejak tiga tahun lalu. Konsep BRT merupakan sistem angkutan massal yang terintegrasi di setiap koridor. Kehadiran BRT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi dalam kota. Namun sayangnya kebijakan penerapan BRT ternyata belum dapat terselenggara dengan baik.

Awal penerapan BRT, Kemenhub menurunkan sebanyak 25 unit. BRT-BRT ini sempat terlihat lalu lalang mengisi jalanan di Kota Mataram. Secara bersamaan, untuk menunjang operasional BRT, pada setiap tempat pemberhentiannya disediakan halte.


Sejalan dengan tidak maksimalnya fungsi BRT ini, halte-halte yang tersebar di sejumlah titik di Kota Mataram nasibnya juga sama, mubazir. Halte-halte hanya jadi tempat bermain anak-anak sekolah, bahkan menjadi tempat peristirahatan bagi pejalan kaki. Bukan tempat menunggu untuk menanti BRT.

Ekbis NTB, Sabtu (23/2/2019) memantau langsung keberadaan BRT yang telah diserahkelolakan oleh pemerintah daerah kepada Perum Damri, karena keterbatasan pemerintah daerah dalam mengoperasikannya. Di pool Perum Damri di Sweta Mataram, 15 bus berukuran jumbo ini terparkir rapi. Ternyata dari 25 unit, 10 di antaranya sudah ditarik oleh Kemenhub dan dikirim ke Bandung karena beroperasi tak sesuai harapan di Kota Mataram. Bus-bus inilah yang paling besar di sana, ia dapat dikenal dari warnanya, seluruhnya biru. Pada bagian samping dan belakang bus, di tempel stiker ajakan kepada masyarakat untuk menggunakan angkutan umum ini.  ‘’Ayo Naik Bus, Biar Nggak Bikin Macet’’.

BRT-BRT ini diparkir berjejer melawan terik panas, dan embun. Bus-bus ini diparkir di halaman pool Perum Damri. Dilihat dari fisiknya, BRT ini masih bagus, mulus. Belum aca lecet , ataupun onderdil luar yang diganti. Meski tidak dioperasikan, Perum Damri harus merogoh biaya untuk maintenance. Setidaknya, untuk setiap kali memanaskan mesin-mesinnya setiap hari. ‘’Sementara ya kita panaskan mesinnya saja setiap hari,’’ kata Sumijan, General Manajer Perum Damri Mataram kepada Ekbis NTB.


Untuk mengoperasikan seperti hajatan pemerintah, tentu tak kuat bagi Damri. Sebab operasionalnya butuh biaya tak murah. BRT-BRT ini, menurut Sumijan--- biasa disapa Jajak---, sebelumnya dioperasikan untuk melayani penumpang anak-anak sekolah dan umum di Kota Mataram dan Lombok Barat dengan empat koridor. Narmada-Senggigi, Terminal-Ampenan, termasuk ke pusat-pusat perbelanjaan.  Karena beban operasionalnya, Perum Damri tam mampu melayani rute-rute yang telah sediakan fasilitas haltenya. ‘’BRT ini sebetulnya sangat dibutuhkan untuk anak-anak sekolah. Tapi belum ada subsidi untuk mengoperasikannya,’’ katanya.

Keinginan untuk tetap mengoperasikan BRT ini juga talah disampaikan ke Dinas Perhubungan Provinsi NTB. Harapannya, Pemprov juga mendukung subsidi BRT dari Kementerian Perhubungan RI ini, sehingga apa yang dihajatkan pemerintah terwujud.

Mengapa harus menunggu subsidi? Kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan bagi Damri mengoperasikan BRT secara mandiri. Kondisi pariwisata yang belum pulih, serta minimnya pergerakan orang membuat Damri kehilangan pangsa pasar hingga lebih dari 50 persen. Yang dilakukan Damri sementara ini, bagaimana bisa bertahan. Orientasi bisnis dikesampingkan.
Sebelumnya, Perum Damri juga di Mataram telah melakukan modifikasi beberapa unit untuk bus pariwisata. Interiornya dibuat senyaman mungkin. Damri bahkan menawarkan harga fleksibel bagi yang ingin mencarternya. Tetapi tetap saja tak ada yang berminat.


Alternatif lain sedang dipertimbangkan, Damri berencana ingin membuat paket-paket tour wisata ke beberapa objek wisata di Pulau Lombok. Dengan jadwal tour bisa hingga seharian. Makan dan minum, serta snack ditanggung sepenuhnya.  ‘’Kita masih hitung-hitung dulu paketnya,’’ katanya. (Bulkaini/Ekbis NTB)
Share:

Sekotong Jadi Lokasi Shooting Project Putri Indonesia 2019

Proses pengambilan gambar Putri Indonesia 2019 di lokasi wisata Buwun Mas Hill beberapa waktu lalu diharapkan mampu mempromosikan potensi yang dimiliki.
Wilayah Sekotong Lombok Barat (Lobar) menjadi lokasi shooting project Putri Indonesia 2019. Dipilihnya kawasan wisata ini jadi lokasi shooting tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga setempat dan Pemda Lobar.  Sebab dengan tampil di TV nasional, maka potensi wisata di kawasan selatan Lobar ini akan semakin dikenal luas baik di level nasional hingga mancanegara.  

Beberapa hari lalu, Puteri Indonesia 2018 Sonia Fergina Citra, Puteri Pariwisata 2018 Wilda Octaviana Situngkir dan Puteri Lingkungan 2018 Vania Fitryanti Herlambang melakukan shooting video untuk Pagelaran Puteri Indonesia 2019 di beberapa tempat wisata di wilayah Sekotong. Pengambilan gambar dilakukan stasiun tv nasional selama tiga hari (13-15 Februari).

Perpaduan alam dengan hamparan padang savana, pemandangan bukit, lembah, dan laut yang indah dan unik menjadikan Bukit Buwun Mas menjadi lokasi pertama pengambilan gambar. Di sini, Wilda berperan sebagai penari gandrung. Lengkap dengan pakaian khasnya, Wilda ditemani beberapa penari dengan iringan musik gamelan dan gendang beleq khas Lombok kemudian berpose layaknya penari gandrung profesional. Sementara itu Puteri Lingkungan 2018 Vania, menggunakan pakaian tenun Lombok berpose di hamparan padang savana. 

Proses shooting hari ke dua dilanjutkan di kawasan Hotel Wyndham Sundancer, Pantai Elak-Elak dan kawasan Kedaro. Di Pantai Elak-Elak, Puteri Indonesia 2018 Sonia menyusuri tepi pantai dengan menunggang kuda. Terlihat Sonia dengan santai menikmati suasana pagi Pantai Elak-Elak.Pemilihan Puteri Indonesia 2019 sendiri akan digelar di Pulau Lombok dan Sumbawa pada Maret mendatang. Tahun ini, ajang tahunan Puteri Indonesia mengusung tema “Colorful West Nusa Tenggara” atau kekayaan alam dan budaya NTB.

 Bukit Buwun Mas yang terletak di Desa Buwun Mas Kecamatan Sekotong merupakan desa terluas di Lobar ini memiliki potensi yang luar biasa untuk pengembangan pariwisata.“Wisata alamnya dengan perbukitan yang indah, wisata bahari dengan lautnya, hiu martilnya, Pantai Nambung. Desa Buwun Mas juga memiliki goa bawah laut yang bisa dikunjungi bagi tamu-tamu mancanegara yang suka berpetualang,”  jelas Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Ispan Junaidi.

Ispan menambahkan, pariwisata Lobar memerlukan koneksi dan dukungan dari semua pihak. Baik dari masyarakat bawah hingga public figure. “Seperti Puteri Indonesia yang follower-nya banyak sampai ribuan follower untuk mempromosikan wisata di Lombok Barat, khususnya yang ada di wilayah Sekotong,” katanya.  

Senada dengan Ispan, Puteri Pariwisata 2018 Wilda Octaviana Situngkir juga mengingatkan agar para generasi muda gemar dan aktif mempromosikan daerahnya. Salah satu caranya adalah dengan menggali dan mencari tahu potensi-potensi yang masih tersembunyi, kemudian mengunduh di media sosial miliknya. “Ini sebagai kebanggaan buat kita sebagai masyarakat, bangsa kita memiliki banyak tempat indah yang ternyata seperti permata yang tersembunyi. Mungkin banyak teman-teman yang masih belum tau tempat ini, bahwa Buwun Mas Hill begitu indah,”  ungkapnya kagum.

Sementara itu H. Abdul Majid selaku penggiat pariwisata dan salah satu bagian dari yang memviralkan Bukit Buwun Mas di media sosial ini sangat mengapresiasi Bukit Buwun Mas yang menjadi lokasi shooting project Puteri Indonesia 2019. Baginya, hal tersebut dapat membatu mempromosikan pariwisata Sekotong yang merupakan cita-citanya untuk menjadikan “Sekotong Mendunia”. (Heru/Lombok Barat)
Share:

Nyale Melimpah, Pemburu Nyale Puas

Masyarakat yang menangkap nyale, meski hari sudah terang. Biasanya, kalau matahari sudah terbit, nyale sudah menghilang.

Puncak perayaan Festival Pesona Bau Nyale tahun 2019 telah berlangsung Senin (25/2/2019) pagi. Hal ini ditandai dengan turunnya ribuan masyarakat dari berbagai penjuru Lombok Tengah (Loteng) dan dari berbagai wilayah, bahkan wisatawan mancanegara di Pantai Seger Kuta untuk berburu Nyale (sejenis cacing laut). Para pemburu nyale tahun ini pun mengaku puas, karena nyale kali ini melimpah ruah.


“Tahun ini nyale sangat banyak. Jauh lebih banyak jika dibandingkan pada perayaan event Bau Nyale dua tahun belakangan,” aku Ahyar, salah seorang pengunjung Pantai Seger Kuta.

Kondisi nyale yang melimpah seperti ini memang sangat dinanti oleh masyarakat. Bukan hanya masyarakat lokal Loteng saja. Tetapi juga para wisatawan domestik maupun luar negeri. Apalagi banyak wisatawan yang sengaja datang hanya untuk ikut berpartisipasi berburu nyale. 

“Soal penanggalan waktu pelaksanaan Bau Nyale tahun ini juga jauh lebih presisi. Sehingga hasrat dan keingintahuan masyarakat akan nyale terbayar lunas,” sebutnya.
 
Nyale yang berhasil ditangkap
Masyarakat sendiri sudah mulai turun ke Pantai Seger sekitar pukul 03.00 Wita. Dengan perlengkapan seadaanya, masyarakat tumpah ruah memadati kawasan Pantai Seger. Hingga pukul 06.30 Wita, masyarakat mulai bergerak naik, karena nyale sudah mulai menghilang begitu hari mulai terang.


Sebelumnya pada Minggu (24/2) malam, pengunjung disuguhi berbagai hiburan oleh pemerintah selaku penyelenggara Festival Pesona Bau Nyale, hingga tengah malam. Mulai dari tari kolosal yang menceritakan tentang legenda Putri Mandalika yang diyakini sebagai simbol dari nyale hingga hiburan musik dari artis ibu kota Cakra Khan. Selain itu ada juga beberapa kesenian tradisional yang menemani para pengunjung hingga menjelang dini hari.

Event Bau Nyale menjadi event pembuka dari rangkaian Wonderful Indonesia untuk tahun ini. Di mana Bau Nyale sendiri telah ditetapkan sebagai salah satu dari top ten (sepuluh besar) event utama Wonderfull Indonesia yang diharapkan bisa menjadi salah satu event yang bisa menarik minat wisatawan, terutama wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung ke Indonesia dan Lombok pada khususnya.    

“Harapan kita semua, event Bau Nyale bisa semakin dikenal dunia. Dan, mampu menjadi salah satu event utama yang bisa menarik minat wisatawan untuk datang ke daerah ini,” ujar Wabup Loteng, H.L. Pathul Bahri, S.IP., seraya menambahkan, dari sisi pelaksaan pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan demi kesempurnaan pelaksanaan event Bau Nyale di masa-masa yang akan datang. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Friday 22 February 2019

Menteri Pariwisata Arief Yahya Resmikan Poltekpar Negeri Lombok


 Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, menandantangani prasasti tanda diresmikannya kampus Poltekpar Lombok Desa Puyung Lombok Tengah, Kamis (21/2/2019).
Kampus Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok di Desa Puyung Lombok Tengah (Loteng), Kamis (21/2/2019) diresmikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Kampus Poltekpar Lombok ini merupakan kampus kelima se Indonesia dan merupakan kampus termegah di wilayah Indonesia Timur.

Dengan fasilitas mentereng tersebut, Menpar berharap Poltekpar Lombok bisa melahirkan tenaga ahli dan profesional di bidang pariwisata.  Sehingga bisa diserap dunia kerja. Baik pasar nasional maupun internasional. "Fasilitas Poltekpar Lombok sekarang sudah berstandar internasional.  Maka mutu lulusannya juga harus world class," sebutnya. 

Untuk bisa melahirkan lulusan yang berstandar internasional, Poltekpar Lombok harus melengkapi diri dengan kurikulum yang berstandar internasional. Termasuk tenaga pendidiknya juga. Jangan hanya fasilitasi saja yang berstandar internasional.

Berkaca dari pengalaman yang ada, hampir 100 persen lulusan perguruan tinggi pariwisata yang bernaung di bawah Kementerian Pariwisata terserap dunia kerja. Tapi hanya sedikit yang bisa diserap pasar internasional. Itulah yang harus dikejar sekarang, bagaimana supaya lulusan perguruan tinggi pariwisata bisa ikut bersaing memperebutkan pasar internasional.

"Untuk pasar internasional kita baru bisa mengisi sekitar 25 persen dari pasar yang ada. Ke depan itu harus bisa ditingkatkan," sebut Arief.

Hal senada juga disampaikan Gubernur NTB Dr.H.Zulkieflimansyah. Menurutnya Poltekpar Lombok punya semua potensi untuk menjadi perguruan tinggi pariwisata terbaik. Bukan hanya di kawasan regional, tapi juga nasional bahkan dunia.

Ke depan Poltekpar Lombok bisa menjadi bagian penting dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan di NTB. Dengan melahirkan sumber daya manusia (SDM)  yang andal, khususnya di bidang pariwisata. Karena keberhasilan pembangunan di suatu daerah tidak hanya diukur dari aspek ekonomi semata. Tetapi juga dari aspek pembangunan manusianya.  "Keberhasilan pembangunan itu tidak hanya diukur dari pembangunan ekonomi.  Tapi juga pembangunan SDM, " jelasnya.

Dengan bekal SDM yang andal dan berkualitas maka anak-anak NTB dan Loteng khusus bakal bisa bersaing memperebutkan pasar tenaga kerja di daerah ini, bahkan pasar global.

Direktur Poltekpar Lombok, Hamsu Hanafi, menambahkan, secara umum progress pembangunan Poltekpar Lombok baru mencapai 30 persen dari masterplan yang ada dan masih akan ada pembangunan fisik lainnya dalam beberapa tahun ke depan. Namun dengan capaian yang ada, aktivitas perkuliahan sudah bisa dilaksanakan di kampus Poltekpar Lombok yang baru.

“Untuk saat yang sudah terbangun ruang perkuliahan serta rektorat ditambah beberapa fasilitas pendukung lainnya. Ke depan masih akan ada beberapa pembangunan fasilitas lainnya,” pungkas Hamsu. (Munakir/Suara NTB)
Share:

Tuan Rumah MotoGP 2021, Semua Mata di Dunia Tertuju ke Lombok

Direktur Utama ITDC, Abdul M. Mansoer, didamping General Affair The Mandalika ITDC, I Gusti Lanang Bratasuta, memberikan keterangan terkait penyelenggaran MotoGP di kawasan The Mandalika, Kamis (21/2/2019).

Lombok ditargetkan menjadi tuan rumah MotoGP 2021 mendatang. Kepastian itu setelah pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) meneken kontrak dengan Dorna sebagai penyelenggara MotoGP, 29 Januari 2019.


‘’29 Januari diteken. Kita dapat 2021. Sekarang tugas kita mewujudkan (sirkuit). Tahun ini kita mulai bangun sirkuitnya,’’ kata Direktur Utama ITDC, Abdulbar M. Mansoer dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Kamis (21/2/2019).

Dijelaskan, sirkuit yang dibangun bukan sirkuit tertutup. Tetapi street circuit. Panjangnya 4,32 Km. Untuk pembangunan sirkuit ini akan dilakukan bekerjasama dengan investor asal Perancis, Vinci Construction Grands Project‘’Jadi kita akan mulai bangun badan jalan mulai September 2019. Tapi akhir 2020 harus sudah selesai (dibangun),’’ katanya.

Abdulbar menambahkan, ITDC tidak akan membuat stadion. Tempat duduk penonton akan dibuat temporer. Sirkuit yang dibangun mirip seperti Singapura dan Monako. Sirkuit MotoGP yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika itu diperkirakan akan mampu menampung 115.000 penonton.



Menurut Abdulbar, ada tiga keunggulan sehingga Lombok dipilih menjadi tuan rumah MotoGP 2021. Pertama, Mandalika merupakan kawasan pariwisata. Kedua, masalah lahan tempat dibangunnya sirkuit Mandalika sudah clear and clean. Kemudian ketiga, Lombok perlu recovery.
Agar recovery pariwista Lombok bisa lebih cepat, maka tidak bisa hanya mengandalkan pemulihan destinasi sebelumnya dan pemasarannya saja. Sehingga perlu ada event yang dapat menyedot perhatian wisatawan ke Lombok.


‘’Ini yang bisa mempercepat pemulihan Lombok. Karena hotel-hotel sampai sekarang belum mencapai titik seperti  sebelum gempa. Insya Allah 2021 lomba ini mulai digelar. Tentu akan mengangkat Lombok lagi,’’ ujarnya.

Dengan menjadi tuan rumah MotoGP, kata Abdulbar, maka wisatawan yang ada di Bali akan datang ke Lombok. Penerbangan dari Bali ke Lombok hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.  ‘’Karena hanya dengan 30 menit, mereka akan menambah lagi stay ke Mandalika,’’ terangnya.

Menjawab keraguan masyarakat mengenai pembangunan sirkuit Mandalika. Abdulbar mengatakan ITDC telah memberikan bukti. Sejak masuk menjadi Dirut ITDC pada 2016 lalu, Abdulbar mengatakan mulai 2017 sudah mulai dilakukan pembangunan fasilitas di KEK Mandalika berupa pembangunan masjid. Kemudian kawasan Pantai Kuta ditata. Sehingga menjadi lebih cantik dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Selain itu, sebanyak 300 unit kios untuk UMKM dibangun di dalam KEK Mandalika. Serta pembangunan jalan sepanjang  11 Km. Kemudian, ITDC juga baru saja mendapatkan pembiayaan dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebesar Rp3,6 triliun. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak mempercepat pembangunan KEK Mandalika. ‘’Sirkuit akan dibangun Vinci. Kita siapkan semua perangkatnya, infrastrukturnya, jalan menuju daerah itu. Kita bangun dasarnya, nanti Vinci bangun atasnya,’’ katanya.

Abdulbar menyebutkan, investasi yang sudah masuk di KEK Mandalika sekitar Rp17 triliun. Investasi terbesar dari Vinci mencapai Rp13,5 triliun yang akan dilakukan secara bertahap selama 15 tahun. Kemudian investasi pembangunan tujuh hotel dan lapangan golf sekitar Rp3 triliun lebih. (Muhammad Nasir/Suara NTB)

Share:

Menteri Pariwisata Arief Yahya, Jawa, Bali dan Lombok Pulau Terindah di Dunia


Menteri Pariwisata Arief Yahya
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengunjungi Gili Air Kabupaten Lombok Utara dalam rangka Ground Breaking AMA-LURRA pada hari Kamis (21/02/2019).

Dalam sambutannya, Arief Yahya menjelaskan bahwa majalah Travel and Leisure menetapkan 15 pulau terindah di dunia, 3 diantaranya ada di Indonesia yaitu Pulau Jawa, Pulau Bali dan Pulau Lombok. Di kesempatan ini pula Menteri Pariwisata memutuskan bahwa Mandalika akan mengoperasikan sirkuit MotoGP untuk pertama kalinya di Indonesia.

"Nah ini, jadi membuat NTB Positioningnya semakin kuat. Positioning halal itu akan membuat pertumbuhan pariwisata di NTB itu tertinggi," tuturnya.
Dalam kunjungannya, Arief Yahya mengatakan bahwa ini adalah pembangunan resort pertama setelah gempa, sehingga bisa memberikan semangat untuk Lombok Bangkit dan berharap AMA-LURRA menjadi pilihan untuk wisatawan lokal dan mancanegara.

"Semoga ini menjadi semangat untuk membangun NTB pada umumnya, khususnya Gili Matra untuk wisatawan lokal maupun mancanegara pada kelas yang tinggi" tutupnya.

Bersamaan dengan itu, Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc sangat bangga dan menyambut baik kedatangan Menteri Pariwisata untuk ke sekian kalinya. Sehingga membuktikan bahwa pemerintah sangat serius membantu NTB untuk bangkit.

"Kami yakin dengan keseriusan yang baik, yang tulus dari Pak Menteri, kita di lombok ini bukan hanya sekedar ungkapan tapi menjadi kenyataan dari kerja keras kita" tutupnya.

Acara ini kemudian ditutup dengan penanaman pohon dan penandatangan papan kayu oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat dan Menteri Pariwisata. (Humas Setda NTB)
Share:

Friday 15 February 2019

Harga Tiket Garuda Indonesia dari dan ke Lombok Resmi Turun

General Manager Garuda Indonesia Branch Office Lombok, Supriyono
Maskapai milik pemerintah, Garuda Indonesia telah melakukan penyesuaian tarif. Harga tiket dari dan ke Lombok secara resmi turun. General Manajer Garuda Indonesia Branch Office Lombok, Supriyono menegaskan hal itu. “Sudah turun 20 persen, rute Jakarta, Sumbawa, Bima, sudah turun semua,” katanya, Kamis (14/2/2019).


Proses penyesuaian tarif terus dilakukan oleh kantor pusatnya. Mengingat, rute yang dilayani Garuda cukup banyak, baik domestik maupun internasional.  

Pada dasarnya, Garuda Indonesia Branch Office Lombok kata Supriyono, turut mengupayakan harga tiket yang kompetitif untuk mendongkrak lalu lalang orang dari dan ke NTB. Harapannya, dengan kebijakan ini tingkat keterisian pesawat juga akan lebih baik dari sebelumnya. Terutama bagi mereka yang melancong ke Lombok dan Sumbawa.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengimbau maskapai agar melakukan penyesuaian (penurunan) tarif tiket pesawat dilakukan pekan ini. Imbauan kepala negara ini disampaikan di tengah hadirnya banyak keluhan, tak hanya dari penumpang, tetapi juga kalangan industri perhotelan dan restoran.


Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (13/2/2019) menyampaikan, bahwa pemerintah optimistis tarif tiket pesawat bisa turun. Beberapa kali berkomunikasi dengan sejumlah maskapai nasional, hanya saja, pemerintah tidak bisa memastikan tarif tiket pesawat akan benar-benar kembali turun sesuai harga semula pada akhir 2018 lalu. Maskapai di bawah bendera Garuda Indonesia Group, Garuda, Sriwijaya Air, Citilink dan Nam Air harga tiketnya diturunkan sampai 20 persen.

Pemerintah masih membuka ruang bagi maskapai untuk menaikkan tarif tiket pesawat dengan level yang rendah yakni hanya sekitar 10 persen - 20 persen dari rata-rata tarif tahun lalu. Jangan sampai harga tiket naik hingga kisaran 40 persen - 60 persen seperti yang selama ini dikeluhkan banyak pihak.


Sementara Ketua Asosiasi Travel Agen Indonesia (Astindo) Provinsi NTB, Awan Aswinabawa mengetakan, berdasarkan hasil pemantauannya di sistem, penurunan harga telah dilakukan oleh Garuda Indonesia, untuk beberapa rute di Indonesia. Ini menjadi awal yang baik menurutnya. Harapan para pengusaha ticketing, agar penurunan harga ini dapat konsisten.

“Nanti kita sama-sama hitung, apakah dampak penurunan 20 persen ini signifikan pengaruhnya,” kata Awan. Harapannya, ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk daerah-daerah destinasi wisata agar dilonggarkan penurunan harga tiket pesawat lebih dari 20 persen. (bulkaini/Suara NTB)

Share:

Ritual Adat Bebubus Batu, Cara Masyarakat Sapit Lombok Timur Suburkan Tanaman

Prosesi ritual adat Bebubus Batu warga Desa Sapit Kecamatan Suela Lotim,
Masyarakat Desa Wisata Sapit, Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Rabu (13/2/2019) menggelar ritual adat Bebubus Batu. Ritual yang sudah turun temurun dalam bebubus atau mengobati tanaman agar tetap subur itu kini dikemas menarik dan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan. 
alin dan tempelkan kode ini di situs Anda.


Tokoh Adat Desa Sapit, Sukiman, tradisi Bebubus Batu ini adalah sebuah ritual budaya yang setiap tahun digelar. Digelar pada musim tanam dan selalu pilihannya hari Rabu. Ritual dimaksudkan pula sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas nikmat hidup rukun, bergotong royong dan tetap dalam kebersamaan keluarga besar.

Sebagai sebuah kegiatan budaya yang berulang-ulang digelar semenjak nenek moyang warga Sapit, Sukiman pun mengaku tidak mengetahui asal mula lahirnya Bebubus Batu. Digelarnya kembali terus setiap tahun juga semata menghormati tradisi nenek moyang yang dinilai masih sangat positif.

Sesuai istilah bebubus dalam bahasa Sasak sama dengan mengobati. Adanya tambahan kata batu, ujarnya, karena lokasinya di Dusun Batu Pandang. Adapun bahan-bahan bebubus ini adalah dedaunan, bahan-bahan makanan lainnya. Dibubus langsung ke tanaman-tanaman yang sudah mulai tumbuh.

Ritual adat bebubus ini juga dirangkai dengan dzikir dan tahlilan. Tujuannya memohon kepada Allah SWT agar mengabulkan doa dan kegiatan yang dilakukan. Adanya perpaduan kegiatan zikir ini katanya menunjukkan nilai-nilai keislaman yang melekat di tengah masyarakat.
alin dan tempelkan kode ini di situs Anda.


Pihaknya memastikan dalam prosesi ritual, sama sekali tidak ada kegiatan membuang-buang makanan. Semua makanan yang dibawa menggunakan dulang keliling persawahan dikonsumsi langsung oleh warga setelah acara dzikir dan doa.

Panitia Pelaksana yang juga Kelompok Sadar Wisata Langgar Pusaka Sapitl,  M. Hijazi Noor ini menjelaskan, ritual adat Bebubus Batu adalah salah satu tradisi yang lama terpendam di suku bangsa Sasak warga Desa Sapit Kecamatan Suela. Tradisi budaya Bebubus Batu sudah dilakukan ribuan kali sudah sejak abad ke 7.

Adapun mulai digelar dalam kemasan Festival Bebubus Batu pertama diadakan tahun 2018. Sementara tahun 2019 ini adalah kali kedua Festival Bebubus 2019 digagas untuk memajukan seni dan budaya agar Desa Sapit lebih dikenal yang sebenarnya memiliki ragam budaya dan sejarah.

Selain itu, tujuan dari festival budaya adalah ikut dan menggali potensi produk produk UKM untuk dapat dipromosikan ke publik agar produk lebih dikenal ke masyarakat, yang pada akhirnya produk masyarakat dapat dikenal luas. Harapan panitia adanya festival ini menjadi wahana wisata, pendidikan, budaya dan penyemangat bagi warga masyarakat yang lain untuk lebih menghormati nilai-nilai yang luhur dan budaya. Termasuk  memelihara dan mengembangkan hasil cipta, rasa, karsa, karya yang berupa nilai nilai pengetahuan, norma, adat istiadat, seni dan tradisi luhur yang mengakar dalam masyarakat

Kepala Bidang Peningkatan Kapasitas dan Sumber Daya Dinas Pariwisata Lotim, Ahyak Modin mengemukakan, kegiatan Bebubus Batu itu dipandangnya sebagai salah satu event budaya yang bernilai wisata. Terlepas dari instansi yang membidangi kebudayaan sekarang, namun event ini menjadi salah satu daya tarik yang  bisa memancing minat wisata berkunjung ke desa wisata Sapit. (Rusliadi/Lombok Timur)
alin dan tempelkan kode ini di situs Anda.
Share:

Wednesday 13 February 2019

Event Desa Penujak Reborn, Upaya Melahirkan Gerabah Berkualitas Tinggi

Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah, menuang air dari ceret saat Reborn Desa Penujak sebagai Desa Wisata Gerabah, Sabtu (9/2/2019). 

Di era tahun 1980-an hingga awal tahun 200-an, Desa Penujak Kecamatan Praya Barat Lombok Tengah (Loteng) dikenal sebagai sentra penghasil gerabah berkualitas tinggi. Nama Desa Penujak pun dikenal tingkat nasional hingga mancanegara. Namun pasca peristiwa bom bali tahun 2002 silam, pamor gerabah Desa Penujak perlahan mulai meredup.

Seiring dengan semakin menurunnya permintaan gerabah berdampak pada tutupnya sejumlah art shop akibat merosotnya kunjungan wisatawan kala itu, terutama di Bali, yang merupakan pasar utama gerabah Desa Penujak. Sementara pasar lokal tak banyak membantu mempertahankan eksistensi gerabah Desa Penujak.  

Masyarakat yang dulunya membuat gerabah mulai beralih ke aktivitas lain dan usaha gerabah hanya jadi usaha sampingan. “Kalau dulu kita punya hampir seratusan art shop di Desa Penujak. Tapi sekarang tinggal hanya tiga art shop saja,” aku Kepala Desa Penujak L. Suharto pada acara Desa Penujak Reborn, Sabtu (9/2/2019). Hadir juga di acara ini Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., MSc.

Kini Desa Penujak mencoba merintis kembali jalan menuju era kejayaannya sebagai penghasil gerabah berkualitas. Setelah sempat mati suri, Desa Penujak seperti ingin reborn(lahir kembali) dengan mendeklarasikan diri sebagai desa wisata gerabah.

“Kita berharap momen ini bisa menjadi momentum yang baik bagi era kebangkitan gerabah Desa Penujak,” ujar Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah.

Gubernur mengatakan, gerabah masih punya peluang untuk berkembang. Sebagai salah satu sektor pendukung pariwisata di daerah ini. Bahkan cara pembuatan gerabah itu sendiri bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang layak dijual. Dalam hal ini, ujarnya, produk gerabah tinggal dikemas dengan baik, sehingga bisa membuat wisatawan tertarik untuk datang dan berkunjung ke Desa Penujak.

“Event ini kita harapkan tidak hanya jadi seremoni belaka. Tetapi harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah konkret untuk bisa mengembalikan kejayaan gerabah Desa Penujak,” ujarnya.

Untuk mewujudkan harapan tersebut, tentu butuh dukungan serta komitmen semua pihak. Mulai dari tataran pemerintah desa hingga pemerintah yang lebih atas. Dan, pemerintah provinsi bakal mendukung penuh upaya mengembalikan Desa Penujak sebagai sentra gerabah didaerah ini.

Di tempat yang sama Direktur Edukasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Pusat, Popi Safitri, mengaku Desa Penujak dengan gerabahnya sangat potensial untuk bisa berkembang. Letaknya yang strategis, karena sangat dekat dengan bandara salah satu nilai lebihnya. Tinggal bagaimana kemudian inovasi dan kreativitas dalam memproduksi gerabah bisa terus dipacu.

Dalam arti bentuk dan model gerabah yang dihasilkan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Penerapan Zero Waste di NTB, Lingkup Kantor Gubernur NTB Harus Jadi Contoh

Kepala Biro Umum Setda NTB H. Fathul Gani mengecek bahan prasmanan yang terbuat dari gerabah dalam sebuah acara di Gedung Sangkareang Kantor Gubernur NTB.
KEBIJAKAN NTB bebas sampah (zero waste) yang dicanangkan Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., MSc., dan Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, MPd., menjadikan lingkup Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi NTB menjadi contoh. Setda yang menjadi tempat kerja gubernur, wakil gubernur, sekretaris daerah dan beberapa kepala biro harus mengimplementasikan apa yang menjadi perintah gubernur.



Untuk itu, Biro Umum Setda NTB di bawah komando Drs. H. Fathul Gani, MSi., berusaha menjadi contoh bagi OPD lain, terutama dalam menjadikan lingkup Setda NTB bebas sampah, khususnya sampah plastik. Kini dalam setiap acara yang digelar di lingkup Setda NTB atau Kantor Gubernur NTB tidak lagi menemukan penggunaan bahan baku plastik atau bahan sekali pakai. Tamu yang menghadiri acara rapat atau pertemuan disuguhkan makanan ringan atau minuman dengan menggunakan wadah dari gerabah, seperti piring, gelas hingga kendi. Begitu juga wadah tempat prasmanan menggunakan gerabah.

Kepala Biro Umum Setda NTB H. Fathul Gani, menegaskan, penggunaan gerabah dalam setiap acara di lingkup Pemprov NTB merupakan bentuk penerapan kebijakan zero waste yang telah diluncurkan pimpinan daerah. Pihaknya bertekad lingkup setda harus menjadi percontohan bagi OPD lain agar tidak ada lagi sampah-sampah tercecer di beberapa tempat. Termasuk menggunakan gerabah yang merupakan produksi lokal. Adanya penggunaan produk lokal ini setidaknya mampu memberikan kesejahteraan pada perajin.



Tidak hanya itu, pihaknya menjamin gerabah yang dipergunakan saat jamuan, khususnya acara berlangsung sudah bersih dan steril atau siap dipergunakan. Dalam hal ini, pihak Biro Umum sebelum mempergunakan bahan-bahan saat acara telah melalui proses sterilisasi. ‘’Ndak usah khawatir. Bahan-bahan yang kami gunakan telah melalui proses,’’ujarnya meyakinkan.

Sebelumnya, Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah mengingatkan agar lingkup Kantor Gubernur menjadi contoh penerapan zero waste di NTB. jika sudah diterapkan di Kantor Gubernur NTB sudah bagus bisa diterapkan di tempat lain, sehingga seluruh OPD lingkup Pemprov NTB bebas sampah. (Marham)

Share:

Getap dan Babakan Kota Mataram, Sentra Industri Rekayasa Mesin Pertama di Indonesia Timur

Tukang las di Babakan Kota Mataram NTB
Nama Babakan sudah melegenda. Babakan adalah salah satu Kelurahan di Kota Mataram yang menjadi sentra produksi beragam alat-alat dapur dan mesin rekayasa. Dari sana beragam hasil industri dari logam dihasilkan. Konsep industrialisasi telah berkembang lama di kelurahan itu sejak zaman Raja Anak Agung Karang Asem dan masih bertahan hingga kini.

Berkembangnya industri logam di Getap dan juga di wilayah Babakan, lahir dari kebijakan Pemerintah Provinsi NTB pada tahun 1980-an yang ingin menjadikan wilayah itu sebagai sentra perbengkelan. Kebijakan itu lahir, karena sejak lama di sana telah tumbuh dan berkembangnya perajin kaleng yang memproduksi kompor minyak tanah.


Getap semakin memantapkan diri sebagai sentra industri, setelah pada tahun 1987 berdiri bengkel mobil pertama, yakni Bengkel H. Muksin. Menyusul kemudian hadir pada 1988,  Bengkel Mobil Patuh. Lalu 1989 didirikan Bengkel Roda Tani (Rotani) , produksi alat mesin pertanian pertama di NTB. Dan 1995 didirikan IKKB (Industri Kerajinan Kaleng Babakan) , untuk mengorganisir kerajinan kaleng di Babakan,  produksi kompor minyak tanah dan ember.

Kemudian bengkel-bengkel lain muncul beranak pinak dari bengkel yang ada. Sementara di Getap dimulai tahun 1980-an sebagai sentra pandai besi. Di sini, sekitar 302 perajin yang memproduksi pisau, sabit dan lainnya hingga sekarang dan terus berkembang.

Ekbis NTB berkesempatan mengunjungi sentra produksi logam di dua kelurahan ini pekan kemarin. Layaknya bengkel produksi, suasana di dua kelurahan ini ramai terdengar suara mesin-mesin sedang berproduksi. Suara palu juga bertalu-talu, suara mesin las, mesin gerinda. Menyatu dan sudah menjadi keseharian warga di sana dengan suara mesin-mesin sedang berproduksi.


Masuk di sebuah bengkel produksi CV. Rotani. Beberapa pekerja, Sabtu (9/2) nampak sibuk. Ada yang mengukur besi untuk dipotong, ada yang melubangi pelat, ada yang mengelas. Ada juga yang melakukan finishing. Rotani adalah sebuah badan usaha yang bergerak dalam bidang rekayasa mesin, khususnya mesin pertanian , industri, produksi dan lain-lain. Bengkelnya di Jalan Ali Napiah No .2  Kelurahan Babakan, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram.

Sejak 2013 perusahaan ini telah berdiri, embrionya ada sejak tahun 1970-an. Saat ini bengkel itu telah mempekerjakan belasan karyawan untuk pengerjaan beragam pesanan.  Telah banyak mesin pertanian maupun industri yang telah dihasilkan oleh Rotani baik yang merupakan pengembangan maupun rekayasa murni dari bengkel ini.
 Inilah mobil rekayasa yang dibuat CV. Rotani Babakan Kota Mataram
Beberapa di antaranya adalah mesin kacang, heuler jalan, pelumat hijauan yang saat ini digunakan secara luas di Indonesia. Selain itu pada generasi selanjutnya hadir tungku gasifikasi untuk tembakau yang kemudian menjadi trend setter diadopsi oleh banyak perusahaan yang lain.  Dan ribuan alat telah digunakan di beberapa wilayah di Indonesia.


Hasil produksi dari bengkel ini juga banyak dipasarkan di Bali. Saat ini, kata Direktur CV.Rotani,  Setiyo Susilo, pesanan juga datang dari Bangka Belitung untuk mesin pengeringan kaolin oleh sebuah perusahaan yang aktivitasnya berurusan dengan tambang.

Bengkel ini didukung peralatan mesin termasuk terlengkap dan terbesar. Misalnya, mesin bubut, mesin bor, mesin tekuk hidrolik. Umumnya mesin yang dioperasikan secara manual. Ia tengah mengembangkan mesin las potong yang dikendalikan oleh komputer.

‘’Mau membentuk pelat, tinggal masukkan desainnya di komputer. Nanti mesin sendiri yang mencetak gambar atau tulisannya. Ini satu-satunya teknologi terbaru di Indonesia Timur. Memang belum sepenuhnya kita operasikan,’’ kata Susilo.

Rotani telah membuat ribuan jenis produk teknologi tepat guna. Dari yang berukuran kecil, hingga yang berukuran jumbo. Produk-produk hasil pabrikan menurutnya biasa dibuatnya. Asal dilihatkan contohnya, atau model mesin yang diinginkan oleh pemesan.


Karena mampu memproduksi, bengkel ini bahkan telah melakukan rekayasa kendaraan. Untuk membuat mobil sekalipun, ia sanggup. Tapi jangan tanyakan soal detail hasilnya. Jadi industry di sini bisa memproduksi sedetail pabriknya yang didukung dengan mesin-mesin yang sudah disistem dengan teknologi tinggi.

Artinya, dari sisi kemampuan, SDM lokal siap mengembangkannya. Apalagi hanya sekadar teknologi-teknologi biasa untuk melakukan industrialisasi di NTB. ‘’Mau buat apa, ayo. Tinggal kasih contoh alat apa yang mau dibuat,’’ tantangnya.
Petugas las di Babakan sedang mengebor plat baja untuk dijadikan kerangka mesin
Dari bengkel Rotani ini, juga telah lahir banyak tenaga-tenaga di bidang rekayasa mesin. Mereka setelah merasa cukup mampu membuka usaha, telah melepas diri dan mandiri. Karena itu, Susilo mengatakan, NTB sebetulnya tak kekurangan SDM di bidang teknologi tepat guna. Hanya saja kurang diberdayakan dan diberi kesempatan tumbuh dan berkembang. Jika mereka diberdayakan, Susilo yakin SDM NTB akan mampu menghasilkan produk-produk baru dan tidak kalah dengan hasil produksi daerah lain. ‘’Inilah yang menjadi tugas pemerintah daerah melakukan pemberdayaan,’’ harapnya.


Sementara Amaq Syukri, salah satu pandai besi di Getap menegaskan, ia masih tetap bertahan membuat pisau, parang, sabit hingga beberapa jenis senjata tajam lainnya. Sebagai orang yang telah lama bergelut di bidang ini, Amaq Isyuk – sapaan akrabnya tidak mau meninggalkan keterampilan yang telah ditinggalkan nenek moyangnya sejak lama. Meski sekarang ini, banyak teman-temannya yang telah beralih profesi dari pandai besi ke kerajinan las dengan membuat pintu gerbang, terali pintu, jendela dan lainnya.  

Diakuinya, ia banyak menerima pesanan pembuatan pisau, parang hingga senjata tajam. Namun, Amaq Isyuk lebih selektif dalam menerima pesanan. Terutama pesanan senjata tajam seperti panah, keris atau pedang untuk hal-hal yang berbahaya. Ia tidak ingin hasil karyanya justru dipergunakan untuk saling melukai satu sama lain. ‘’’Lebih baik hasil karya ini saya pergunakan untuk hal yang bermanfaat. Misalnya membuat pisau, parang, kapak dan sabit,’’ ujarnya.

Namun, Amaq Isyuk mempersilakan anaknya Syamsul membuka usaha las sendiri dan tidak harus mengikuti dirinya menggeluti pandai besi. Ia bersyukur, anaknya mampu mandiri dan membuka usaha las sendiri dan sudah banyak menerima pesanan untuk membuat pintu gerbang, terali jendela, pintu dan lainnya.  (Bulkaini/Marham)

Share:

Tuesday 5 February 2019

Miliarder Sampah NTB Itu Bernama Syawaludin

Syawaludin (kiri) bersama wisatawan yang mengunjungi Bank Sampah Bintang Sejahtera yang dipimpinnya. 
Sampah bagi masyarakat suatu hal yang menjijikkan. Tapi tidak bagi Syawaludin. Pengelola Bank Sampah Bintang Sejahtera ini merasa gerah melihat banyaknya sampah yang menumpuk. Apalagi sampah yang bisa diolah menjadi produk bernilai jual tinggi. Untuk itu, dalam menangani masalah sampah, Syawaluddin melalui bank sampah yang didirikannya terus melakukan sosialisasi melalui program edukasi lingkungan ke tengah masyarakat. Tidak hanya di lingkungan tempat tinggalnya, tapi se Pulau Lombok.
Menurutnya, di Bintang Sejahtera, program edukasi lingkungan melalui bank sampah sudah mencapai 148 komunitas di Pulau Lombok. Belum lagi ada tambahan sebanyak 50 bank sampah binaan bersama Pemprov NTB serta 15 kelompok yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak swasta, PT. Sampoerna.
Ada dua cara pengumpulan sampah yang diterapkan selama ini. Yaitu sistem tabungan serta pembayaran secara langsung. Pola yang disenangi oleh masyarakat tergantung lokasinya. Kalau di daerah perkotaan, sebagian besar mereka bekerjasama dalam bentuk tabungan. Terlebih Bintang Sejahtera juga lebih mengedepankan sistem tabungan daripada bayar langsung. ‘’Mereka mengumpulkan sampah semata-mata untuk tujuan ekonomi. Jadi ada yang minta dibayar langsung serta ada yang dalam bentuk tabungan,’’ ujarnya.
Menurutnya, sampah yang dikelola oleh masyarakat selama ini adalah sampah anorganik berupa plastik, logam dan kertas. Sampah jenis ini dipilah, dikumpulkan dan dijual kepada perusahaan di luar daerah yang akan mendaur ulang menjadi barang yang berharga.

BACA JUGA : Aisyah Odist Perintis Zero Waste NTB
Berapa harga sampah anorganik per Kg? menurut Syawaludin, harga sampah dibedakan menjadi 27 – 37 jenis sampah. Setiap jenis sampah memiliki harga yang berbeda-beda, tergantung dari kualitasnya. Misalnya sampah yang campur dibeli dengan harga Rp3.000 per Kg. Sementara sampah plastik yang sudah dipilah, misalnya gelas bekas air mineral harganya bisa sampai Rp4.500 per Kg tanpa dibersihkan label air minum.
‘’Namun kalau dibersihkan labelnya di kemasan air minum plastik itu harganya sebesar Rp7.500 per Kg. Itu salah satu contoh patokan bank sampah dalam membeli hasil yang dikumpulkan oleh masyarakat,’’ ujarnya.
Syawaludin dengan tumpukan sampah yang dikelola jadi produk bernilai tinggi
Syawaludin mengatakan, setelah Bintang Sejahtera memperluas cakupan pelayanannya, masyarakat semakin memahami pentingnya pengelolaan sampah dengan baik. Di tengah masyarakat kini muncul dua pemikiran yang besar yaitu kesadaran lingkungan dan pendangan ekonomi dari pengelolaan sampah jika digeluti dengan serius.
Hingga saat ini jumlah nasabah bank sampah yang menjadi mitra kerja Bintang Sejahtera sekitar 7.000 KK. Baik nasabah yang merupakan hasil kerjasama dengan Pemprov NTB dengan perusahaan swasta maupun nasabah yang dikelola sendiri. ‘’Nasabah bank sampah bersama Pemprov NTB sendiri sekitar 2.300 orang, dari PT. Sampoerna sekitar 500 orang,’’ sebutnya.
Khusus di program NTB Zero Waste yang dijalankan oleh Pemprov NTB, Syawaludin kerap menjadi pembicara dan pemberi masukan terkait dengan implementasi dari program ini. Karena dasar dari program ini adalah kesadaran masyarakat untuk menyelesaikan sampah langsung dari sumbernya dengan cara mengajak keluarga untuk memilah sampah sebelum dibuang.
‘’Program ini adalah ruh dari implentasi UU Tentang Persampahan No 18/2018. Salah satu instrumen yang dikembangkan adalah bagaimana membumikan bank sampah di seluruh NTB, sehingga kita bisa mendapat minimal tiga data,’’ katanya.
Yang pertama adalah tingkat kesadaran masyarakat di NTB bisa dilihat dari jumlah nasabah yang bergabung dalam program ini. Selanjutnya berapa jumlah sampah yang bisa dikelola dari program ini. Yang terakhir yaitu berapa nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan ini. ‘’Bukan hanya bicara angka sampah yang bisa dikelola, namun bisa kita lihat ada berapa rupiah yang berputar dari sini,’’ katanya.
Lantas berapa nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah Bintang Sejahtera ? Syawaludin mengatakan, sampah jika dikelola dengan  benar akan mendatangkan manfaat ekonomi yang tidak kecil. Sebagai gambaran, nilai transaksi bank sampah di Bintang Sejahtera pascagempa dari bulan Agustus – September 2018 lalu sebesar Rp 1,7 miliar. ‘’ Itu nilai transaksi dari pembelian, tabungan sampah dan lainnya,’’ jelasnya.
Gudang besar bank sampah yang dikelola oleh Syawaludin kini berada di dua tempat yaitu di Tanak Awu, Lombok Tengah serta di Lingkar Selatan Kota Mataram. Sampah yang berhasil dikumpulkan dari para mitra kerja di Lombok selanjutnya dijual ke pembeli di luar daerah.  (Faris/Ekbis NTB)
Share:

Aisyah Odist, Perintis Zero Waste NTB

Aisyah Odist menunjukkan tas berbahan ban dalam bekas. Tas ini diekspor ke beberapa negara di Eropa dan Amerika

SAMPAH tak selamanya membawa petaka. Bagi mereka yang kreatif dan punya ide-ide besar, sampah adalah berkah. Kreativitas mengolah sampah bisa dilakukan tanpa batas. Bahkan sebagian besar orang yang bergelut menangani sampah ini menjadi jutawan.


Adalah Siti Aisyah, dari Bank Sampah  NTB Mandiri bisa melakukannya. Bahkan ia menjadi eksportir hasil-hasil kerajinan dari sampah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh banyak orang. Bank Sampah NTB Mandiri yang berbasis di ujung gang Kantor PLN Area Mataram atau Lingkungan Selaparang, Kelurahan Banjar, Ampenan telah sejak berdiri beberapa tahun lalu. Pola yang dikembangkan Bank Sampah NTB Mandiri ini bahkan telah menjadi sistem menuju Zero Waste atau NTB bebas sampah sejak lama.

NTB Zero Waste menjadi cita-cita dan program besar Gubernur dan Wakil Gubernur, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., MSc., dan  Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, MPd. Sejatinya, program ini juga telah lama dikembangkan oleh Siti Aisyah. Meskipun, lingkupnya sekitar lingkungan tempat tinggalnya.

Mengunjungi Bank Sampah NTB Mandiri. Kita dapat menjumpai beragam produk turunan yang dihasilkan oleh tangan-tangan kreatif di bawah brand Eco Lombok Craft. Sampah disulap menjadi tas, taplak meja, gantungan kunci, tempat tisu, tikar, bahkan keranjang sampah. Harga jualnya boleh dibilang menggiurkan. Dari puluhan ribu, hingga jutaan rupiah untuk satu produk.

Empat orang yang dipekerjakan di Eco Lombok Craft terlihat sibuk menyelesaikan tugasnya masing-masing saat Ekbis NTB berkunjung akhir pekan kemarin. Ada yang memilah-milah sampah, ada yang menggunting, ada yang melipat, ada juga yang menjahitnya.
Kerajinan dari sampah hasil karya Aisyah Odist
Hingga terbentuklah sebuah produk hasil kerajinan. Umumnya, sampah yang diolah di sini adalah sampah dari bungkus plastik. Ada juga dari botol-botol, baik botol plastik maupun botol kaca. Ada juga sampah dari bungkus semen dan ban dalam bekas.


Hebatnya, mereka yang menjadi motor penggerak yang terlibat dalam aktivitas mengolah sampah menjadi rupiah ini umumnya perempuan. Rata-rata adalah penyandang disabilitas. Dari ketekunan mereka, lahirnya produk-produk sampah bernilai jual tinggi.

Tentu sampah tidak murni diolah dari komponen bahan baku sampah. Para kreator ini memadukan bahan-bahan lain menjadi sebuah produk bernilai jual tinggi.

Siti Aisyah atau lebih dikenal dengan nama Aisyah Odist menyebut, sampah adalah nol. Jika dilihat sebagai sampah, dia tetap akan menjadi nol. Maka, diperlukan ide untuk menjadikan angka di atas nol. Misalnya, botol dapat dilukis warna –warni agar ia menjadi botol unik untuk pot atau hiasan.
‘’Sehingga sampah ini dijual dalam bentuk ide dan kreativitas. Tidak dijual dalam bentuk sampah.  Harganya sama saja nol,’’ kata pegiat lingkungan ini.

Sampah-sampah ia dapatkan dari masyarakat sekitar. Sebelumnya, ia menerima sampah dari manapun. Lantaran banyaknya sampah yang masuk, lingkup Bank Sampah NTB Mandiri hanya menangani sampah yang disetorkan oleh masyarakat di lingkungan sekitar.

Sekilo sampah yang dalam bentuk plastik dari kemasan sachetan, dihargakan Rp10.000. Hasil penjualan sampah ini dimasukkan ke buku tabungan yang telah dibuatkan. Dapat diambil kapanpun. Dari aktivitas bank sampah ini, omzet yang berputar di angka Rp50-an juta sebulan. Dari perputaran omzet ini juga, beberapa pekerja dari penyandang disabilitas mendapatkan gaji bulanan.


Hasil penjualan produk turunan sampah yang dibuat di Eco Lombok Craft, kemudian dijual di pasar lokal. Bahkan ada yang sudah dipasarkan ke luar negeri. NTB ini menurut Aisyah memiliki potensi pasar yang cukup besar dengan andalan sektor pariwisatanya. Sampahpun bisa dijual, asal dikemas dengan kreatif.
Dompet dari sampah hasil karya Aisyah Odist
Eco Craft Lombok memiliki produk sampah best seller. Ragam tas yang dibuat dari bahan ban dalam bekas. Bentuknya unik, modelnya tak kalah modern. Jangan dibandingkan kekuatannya dengan tas-tas yang dibuat pabrikan. Tas-tas dari ban dalam bekas ini tak nampak lagi seperti ban bekas. Apalagi dilihat sekilas.

Ban dalam bekas di antaranya dibuat menjadi tas pinggang, tas laptop, ada juga tas kamera dan baru dibuat dalam bentuk dompet.  Kata Aisyah, tas-tas inilah itulah yang dipesan oleh pembeli dari beberapa negara di Eropa. Seperti Jamaika, Belanda, Jerman, termasuk juga Australia. Permintaannya rutin. Dalam sekali permintaan, satu pemesan bisa mencapai 80 sampai 100 pcs. Harganya, mulai dari Rp100.000/pcs hingga Rp500.000/pcs.


Tas-tas ini dibuat dengan selera pasar modern. Tetapi tetap terlihat unik. Itulah yang membuat tas dari sampah ini melenggang ke luar negeri.

Tas-tas dari ban bekas  ini dijual tetap atas nama produk Lombok. Aisyah berencana akan mengembangkannya menjadi beragam produk turunan. Proses pembuatannya juga tak memerlukan teknologi yang canggih. Modalnya hanya ide yang kemudian dikombinasikan menjadi sebuah produk hanya dengan bantuan mesin jahit. Ikhtiar Aisyah, melalui karya dan idenya ini, ia ingin mempromosikan Lombok, NTB sebagai daerah pariwisata. Sejauh ini, mereka yang datang dan berbelanja tak jarang adalah bule-bule yang melancong.

Program Zero Waste yang dicanangkan pasangan Zul-Rohmi,  merupakan program hebat. Tetapi harus didukung semua pihak. Menurutnya, ide tersebut harus dilakukan berkelanjutan. Ketika ia hanya menjadi program, maka programnyapun akan berakhir sampai masa kepemimpinan.
Mengajarkan masyarakat untuk sadar akan sampah dan pengolahannya bukan pekerjaan mudah. Karena itu, Aisyah mengatakan harus dibuat menjadi sistem. Salah satunya menjadikan sampah sebagai rupiah melalui Bank Sampah.

‘’Masyarakat, kalau didorong juga akan lebih cepat merespons, diajak secara ekonomis. Caranya tetap sistemnya jual beli dengan konsep Bank Sampah,’’ ujarnya.

Program Zero Waste juga optimis menurutnya bisa dilaksanakan. Dan akan berdampak dalam jangka panjang, tidak sebatas pada program selama dipimpin kepala daerah pencetus ide. Sarannya, penanganan sampah dilakukan dari level pendidikan usia dini. Serta memasukkannya ke dalam kurikulum pendidikan.

‘’Mendidik masyarakat butuh puluhan tahun. Karena itu, harus dibiasakan dan diikat melalui jalur pendidikan. Negara majupun tidak singkat menangani sampah,’’ demikian Aisyah. (Bulkaini/Ekbis NTB)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive