Pertunjukan Tari Rudat yang merupakan salah satu kesenian di Lombok yang masih tetap eksis hingga saat ini. |
Tari
Rudat merupakan salah satu kesenian yang belakangan semakin sering
dipertontonkan pada acara-acara tertentu. Kesenian ini masih tetap bertahan
meskipun saat ini sudah semakin banyak kesenian modern yang berkembang di
tengah masyarakat.
“Dalam
dua bulan kadang ada satu kali jadwal manggung. Kadang juga sebulan itu bisa
dua kali. Biasanya rudat diadakan untuk acara-acara tertentu di kampung. Karena
isinya sarat dengan nilai moral,” kata Penari Rudat asal Kabupaten Lombok Timur
Muhammad Ramli, di Mataram, Kamis (1/3/2018).
Tari
Rudat ini biasanya ditampilkan pada acara seperti Khitanan, Khatam Alquran,
Maulid Nabi, peringatan Isra Mi’raj dan acara peringatan hari
besar Islam lainnya. Sehingga tidak heran jika saat ini sudah semakin banyak
warga yang menggunakan kesenian Rudat untuk menghibur tamunya yang datang.
Dalam
pertunjukannya, Tari Rudat ini biasanya dimainkan oleh 13 orang penari. Dalam
kelompok penari tersebut biasanya dipimpin oleh seorang komandan. Tari Rudat
ini biasanya ditampilkan dengan gerakan-gerakan yang didominasi oleh gerakan
kaki dan tangan. Gerakan tersebut hampir mirip dengan gerakan bela
diri atau gerakan pencak silat.
Selain
melakukan gerakan tari, penari juga sambil menyanyikan lagu-lagu berirama melayu
dengan lirik berbahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Dalam pertunjukan Tari Rudat
ini juga diiringi oleh iringan musik seperti rebana, jidur, dap,
mandolin dan biola.
“Ada
beberapa instrumen musik yang mengiringi tarian rudat. Terutama rebana itu
harus ada, sehingga panari bisa menyesuaikan gerakannya dengan musik
pengiringnya,” ujarnya.
Kostum
penari tersebut biasanya terdiri dari baju lengan panjang, celana panjang,
kain songket Lombok dan kopiah karbus. Selain itu juga terdapat
beberapa atribut seperti pangkat prajurit pada bahu,
kain selempang dan ikat pinggang. Untuk kostum pemimpin penari
biasanya dibuat sedikit berbeda, perbedaan tersebut bisa dari kopiah,
warna baju, dan ada juga yang membawa pedang.
“Harapannya
semakin banyak generasi muda yang mau melestarikan budaya dan kesenian ini.
Karena bisa dibilang sekarang ini sudah semakin sedikit anak muda yang mau
melestarikan kesenian tradisional,” sesalnya. (Linggauni/Suara NTB)