Be Your Inspiration

Sunday, 4 March 2018

Mengenal Tari Rudat, Tarian yang Masih Eksis di Lombok

 Pertunjukan Tari Rudat yang merupakan salah satu kesenian di Lombok yang masih tetap eksis hingga saat ini.
Tari Rudat merupakan salah satu kesenian yang belakangan semakin sering dipertontonkan pada acara-acara tertentu. Kesenian ini masih tetap bertahan meskipun saat ini sudah semakin banyak kesenian modern yang berkembang di tengah masyarakat.



“Dalam dua bulan kadang ada satu kali jadwal manggung. Kadang juga sebulan itu bisa dua kali. Biasanya rudat diadakan untuk acara-acara tertentu di kampung. Karena isinya sarat dengan nilai moral,” kata Penari Rudat asal Kabupaten Lombok Timur Muhammad Ramli, di Mataram, Kamis (1/3/2018).

Tari Rudat ini biasanya ditampilkan pada acara seperti Khitanan, Khatam Alquran, Maulid Nabi, peringatan Isra Mi’raj dan acara peringatan hari besar Islam lainnya. Sehingga tidak heran jika saat ini sudah semakin banyak warga yang menggunakan kesenian Rudat untuk menghibur tamunya yang datang.

Dalam pertunjukannya, Tari Rudat ini biasanya dimainkan oleh 13 orang penari. Dalam kelompok penari tersebut biasanya dipimpin oleh seorang komandan. Tari Rudat ini biasanya ditampilkan dengan gerakan-gerakan yang didominasi oleh gerakan kaki dan tangan. Gerakan tersebut hampir mirip dengan  gerakan bela diri atau gerakan pencak silat.

Selain melakukan gerakan tari, penari juga sambil menyanyikan lagu-lagu berirama melayu dengan lirik berbahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Dalam pertunjukan Tari Rudat ini juga diiringi oleh iringan musik seperti rebana, jidur, dap, mandolin dan biola.



“Ada beberapa instrumen musik yang mengiringi tarian rudat. Terutama rebana itu harus ada, sehingga panari bisa menyesuaikan gerakannya dengan musik pengiringnya,” ujarnya.

Kostum penari tersebut biasanya terdiri dari baju lengan panjang, celana panjang, kain songket Lombok dan kopiah karbus. Selain itu juga terdapat beberapa atribut seperti pangkat prajurit pada bahu, kain selempang dan ikat pinggang. Untuk kostum pemimpin penari biasanya dibuat sedikit berbeda, perbedaan tersebut bisa dari kopiah, warna baju, dan ada juga yang membawa pedang.

“Harapannya semakin banyak generasi muda yang mau melestarikan budaya dan kesenian ini. Karena bisa dibilang sekarang ini sudah semakin sedikit anak muda yang mau melestarikan kesenian tradisional,” sesalnya. (Linggauni/Suara NTB)

Share:

Friday, 2 March 2018

Telor Jago Sekotong dengan Wisata Terasiring

Dusun Telor Jago Sekotong Lombok Barat
DUSUN Telor Jago, Desa Sekotong Tengah, adalah salah satu desa terpencil di Sekotong. Dusun ini terletak di ketinggian yang berbatasan dengan Desa Kedaro. Dusun ini menyimpan banyak potensi, baik pertanian dan sektor peternakan. Di samping itu, potensi keindahan alam perbuktian daerah ini begitu memikat dengan terasiring atau petak sawah yang tersusun rapi. Namun sayang potensi ini belum digarap maksimal. Salah satu hambatannya yaitu kondisi akses jalan menuju daerah ini begitu buruk.

Ketika Ekbis NTB menjajaki bukit di dusun ini, ada sensasi keindahan terasiring di sepanjang pinggir jalan. Para pengunjung disuguhkan jalan menanjak yang memicu adrenalin. Akses jalan menuju wilayah ini memang sudah beraspal, namun baru setengahnya. Khusus ke dusun setempat, jalan tidak beraspal. Hampir 3 kilometer akses jalan tersebut rusak parah meskipun sebelumnya sudah dibangun melalui dana asprasi DPR sepanjang 300 meter.

Sepanjang jalan terhampar areal persawahan warga yang dibuat petak-petak rapi. Dari ketinggian terlihat guratan dari petak sawah ini begitu indah. Sebagian padi warga terlihat menguning, siap panen. Sebagian lagi masih hijau. Jalan menanjak pun menghiasai perjalanan menuju dusun ini. Hingga pertengahan perjalanan, akses jalan aspal pun berganti akses jalan tanah. Akses jalan menuju desa Kedaro ini dibangun tahun lalu, namun tidak sampai tembus perbatasan, sebab dialihkan ke desa lain.

Menuju Dusun Telor Jago-pun tak kalah parah, akses jalan yang berkubang lumpur menambah ekstrem akses jalan tersebut. Kendaraan roda empat yang ditumpangi tim wartawan pun tidak bisa tembus lokasi, sehingga tepaksa menggunakan sepeda motor. Lagi-lagi perjalan cukup ekstrem dilalui, lantaran buruknya akses jalan. Namun rasa lelah langsung hilang setelah melihat hamparan sawah terasiring di sepanjang jalan.  “Kawasan ini indah, meski terpencil namun terasiringnya begitu indah,”kata Ikhwa, salah seorang pengunjung. 

Kepala Dusun Telor Jago, Murtazam menuturkan, kondisi terisolir dusunnya menyebabkan potensi yang ada tak banyak diketaui, padahal pemandangan sawah di sepanjang jalan menjadi pemikat pengujung.  “Memang begini kondisi dusun kami, tak banyak yang tahu ada pemandangan indah ini. Banyak potensi namun kami bingung mau apakan. Karena memang kondisi jalan rusak ,”jelas kadus ini.

Akses jalan menuju dusunnya memang sudah lama buruk, bahkan beberapa kali diberikan program baik melalui Dana Desa (DD) dan dana asprasi belum mampu mengatasi persoalan ini. Kondisi ini menyebabkan warga dudun cukup berat mengangkat potensi wilayahnya sendiri. Dusun Telor Jago sendiri berpenduduk sekitar 400 jiwa lebih, sebagian besar petani. Ia berharap agar pemda melirik potensi wilayahnya untuk memaksimalkan wisata alam di daerah itu.

Sementara itu, Kades Sekotong Tengah L Sarapudin menyatakan bahwa pihaknya sudah mengarahkan DD untuk rabat jalan. Diakuinya tahun ini akses jalan menuju Kedaro bakal dibangun pemda. Sedangkan khusus ke dusun tersebut, belum ada rencana. “Kita tetap upayakan, termasuk menggarap potensi wisata di sana,”ujarnya.  (heru/Lombok Barat)
Share:

Wednesday, 28 February 2018

Lombok dengan Aneka Kuliner yang Sesuai Lidah Wisatawan

Kuliner Gurami Ikan Terasi khas Hotel Santika Lombok
Sebagai daerah yang menjadi tujuan wisata, harus ada pusat kuliner untuk dikunjungi wisatawan. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB telah melakukan pemetaan terkait tempat-tempat yang bisa menjadi pusat kuliner.

“Tentu saja kita akan melakukan ini secara menyeluruh, tapi sekarang kita sudah bisa melakukan pemetaan bagi tempat-tempat kuliner di Lombok. Misalnya kalau mau seafood bisa langsung ke area Senggigi hingga Lombok Utara,” kata Ketua PHRI NTB H. Lalu Abdul Hadi Faishal, di Mataram, Senin (26/2/2018).

Ia mengatakan ini merupakan hal yang sangat penting. Sebab wisatawan, selain berkunjung ke destinasi wisata, juga ingin menikmati aneka kuliner yang ada di Lombok. Sehingga pihaknya sudah memberikan rekomendasi kepada para pelaku usaha pariwisata lainnya untuk mengajak tamunya ke beberapa pusat kuliner.

“Kalau mau lesehan bisa ke Rembiga hingga Sayang-Sayang, kalau mau Ayam Taliwang bisa ke Cakra dan banyak lainnya. Sekarang pemetaan ini sudah terlihat, jadi wisatawan bisa dengan lebih mudah memilih destinasi wisata yang diinginkan,” ujarnya.

Menurutnya, pemetaan pusat kuliner ini juga harus menjadi perhatian Pemda setempat. Sebab ini sangat penting untuk mendukung kepariwisataan NTB di masa mendatang. Ini juga akan mempermudah wisatawan untuk mencari tempat makan yang diinginkan.

“Ini penting juga menjadi perhatian Pemda setempat. Sehingga wisatawan itu bisa memiliki gambaran daerah mana yang akan dikunjungi untuk melakukan wisata kuliner,” ujarnya.

Setiap daerah juga harus melakukan pemetaan tempat-tempat wisata kuliner yang potensial. Selain untuk memudahkan wisatawan juga untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bisa mengambil manfaat.

“Misalnya mau makan seafood kan bisa ke Nipah. Sekarang orang kalau dengar seafood pasti ingat Nipah. Nah bagaimana hal ini juga bisa dilakukan di tempat lain. Ini kan bisa diadopsi konsepnya dan masyarakat juga bisa mengambil manfaat dari sana,” ujarnya.

Ke depannya, ia berharap akan semakin banyak pusat kuliner di NTB. Sehingga wisatawan bisa memiliki lebih banyak pilihan untuk dikunjungi. Selain itu, warga sekitar juga bisa berpartisipasi dan bisa mengambil keuntungan dari hal itu. (Linggauni/Suara NTB)


Share:

Monday, 26 February 2018

Batik Sasambo Tetap Eksis di Tengah Serbuan Produk Luar

Motif Batik Sasambo
SEJAK diperkenalkan ke khalayak umum di akhir tahun 2009, batik Sasambo mulai dikenal oleh publik. Motif-motif dari tiga suku asli NTB yaitu Sasak, Samawa, dan Mbojo yang didominasi motif flora dan fauna menyita perhatian pecinta batik. Bahkan batik Sasambo pernah dijadikan sebagai pakaian wajib bersama kain tenun, meski sekarang sudah tidak pernah terdengar kembali gaungnya.

“Setelah era kepemimpinan presiden yang sekarang, ajakan menggunakan batik Sasambo sebagai pakaian wajib sudah tidak ada lagi. Malahan sekarang lebih digembar-gemborkan penggunaan kain tenun,” terang Samsir, salah satu pioneer batik Sasambo sekaligus perajin batik khas NTB ini yang masih bertahan.

Ditemui di rumah sekaligus sentra produksi dan gallerinya yang berlokasi di jalan pariwisata Rembitan-Kuta, Pujut, pria asli Klaten ini menceritakan bagaimana awal mulanya dirinya mulai memproduksi batik Sasambo ini.

“Saya sudah mulai usaha batik ini sejak tahun 1991, tetapi kalau batik Sasambo dari tahun 2009 saat launching itu. Sampai sekarang saya masih tetap berproduksi,” jelas bapak 3 anak ini.

Motif-motif yang biasa dibuat Samsir untuk batiknya merupakan ikon khas NTB seperti cabai, nyale, kangkung, bunga kenanga, dan lainnya. “Hampir di semua kain batik buatan saya, selalu disertakan gambar lumbung padi sebagai lambang khas NTB. Wong turis datang ke sini buat lihat yang itu,” kelakarnya. Pembuatan kain batik, imbuhnya, tergantung tingkat kesulitan motif dan banyaknya warna yang digunakan.
 Samsir dengan produk batik Sasambo yang makin banyak diminati wisatawan. Samsir yakin batik Sasambo akan eksis di tengah gempuran luar di NTB. 

“Paling cepat itu 3 hari sudah selesai, sedangkan paling lama bisa sampai 2 minggu,” kata Samsir. Semakin banyak motif dalam satu kain, maka semakin mahal harga kain nantinya. “Tapi harga di saya ini masih dibilang paling murah dibandingkan dengan yang lain. Harga di saya kisarannya mulai Rp 130 ribu, sedangkan yang lain mulainya dari Rp 150-250 ribu,” terang pria 49 tahun ini.

Meski dibanderol dengan harga yang murah, ia mengatakan bahwa produknya ini masih sering diragukan oleh orang, terutama masyarakat lokal. “Orang di sini pikirannya belum terbuka, bahwa yang menjadi kain khas daerah itu bukan hanya tenun saja tetapi bisa batik. Batik bukan dari Jawa saja, tetapi NTB juga punya karena motifnya beda,” tukas Samsir.

Tetapi, masyarakat lokal yang lebih mementingkan harga dibandingkan dengan kualitas lebih memilih menggunakan produk kain buatan luar yang dibuat oleh pabrik. “Dulu di galeri, saya tidak mau menjual kain luar karena itu mengurangi penjualan produk kita, tetapi karena semua disini jual produk luar, sekarang saya juga ikut-ikutan karena banyak yang beli,” terangnya dengan nada getir.

Samsir sebenarnya sangat menyayangkan kejadian tersebut karena bisa mematikan produk-produk lokal serta para perajinnya. “Tetapi apa mau dikata, orang di sini lebih baik beli murah dibandingkan dengan harga yang mahal padahal kualitasnya saja sudah berbeda,” imbuhnya.

Oleh karena itu, untuk tetap bisa berproduksi, sejak 2 tahun lalu dirinya sudah mulai melirik toko oleh-oleh untuk menjual produk batik Sasambonya. “Saya sendiri yang datang ke sana untuk menawarkan barang saya dan butuh waktu yang cukup lama agar bisa diterima di sana,” ceritanya.

Ia bersyukur sekarang hampir semua toko oleh-oleh di Mataram dan kawasan wisata Batulayar-Senggigi sudah bisa dimasuki oleh produknya. “Dalam sebulan saya bisa mengirimkan sampai 200 kain ke semua toko oleh-oleh itu dan alhamdulillah hasilnya cukup,” senyum Samsir.

Ia menambahkan dirinya juga banyak menerima pesanan dari luar untuk batik Sasambonya ini. “Kalau kita tidak aktif sekarang dalam mencari pasaran, kita tidak akan bisa maju kalau hanya mengandalkan pemerintah,” tambahnya.

Dulu dirinya pernah diundang menghadiri suatu acara di Mataram yang dihadiri oleh wakil gubernur untuk membatik. “Tetapi sampai sekarang juga tidak ada hasil apa-apa dari kegiatan itu, Padahal dari Dinas Perindustrian sudah bagus pembinaannya, mau apa lagi,” ceritanya.

Tetapi ia optimis ke depannya, batik Sasambo bisa terus eksis di tengah gempuran produk luar yang membanjiri pasar NTB. “Apalagi besok ada KEK ini, tempat saya kan bisa dibilang pintu masuknya jadi kami sudah siap menyambut wisatawan yang datang berkunjung kesini,” tutupnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)

Share:

Sunday, 25 February 2018

Memburu Jejak Puteri Kerajaan Taliwang di Air Terjun Lampas


Bebatuan yang harus dilewati sebelum sampai di Air Terjun Lampas.

Kabupaten Sumbawa memiliki berbagai kisah terutama di destinasi wisatanya. Tidak hanya Tanjung Menangis, ada pula Air Terjun Lampas yang berkisah tentang puteri kerajaan yang tidak mau dijodohkan dengan pangeran dari Kerajaan Taliwang.


Ari terjun ini berada di kawasan hutan Desa Padesa Kecamatan Lantung Kabupaten Sumbawa. Di sini terdapat cerita rakyat yang hingga saat ini diyakini kebenarannya oleh warga setempat. Cerita tersebut tertuju pada gua yang berada di tebing air terjun.

Konon katanya, pada zaman dahulu gua tersebut merupakan tempat persembunyian seorang puteri kerajaan yang tidak mau dijodohkan dengan pangeran Kerajaan Taliwang. Hal ini sebabkan karena  sang puteri terikat tali asmara dengan seorang pangeran dari Kerajaan Goa.

“Kita akan mendengar kisah itu dari warga sekitar. Jadinya kita mau meliat gua itu dan kita membayangkan kalau di sana itu tempat sang puteri bersembunyi,” kata warga Sumbawa Boden Rakasiwi, Kamis (22/2/2018).

Air terjun Lampas ini hanya berjarak 43 kilometer dari Kota Sumbawa dengan waktu tempuh 45 menit hingga satu jam perjalanan. Selain itu, tak jauh dari lokasi air terjun juga terdapat objek wisata yang namanya Buin Racin yang berarti Sumur Racun. Namanya boleh saja racun, namun Air dari sumur ini tetap bisa dikonsumsi.

“Sumur itu juga ada mitosnya. Jadi kalau bisa ke air terjun ini dengan orang yang sudah pernah ke sana atau dengan warga sekitar. Jadi semua bisa diceritakan dan kita bisa tahu cerita rakyat dan mitos-mitos di sana,” ujarnya.

Kabarnya sejauh ini belum ada yang mampu mengukur kedalaman sumur tersebut yang letaknya berada diatas batu. Hal unik lainnya yaitu ketika masyarakat sekitar hendak mengambil air di Buin Racin, jika terlalu berisik maka dengan sendirinya air dari Buin Racin ini akan menjadi payau. “Suasananya juga menyenangkan. Saya sarankan untuk berkunjung bersama teman-teman biar lebih seru,” ujarnya.

Untuk menjangkau Air Terjun Lapas, ada dua rute yang bisa ditempuh. Melalui perjalanan darat atau menggunakan perahu. Pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan hutan yang rimbun dengan aneka flora dan fauna. (Linggauni/Suara NTB)

Share:

Wisatawan Australia Suitable dengan Pariwisata NTB

Wisatawan mancanegara saat berkunjung ke objek wisata pantai di NTB. Wisatawan asal Australia cocok dengan objek pariwisata NTB, khususnya pantai.

Tahun 2018 pemerintah menargetkan untuk mendatangkan setidaknya 17 juta wisatawan mancanegara (wisman). Sementara itu, Lombok menjadi salah satu destinasi wisata yang diharapkan bisa mendatangkan banyak wisman. Sejauh ini banyak wisman asal Malaysia yang berkunjung. Namun ternyata karakter destinasi wisata Lombok juga sangat cocok bagi wisatawan dari Australia.

Mereka (Wisman Australia) itu sukanya pantai dan mereka sukanya surfing (berselancar). Jadi Lombok ini merupakan destinasi wisata yang sangat pas sebenarnya. Sekarang bagaimana kita bisa datangkan lebih banyak wisman ke Lombok,” kata Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar RI Prof Dr Ir I Gede Pitana, M.Sc, di Mataram, Kamis (22/2/2018).

Selama tahun 2017 ada beberapa negara yang warganya banyak berkunjung ke Indonesia. Diantaranya Cina dengan kurang lebih dua juta kunjungan. Kemudian Singapura 1,5 juta kunjungan, Australia dengan 1,3 juta kunjungan, Malaysia 1,4 juta kunjungan, Jepang dan India masing-masing 500 ribu kunjungan, Korea dengan 450 ribu kunjungan dan Amerika Serikat sebanyak 325 ribu kunjungan.

“Yang paling banyak memang Cina.  Tapi dari keseluruhan ini memang mereka suka ke pantai. Cina suka ke pantai, Jepang juga suka bahkan mereka juga suka menyelam. Kemudian Autralia juga suka pantai dan suka berselancar. Ini sangat cocok dengan Lombok,” ujarnya.

Ia berharap dengan berbagai promosi yang dilakukan saat ini dan sebelumnya bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke Indonesia dan Lombok khususnya. Ia juga berharap wisatawan akan merasa senang dan betah serta ingin berkunjung kembali ke Indonesia.

“Itulah kenapa kita perlu terus lakukan promosi pariwisata. Tujuan kita ini untuk mendatangkan sebanyak-banyak wisatawan mancanegara. Kalau saya ditanya optimis atau tidak dengan angka 17 juta, tentu saja saya sangat optimis,” ujarnya.

Ia menaruh harapan besar terhadap pariwisata NTB, khususnya Lombok. Sehingga bisa menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung. Sebab semakin banyak yang berkunjung akan memberikan nilai tambah pula bagi masyarakat yang tinggal di lingkar destinasi wisata. (Linggauni)

Share:

Friday, 23 February 2018

Lion Air Buka Rute Lombok - Banjarmasin

Terminal Lombok International Airport
Satu rute penerbangan baru, Lombok – Banjarmasin resmi dibuka di Lombok International Airport (LIA) oleh maskapai Lion Air, Rabu (21/2/2018). Rute ini menjadi rute ke 11 yang dilayani maskapai Lion Air di LIA. Selain rute Lombok – Jakarta, Bandung, Solo, Yogyakarta, Benete, Bima, Sumbawa, Bali, Surabaya serta Makassar.

 Untuk melayani rute penerbangan Lombok – Banjarmasin, pihak Lion Air menggunakan pesawat Boeing tipe baru seri 737-900ER dengan kapasitas penumpang sebanyak 214 tempat duduk. “Pembukaan rute penerbangan ini merupakan satu langkah maju yang dilakukan pihak Lion Air,” terang General Manager (GM). PT. Angkasa Pura (AP) I LIA, I Gusti Ngurah Ardita, saat pelepasan penumpang perdana rute Lombok-Banjarmasin, Rabu malam.

Pesawat Lion Air
 Bagi kedua daerah, pembukaan rute juga memiliki arti yang sangat strategis yang diharapkan mampu mendorong peningkatan arus wisatawan antar kedua daerah. Tidak kalah penting bisa semakin memudahkan konektivitas, sehingga mampu mendorong peningkatan dan pertumbuhan ekonomi kedua daerah.

 Terlebih bagi NTB dan Lombok Tengah (Loteng) pada khususnya, yang pembangunannya saat ini begitu mengeliat dengan pembukaan rute penerbangan tersebut bisa semakin mengeliat. Karena tentunya arus ekonomi kini semakin bertambah dengan adanya rute penerbangan tersebut.


Bagi LIA, penambahan rute penerbangan tersebut jelas merupakan satu tantangan tersendiri sekaligus pemacu semangat untuk bisa terus meningkatkan kualitas pelayanan kepada calon penumpang dan pihak maskapai selaku pengguna bandara.  “Kita selaku pengelola bandara dengan sendiri juga turut terpacu untuk bagaimana bisa terus meningkatkan kualitas layanan kebandarudaraan. Dan, itulah yang saat ini tengah kita lakukan,”  ujarnya. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Gencarnya Kabupaten Sumbawa Promosi Pariwisata dan Budaya

Parade kebudayaan yang kerapkali dijadikan sebagai ajang promosi pariwisata dan budaya di Sumbawa.


Pemerintah Kabupaten Sumbawa semakin gencar melakukan promosi pariwisata daerahnya. Apalagi saat ini sudah ada beberapa destinasi wisata yang diunggulkan. Bukan itu saja, beberapa kesenian dan budaya juga turut menjadi media promosi pariwisata.

Ada puluhan aktivitas event yang akan dilakukan di Sumbawa. Termasuk kegiatan kebudayaan dan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di destinasi wisata. Ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sumbawa.

Sebelumnya Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sumbawa Junaidi mengatakan bahwa pihaknya sudah memetakan berbagai destinasi wisata yang dianggap sudah siap menerima wisatawan. Salah satu diantaranya  adalah Pulau Moyo. Salah satu kegiatan promosi yang dipadukan dengan kegiatan kebudayaan di Sumbawa adalah Festival Moyo. Selain ini, ada beberapa kegiatan kebudayaan lainnya yang dapat disaksikan oleh wisatawan.

“Kita ada beberapa kegiatan yang sudah kita rancang dalam kalender event Dinas Pariwisata Sumbawa. Dengan harapan ini bisa mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan untuk berkunjung ke Sumbawa,” ujarnya.

Berbagai kegiatan itu diantaranya pesta rakyat pada Januari, Ponan dan Labangka Fiesta pada Februari, SAKA buffalo race championship 1 dan kemah wisata pada Maret. Pada bulan April ada ekspedisi pulau kecil, Mei ada SAKA buffalo race championship 2 dan semalam di dalam Loka, Juni ada festival Teba Murin, Juli ada SAKA buffalo race championship 3 dan Festival Pesona Moyo dan Agustus ada Festival Kampung Syahdu, Samba dan MU.

Sedangkan pada September ada Sail Moyo Tambora, SAKA buffalo race championship 4, Festival Melala dan Festival Teluk Saleh. Pada Oktober ada Rantok 1001 Denang, Festival Raja Kape dan Festival Gerbang Barat. Sedangkan pada November ada Festival Pesona Agal dan Festival Pesona Paraso.

Pelaku pariwisata dan wisatawan bisa menjadikan kalender event itu sebagai acuan saat ingin berkunjung ke Sumbawa. Tentu saja wisatawan tidak hanya dapat menikmati berbagai event itu saja. Banyak destinasi wisata yang dapat dikunjungi sebelum atau setelah menikmati berbagai event tersebut.

“Semoga dengan penetapan kalender event ini, semakin banyak wisatawan yang datang,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa semua kegiatan itu merupakan kegiatan yang penting sebagai promosi pariwisata Sumbawa. Ini juga ajang untuk meningkatkan kearifan lokal warga setempat. Sebab pariwisata Sumbawa dirancang sebagai pariwisata berbasis masyarakat. Dengan harapan masyarakat Sumbawa dapat terlibat langsung dan menjadi bagian dari dunia pariwisata saat ini. (Linggauni/Suara NTB)



Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive