Be Your Inspiration

Thursday, 12 April 2018

Pantai Loko Piko di Lombok Utara, Pantai yang Cocok untuk Berwisata

Keindahan Pantai Loko Piko yang ada di Lombok Utara. 
Kabupaten Lombok Utara menyimpan banyak destinasi wisata yang indah. Salah satunya Pantai Loko Piko yang indah namun tidak terlalu banyak wisatawan yang datang berkunjung. Berbeda dengan pantai lainnya di KLU, Pantai Loko Piko ini berpasir hitam. Meski begitu, pemandangan di sekitarnya sangat indah. Deretan pohon kelapa di sepanjang tepi pantai semakin menambah nuansa alami di pantai ini.


Air pantainya berwarna biru dan berombak kecil. Topografi pantainya sangat landai sehingga sangat aman bagi wisatawan untuk berenang atau hanya bermain-main dengan ombak pantai. Gulungan awan di langit biru semakin menyempurnakan keindahan alam pantai ini. Suasana yang sepi karena memang tidak banyak pengunjung yang semakin membuat pantai ini seolah seperti milik pribadi.
“Orang mikirnya di Lombok Utara itu yang bagus cuma gili saja. Padahal Pantai Loko Piko juga bagus. Mungkin karena orang beranggapan kalau pantai yang bagus itu harus berpasir putih," kata warga Lombok Utara Ardian Kusuma, Rabu (11/4/2018).


Kabupaten Lombok Utara tidak hanya memiliki gili, namun juga banyak air terjun dan pantai yang indah. Salah satunya Loko Piko yang saat ini belum menjadi destinasi wisata prioritas di KLU. Sehingga wisatawan masih bisa menikmatinya dengan lebih leluasa, karena tidak banyak wisatawan yang datang berkunjung.

“Pemandangannya juga bagus. Tidak ada salahnya berkunjung dulu sebelum ke gili. Pantainya juga tidak kalah dari gili," ujarnya. Ia menyarankan bagi wisatawan yang suka dengan wisata yang tenang dan tidak banyak orang agar berkunjung ke pantai ini. Selain tidak banyak orang, di pantai ini juga tidak banyak sampah. Sehingga wisatawan bisa menikmati waktunya sambil melihat pemandangan yang menakjubkan, bersih tanpa kotoran atau sampah.

Akses menuju pantai ini juga cukup mudah. Karena lokasinya tidak terlalu jauh dari jalan utama. Wisatawan bisa dengan mudah menjangkau pantai ini. Selain itu, wisatawan juga bisa berkunjung ke banyak destinasi wisata lainnya di dekat pantai ini. Sehingga wisatawan bisa berkunjung ke banyak tempat sekaligus. “Dekat juga dengan destinasi lain. Jadi satu kali perjalanan bisa berkunjung ke banyak tempat,” ujarnya. 


Sama halnya dengan Ririn Sintani, wisatawan asal Kota Mataram yang sudah berkunjung ke pantai ini. Ia melihat pantai ini sangat cocok untuk liburan keluarga. Suasananya yang tidak terlalu ramai sangat cocok untuk wisatawan menghabiskan waktu bersama orang terdekatnya.
"Pantainya bagus, suasananya juga bagus. Saya sangat merekomendasikan wisatawan untuk berlibur ke pantai ini. Karena dijamin pasti menyenangkan," ujarnya. (Linggauni/Suara NTB) 

Share:

Saat Anang Hermansyah, Ashanti dan Aurel Hadiri Puncak Festival Pesona Tambora 2018 di Dompu

     Penampilan keluarga Anang Hermansyah di panggung Festival  Pesona Tambora 2018 di Dompu NTB
Festival Pesona Tambora (FPT) tahun 2018 kembali digelar di padang savana Doro Ncanga Dompu sebagai ajang promosi untuk semakin mengenalkan potensi pariwisata Dompu dan sekitarnya. Berbagai event diselenggarakan menjelang festival hingga menjadikan Tambora hampir memuncaki trending topic media sosial nasional.

Kehadiran Anang Hermansyah, Ashanty dan Aurel penyanyi nasional yang turut memeriahkan festival untuk tahun ke 4 ini ikut menjadikan Tambora sebagai trending topic. Tidak heran, saat ketiga penyanyi ini tampil para tamu undangan langsung berkerumun mendekati panggung utama. Apalagi Ashanty memberikan kesempatan kepada tamu undangan untuk mendekati panggung dan para penggemar keluarga Anang ini tidak lagi menghiraukan walaupun diminta tetap duduk di depan panggung.

Kendati ribuan warga dan tamu undangan memenuhi hamparan sekitar panggung utama saat Anang, Ashanty dan Aurel tampil bernyanyi, namun tamu undangan ini kembali mengosongkan sekitar panggung utama untuk menyaksikan 10 orang anggota pasukan TNI AL yang melakukan terjun payung di lokasi puncak acara FPT, Rabu (11/4).

Staf ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuty yang mewakili Menteri Pariwisata pada acara FPT 2018 di Sarae Nduha Doro Ncanga Dompu, Rabu (11/4) kemarin mengungkapkan, event FPT telah ditetapkan menjadi kalender event wonderful Indonesia. Event ini sudah keempat kali dilaksanakan sejak diresmikan tahun 2015. “Event ini menjadi perhatian dan diharapkan bisa menarik wisatawan,” kata Esthy.

Ia pun mengungkapkan, secara nasional target kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2019 sebanyak 20 juta jiwa dan 275 juta jiwa domestik. Pada 2018 ini sebanyak 17 juta jiwa dari mancanegara. Berbagai event diselenggarakan sebelum puncak FPT hingga acara puncak perlu terus dievaluasi dan ditingkatkan. “Di sini ada Taman Nasional Gunung Tambora yang 4 tahun lalu sudah diresmikan dan di sini ada pabrik gula. Ini akan sangat mendukung pencapaian target (kunjungan wisatawan),” katanya.

Esthy juga mengungkapkan, Kementerian Pariwisata RI telah meluncurkan program strategis dalam mengatasi kendala untuk destinasi wisata. Yaitu digital tourism, homestay (pondok wisata) dan konektivitas udara). “Kita punya prioritas program untuk mengatasi kendala seperti kesulitan akomodasi, mungkin mas anang rasakan. Kemudian aksessibilitas yang mbak Ashanty merasakan. Kita ada program strategis, moment tourism,” jelasnya.

Gubernur NTB yang diwakili oleh Sekda NTB, Ir. H. Rosiady H. Sayuti, M. Sc, Ph.D menegaskan, tugas pemerintah menyiapkan destinasi wisata yang baik dan indah, serta event atau kegiatan yang bisa membuat orang hadir di tempat wisata. Hal itulah yang dibuat panitia untuk pelaksanaan FPT yang sudah tahun ke-4. “Itulah yang dilakukan panitia hari ini mendatangkan Mas Anang, Ashanty, dan Aurel,” katanya.

Ia pun berharap, event FPT bisa menjadikan Pesona Tambora yang lebih baik, lebih terkesan dari festival – festival Pesona Tambora tahun – tahun lalu dan akan terus ditingkatkan, sehingga festival ini akan masuk dalam peringatan para pelancong, para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri.

Bupati Dompu, Drs. H. Bambang M Yasin mengungkapkan, pelaksanaan FPT tahun 2018 ini digeser dari tempat biasanya karena ingin memberikan nuasa yang baru dan ingin lebih banyak tempat wisata di Dompu disaksikan oleh wisatawan. Tahun ini ada banyak kegiatan yang dilakukan dan yang cukup menantang yaitu event Tambora Challange 320 KM yang diikuti oleh 40 orang pelari profesional. Event ini menjadi event lari maraton terpanjang di Asia. “Apa yang disaksikan dan dirasakan hari ini berkenan menjadi sesuatu yang terkesan yang sangat memberi inspirasi bagi masa depan pariwisata Indonesia, khususnya Provinsi NTB,” harapnya.

H Bambang juga menyampaikan apresiasi dan terimakasihnya kepada pemerintah pusat yang telah mendukung dan membiayai berbagai kegiatan FPT untuk kemajuan pariwisata Dompu. Apresiasi yang sama juga disampaikan kepada berbagai pihak lainnya yang ikut mendukung suksesnya acara. “Saya berterimakasih secara khusus kepada sponsor, para pendukung kegiatan dan terutama pemerintah pusat yang telah membiayai kegiatan ini,” katanya.

Ia pun berharap, pelaksanaan festival tahun 2019 mendatang akan semakin heboh dengan berbagai atraksi yang lebih menantang selama sepekan di Tambora. Karenanya, kegiatan pada festival Tambora 2018 diharapkan menjadi awal dan permulaan untuk pertemuan berikutnya. (Nasrullah/Suara NTB Dompu)
Share:

Lion Air Jajaki Rute Penerbangan Lombok - Jeddah


Ruang tunggu Lombok International Airport
Maskapai Lion Air tampaknya belum akan berhenti mengembangkan sayap di Lombok International Airport (LIA). Setelah membuka beberapa rute penerbangan baru awal tahun ini, salah satu maskapai terbesar nasional ini juga kini tengah menjajaki peluang untuk membuka rute penerbangan internasional, Lombok-Jeddah. Apalagi PT. Angkasa Pura (AP) I LIA juga telah membuka tawaran untuk mengisi rute penerbangan internasional tersebut.


“Rute ini (Lombok-Jeddah,red) memang sedang kita jajaki. Potensi serta peluangnya untuk kita buka,” aku Area Manager Lion Grup Denpasar, Fajar Teguh Santoso, kepada Suara NTB, Rabu (11/4/2018).

PT. AP I LIA sempat menawarkan untuk membuka rute tersebut. Pihaknya pun menyambut baik tawaran ini. Di mana nantinya, rute penerbangan khusus untuk melayani penerbangan bagi jemaah umrah yang tren penumpangnya cukup tinggi di LIA. Sehingga nanti, jemaah umrah asal NTB dan Lombok khususnya, tidak perlu lagi transit ke bandara lain.Tetapi bisa langsung ke Jeddah.

Diakuinya, tren penumpang di rute ini cukup bagus. Meski demikian, pihaknya tetap akan melakukan kajian untuk memastikan kapasitas serta potensi tingkat keterisian penumpang di rute penerbangan ini. “Banyak faktor yang jadi pertimbangan kita untuk membuka rute penerbangan. Selain potensi penumpang juga ketersediaan pesawat,” jelasnya.


Tapi yang jelas, khusus untuk rute Lombok-Jeddah pihaknya dalam hal ini sangat serius. Meski belum bisa memastikan, kapan rute internasional tersebut akan dibuka. “Prinsipnya jika memang rute ini berpotensi kita akan buka. Sehingga masyarakat yang hendak ke Timur Tengah, khususnya jemaah umrah bisa lebih mudah,”  tambahnya.

Lebih lanjut, selain rute penerbangan internasional ini, pihaknya juga berencana akan membuka satu rute penerbangan domestik lagi dalam waktu dekat ini, yakni rute Lombok-Balikpapan. Apalagi, tren penumpang di rute ini juga cukup bagus. Harapannya, dengan pembukaan rute ini bisa semakin memuka akses transportasi dari Lombok ke wilayah Indonesia yang lain.

Pasalnya, sejauh ini Lion Air memang lebih banyak melayani penerbangan di Pulau Jawa. Di mana hampir semua rute ke kota-kota besar di Pulau Jawa sudah terlayani oleh penerbangan Lion Air Group. Kalau semua kota-kota besar di Indonesia sudah terkoneksi dari Lombok, maka harapannya arus ekonomi bisa lebih cepat.  Dan, NTB khususnya Pulau Lombok bisa berkembang lebih cepat. “Akses transportasi memegang peranan vital dalam mendukung kemajuan suatu daerah. Terutama dari aspek ekonominya,” pungkas Fajar. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Tuesday, 10 April 2018

280 Pelaut Dunia akan Hadir pada Sail Moyo Tambora, NTB Berbenah


 
Pulau Moyo dengan latar belakang Gunung Tambora yang lagi berawan
Sail Indonesia ke 10 akan dilaksanakan di NTB. Setelah sempat gagal menjadi tuan rumah pada tahun 2017 lalu, tahun ini NTB benar-benar menjadi tuan rumah. Bertempat di Pulau Sumbawa, Sail Indonesia kali ini bertajuk Sail Moyo Tambora.

“Sail Indonesia ini sudah pasti kita jadi tuan rumah. Kenapa pasti? karena race dari perjalanan yacht dari Australia dan Singapura itu akan bertemu tanggal 7-8 September di perairan Komodo. Nah, tanggal 8 itu 140 yachter, kira-kira diasumsikan orangnya hampir 280 pelaut dunia. Dalam lalu lintas itu, 8-9 September akan masuk perairan Moyo,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB H.L. Moh Faozal, S.Sos.,M.Si., di Mataram, Ahad (8/4/2018)

Pihaknya juga akan menyediakan anggaran hingga Rp 4,2 miliar yang bersumber dari Dipa. Namun Demikian, ia tetap berharap dari kementerian juga ada bantuan pendanaan. Selain itu, ia juga meminta agar dari Pemkab Sumbawa juga mempersiapkan anggaran untuk kegiatan ini.

“Kita sudah menyatakan diri siap menjadi tuan rumah. Nanti kita minta bantuan dari kementerian juga, jika tidak ada pun kegiatan ini akan tetap berjalan dengan anggaran Rp 4,2 miliar itu,” ujarnya.

Ia juga akan mempersiapkan Labuan Badas sebagai tempat pelaksanaan sail ini. Selain itu, beberapa tempat di Sumbawa juga akan dipersiapkan. Sebab ini merupakan salah satu kegiatan sail yang besar bukan hanya pada tingkat nasional, namun juga pada level internasional. Sehingga diharapkan bisa menjadi ajang promosi bagi citra pariwisata NTB, khususnya Pulau Sumbawa.

Kawasan Moyo dan Tambora saat ini mulai banyak diperbincangkan, bahkan hingga internasional. Pulau Moyo yang memiliki daya tarik kerapkali dijadikan sebagai pilihan utama berlibur para artis internasional. Sebut saja Mick Jagger, artis peran dan penyanyi asal Korea Selatan Rain dan Kim Tae Hee. Bukan itu saja, Tambora dengan sejarah panjangnya juga dianggap mampu mendatangkan banyak pencinta minat khusus. 

“Ini artinya kita sudah dilirik, sekarang tinggal kita lakukan penguatan secara kelembagaan dengan membentuk pokdarwis-pokdarwis. Kemudian kita lakukan promosi dan perbanyak atraksi kesenian dan budaya yang bisa menjadi daya tarik wisatawan,” ujarnya.

Potensi yang dimiliki itu hanya perlu dimaksimalkan dengan menambah sejumlah fasilitas dan memperbarui akses. Selain itu investasi juga perlu diperbanyak. Sehingga tatanan kota dan tatanan destinasi bisa lebih rapi dan menjadi daya tarik wisatawan. (Linggauni/Suara NTB)
Share:

Istana Dalam Loka, Istana dengan Panggung Terbesar di Indonesia

Istana Dalam Loka, istana dengan panggung terbesar di Indonesia

Semalam di Dalam Loka merupakan salah satu aktivitas kegiatan pada Festival Pesona Tambora 2018. Bertempat di Kabupaten Sumbawa, kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan potensi wisata sejarah di Sumbawa.

Semalam di Dalam Loka adalah suatu event sebagai pengingat tentang peninggalan Istana Dalam Loka yang merupakan salah satu istana dengan model rumah panggung terbesar di Indonesia. Adapun bentuk acara Semalam di Dalam Loka ini antara lain, pameran benda-benda pusaka serta koleksi peninggalan Istana Dalam Loka dan diskusi tentang pariwisata.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa, Junaidi menyambut baik pelaksanaan kegiatan Semalam Di Dalam Loka ini. Ia melihat potensi Sumbawa sebagai salah satu destinasi wisata sudah tidak dapat diragukan lagi. Selain wisata alam, ada pula wisata sejarah yang dapat dijelajah oleh wisatawan.

Menurutnya, kegiatan ini dapat dijadikan titik balik kebangkitan wisata di Kabupaten Sumbawa. Karena pada kegiatan ini juga  sekaligus dilakukan pengukuhan fungsionaris sementara caretaker Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Sumbawa.

"Setelah dikukuhkan, selama enam bulan ke depan semoga bisa membentuk kepengurusan  PHRI Kabupaten Sumbawa yang permanen dan bisa berbuat banyak demi kemajuan pariwisata Kabupaten Sumbawa," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB H.L. Moh Faozal, S.Sos., M.Si mengatakan bahwa kegiatan Semalam di Dalam Loka ini merupakan salah satu upaya khususnya pemerintah Kabupaten Sumbawa untuk mendatangkan minat wisatawan. Ia melihat potensi istana di Sumbawa ini untuk mendatangkan wisatawan pecinta sejarah terbilang cukup baik. Hanya perlu branding dan promosi secara berkelanjutan.

"Malam ini sangat spesial karena kita melaksanakan kegiatan event Semalam Di Dalam Loka yang merupakan hasil kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Sumbawa", kata Faozal.

Ia mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun kepariwisataan di Sumbawa. Dengan kebersamaan dan persepsi yang sama akan mempercepat majunya industri pariwisata. Ia mengajak semua pihak untuk bekerjasama dan menyamakan pandangan dalam memajukan pariwisata di NTB, khususnya Sumbawa. Dengan demikian, promosi dapat dilakukan dengan baik dan wisatawan merasa senang dengan kunjungannya. “Mari satukan pandangan kita, sehingga wisata ini bisa mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat,” harapnya. (Linggauni/Suara NTB)
Share:

Alat Dapur dari Monjok Bersaing dengan Produksi Pabrik


Perajin perabotan rumah tangga, Marianah sedang memotong aluminium untuk membuat berbagai jenis perabotan dapur. 

TIDAK hanya Babakan yang dikenal sebagai sentra kerajinan perabotan rumah tangga yang terbuat dari stainless steel dan aluminium. Tetapi kawasan Monjok Baru juga sejak dulu dikenal sebagai sentra kerajinan ini, terbukti dari banyaknya warga yang berprofesi sebagai perajin perabotan rumah tangga ini. Hasilnya pun tidak kalah dengan perabotan rumah tangga produksi pabrik.
Di jalan baru yang menghubungkan Monjok dengan Rembiga, terdapat sebuah rumah di pinggir jalan yang memajang hasil karya perajin yang merupakan peralatan rumah tangga, terutama peralatan dapur.

Adalah Marianah, perempuan berusia 46 tahun yang merupakan perajin sekaligus penjual peralatan rumah tangga yang sejak puluhan tahun lalu sudah berkecimpung di usaha ini. “Ini merupakan usaha turun temurun dari keluarga saya sejak dulu, jadi saat saya masih kecil sudah mulai bisa buat karena sering melihat,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Jumat (6/4/2018).

Ia menerangkan bahwa dirinya merupakan satu-satunya perajin perempuan stainless steel dan aluminium di sini. “Yang lainnya laki-laki, paling yang perempuan hanya buat sutil saja. Kalau saya, semua proses saya lakukan,” aku ibu 6 anak ini.

Selama puluhan tahun berkecimpung, ia sudah biasa membuat berbagai peralatan rumah tangga seperti panci kukus, oven, cetakan kue, dan lainnya. Bahan baku yang digunakan pun merupakan stainless steel dan aluminium dengan kualitas terbaik yang didapatkannya di Sweta. “Jadi semua bahan yang dipakai ini anti karat dan tahan lama,” ujarnya.

Proses membuat peralatan dapur, semisal panci, kata Marianah, dimulai dari memotong lembaran stainless steel dan aluminium sesuai ukuran yang diinginkan. “Baru kemudian digambar sesuai bentuk yang dimau, lalu dipotong,” jelasnya.
Alat rumah tangga produksi Monjok Kota Mataram
Karena sudah terlalu terbiasa, dirinya mengaku tidak perlu menggunakan ukuran baku karena sudah hafal di luar kepala. “Karena itu saja yang kita lakukan tiap hari, jadinya hafal,” imbuhnya. Setelah dipotong, barulah potongan desain tadi dirangkai menjadi perabotan yang diinginkan.

Dalam sehari, Marianah mengaku bisa membuat puluhan sutil, 3-5 panci dan oven berbagai ukuran tergantung ketekunan sang perajin. “Pegawai saya bagi-bagi tugas untuk menyelesaikannya, biar cepat selesai,” terangnya.

Ia lantas menunjukkan tumpukan sutil buatannya yang dikerjakan dari pagi yang berjumlah puluhan. “Semua keluarga saya juga turut serta dalam proses produksi ini,” tambahnya.

Meski proses pembuatannya masih sederhana, Marianah mengatakan bahwa produknya ini tidak kalah saing dengan produk serupa yang beredar di toko maupun supermarket. “Produk saya tahan lama, apalagi kalau beli langsung di sini bisa datang servis jika ada yang rusak,” jelasnya. Pasaran produknya pun sudah merambah sampai seluruh Pulau Lombok dan Sumbawa karena dirinya telah memiliki banyak langganan tetap yang setiap hari datang mengambil barang. 

“Tiap hari ada saja yang datang ambil barang ke sini. Barang saya juga banyak dijual di Sweta dan Bertais, serta lewat online juga,” ceritanya. Harganya pun bervariasi mulai Rp80 – 300 ribuan untuk panci, Rp 150 ribu – Rp 1 jutaan untuk oven, dan Rp200 – 500 ribuan untuk dandang nasi.

Dirinya mengaku tidak pernah menjual sendiri produk buatannya ke pasar maupun toko. “Pengepulnya yang datang langsung ke sini karena sudah tahu dari dulu. Dari Lotim dan Loteng sudah biasa ambil sendiri barangnya,” cerita Marianah.

Apalagi sejak penjualan secara online merebak, semakin banyak yang tertarik menjual produknya karena kualitas yang tidak kalah dengan merk ternama. “Kan ambil di sini juga harganya murah dan dijual kembali dengan harga yang lumayan menguntungkan. Sama-sama untunglah,” imbuhnya.

Marianah mengaku, barangnya memiliki ciri khas yaitu memiliki telinga 4 dan 2 jika dijual di pasaran. “Jadi saya tahu kalau ada yang mau coba-coba datang bohong dengan mengatakan itu produk buatan saya,” ujarnya.

Ia menambahkan biasanya untuk dijual ke pasar, dirinya menggunakan bahan baku yang lebih tipis dibandingkan yang dijualnya sendiri. “Pengepul yang datang kesini ambilnya polos tanpa merk, baru pas dijual mereka pakaikan merk mereka sendiri,” tambahnya.

Dalam sehari, Marianah mengaku mendapatkan omzet minimal Rp 400-500 ribu/hari. “Setidaknya dari usaha ini saya bisa menyekolahkan anak-anak saya dan mampu memberikan pekerjaan bagi yang lainnya,” tukasnya.

Meski setiap hari bekerja membuat peralatan rumah tangga, ia tidak melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. “Anak-anak saya juga sudah paham, jadi mereka turut serta membantu ibunya dalam mengurus rumah jika melihat saya capek,” jelasnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

Thursday, 5 April 2018

The Mandalika Kuta Lombok, Magnet Baru Wisata Dunia

Ikon The Mandalika Kuta Lombok (Dokumentasi ITDC)
Proses pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika (The Mandalika)  oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), sejauh ini sudah sesuai target yang diharapkan. Bahkan, pascadiresmikan operasional KEK Mandalika oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober 2017 lalu, pengembangan KEK Mandalika semakin dikebut. Kendati belum sepenuhnya selesai, KEK Mandalika kini telah menjadi magnet yang menarik perhatian dunia karena keindahan alam kawasan yang begitu luar biasa.

The Mandalika kini telah menjelma menjadi salah satu destinasi favorit tahun 2018 ini untuk dikunjungi para wisatawan, seperti yang dilansir detikTravel. Dan, berhasil menduduki peringkat kelima dari sembilan destinasi  wisata pilihan pembaca website tersebut. Karena diakui atau tidak, kawasan seluas 1.175 hektar ini memiliki hamparan pasir putih di sepanjang 16 km. Dengan keunikan pasir putih bertekstur merica dan halus, dikelilingi oleh perbukitan hijau yang membentang dari ujung Barat ke Timur yang tidak dimiliki kawasan wisata lainnya.
The Mandalika Kuta Lombok (Dokumentasi ITDC)

Keunggulan itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk berkunjung ke Kawasan Mandalika. Dan, tidak berlebihan kalau kemudian  The Mandalika ditetapkan menjadi satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas atau “Bali Baru’’ oleh pemerintah pusat. Untuk dikembangkan sejalan dengan strategi pemerintah dalam meningkatkan pariwisata menjadi sumber devisa utama negara.

ITDC sebagai pengelola kawasan Mandalika dulunya bernama Bali Tourism Development Corporation (BTDC) merupakan BUMN yang memiliki lini bisnis membangun dan mengembangkan kawasan pariwisata di Indonesia. Selama 42 tahun perseroan ini telah membangun dan mengelola The Nusa Dua. Kawasan pariwisata kelas dunia yang berlokasi di Bali Selatan.

Kawasan Mandalika meliputi Pantai Seger, Pantai Serenting, Pantai Tanjung Aan, Bukit Merese, dan Pantai Kuta Mandalika yang menjadi salah satu ikon utama dari kawasan ini. “Khusus untuk kawasan Pantai Kuta, ITDC saat ini tengah melakukan penataan di mana nantinya kawasan pantai tersebut sepenuhnya diperuntukkan bagi masyarakat,” sebut General Affair KEK Mandalika, I Gusti Lanang Bratasuta, Rabu (4/4/2018).
Salah satu wahana yang sedang dibangun di The Mandalika Kuta Lombok Tengah
Saat ini ada beberapa fasilitas umum yang telah dan tengah dibangun di Pantai Kuta Mandalika. Di antaranya beach walk, restroom area, lifeguard, zona bermain anak-anak, panggung terbuka, zona berenang, dan wahana water sport yang nantinya akan dikembangkan juga sebagai sport tourism guna menyongsong NTB sebagai tuan rumah PON 2024.

Selain itu, ITDC juga membangun fasilitas pendukung di sekitar Pantai Kuta Mandalika seperti sentra parkir, bazaar UKM, dan alun-alun yang terletak disekitar area Masjid Nurul Bilad. Di mana nantinya zona UMKM tersebut akan diperuntukan bagi pemberdayaan masyarakat pelaku UMKM setempat.

Dengan begitu diharapkan, pedagang atau pelaku UMKM di sekitar Pantai Kuta Mandalika bisa tertata dengan rapi. Pertumbuhan ekonomi masyarakat nantinya bisa selaras dan beriringan dengan pertumbuhan investasi di KEK Pariwisata Mandalika. “Pembangunan bazaar UMKM ini didukung oleh pihak Kementerian Koperasi dan UKM RI yang berencana untuk melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha yang akan mengisi zona UMKM tersebut,” jelas Brata.

Dukungan tersebut akan dilakukan melalui tiga deputi di Kementerian Koperasi dan UKM. Masing – masing Deputi SDM, Deputi Pembiayaan, dan Deputi Produksi dan Pemasaran bersama ITDC tentunya. “Nantinya The Mandalika diharapkan bisa menjadi pusat perekonomian baru di Loteng dengan keberadaan pusat UMKM ini,” tambahnya.
The Mandalika Kuta Lombok Tengah (Dokumentasi ITDC)
Presiden RI Ir. Joko Widodo dan anggota Badan Anggaran DPR RI secara khusus memberikan apresiasi terhadap perkembangan pembangunan kawasan Mandalika yang dinilai sangat cepat. Itu semua tentunya tidak semata-mata diraih oleh ITDC. Namun berkat dukungan semua pihak didaerah ini. Baik  pemerintah daerah maupun masyarakat.

Pada saat kunjungan di Kawasan Mandalika tanggal 22 Maret lalu, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengaku tidak menyangka perkembangan KEK Mandalika secepat ini,  sehingga Banggar DPR RI mengaku tidak sia-siap pemerintah pusat mengalokasi anggaran sebesar Rp250 miliar untuk pengembangan KEK Mandalika selam tahun 2015 dan 2016 lalu.

Namun yang tidak kalah penting, perkembangan KEK Mandalika tersebut harus bisa memberikan efek positif bagi mastyarakat. “Saya melihat sangat baik penataan kawasan Mandalika ini sebagai upaya percepatan pembangunan ekonomi terutama bagi masyarakat lokal,” tutur Aziz Syamsudin, anggota Banggar DPRRI.

Pada kunjungan Banggar DPRRI, jajaran Direksi BUMN Keuangan seperti Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Emma Sri Martini, Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Ananta Wiyogo, Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII), Salusra Satria, turut hadir. Kehadiran sejumlah BUMN sekaligus untuk melihat peluang dan potensi yang ada di kawasan ini sekaligus peluang untuk menjalin kerjasama dengan pihak ITDC selaku pengelola kawasan. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Tuesday, 3 April 2018

Hadiri Peringatan Hari Penyiaran Nasional di Palu, Sulteng Moeldoko: Komisi Penyiaran Indonesia Harus Berani Bersuara, Jaga Keutuhan NKRI

Narasumber pada Seminar Utama Komisi Penyiaran Indonesia 2018 di Palu Sulawesi Tengah
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko menegaskan, Komisi Penyiaran Indonesia baik di pusat maupun di daerah dapat menjadi pahlawan dalam mengawal perubahan di era Revolusi Industri 4.0. “Untuk bisa menjadi hero, menjadi pahlawan, syaratnya harus menjadi pemberani. Berani bersuara dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, dalam menghadapi dunia yang berubah sangat cepat, kompleks dan penuh risiko,” katanya. Hal tersebut disampaikan Moeldoko dalam seminar utama menyambut Hari Penyiaran Nasional bertema “Menjaga Keutuhan NKRI melalui Dunia Penyiaran yang Sehat dan Berkualitas” di Palu, Sulawesi Tengah, 2 April 2018.
Selain Moeldoko, hadir sebagai narasumber antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Asril Tanjung, dan pakar Hukum Tata Negara Prof.Dr Jimly Asshiddiqie, SH. Seminar ini dihadiri oleh komisioner Komisi Penyiaran Indonesia dan ratusan anggota KPI Daerah dari seluruh Indonesia.

Sekarang ini, menurut Moeldoko, masyarakat sering diombang-ambingkan dengan informasi yang simpang siur dan tidak benar. “Contohnya, seringkali Pemerintah dituding hanya membangun fisik, membangun infrastruktur saja. Padahal, jika dipahami lebih jauh, dalam pembangunan fisik dan infrastruktur, di dalamnya terkandung upaya membangun konektivitas, membangun mentalitas masyarakat, membangun peradaban manusia. Jika hanya memperhitungkan aspek politik atau ekonomi saja, maka pembangunan hanya akan bertumpu di Pulau Jawa. Kebijakan seperti itulah yang membedakan politisi dan negarawan,” kata mantan Panglima TNI tersebut.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, “Penyiaran yang sehat hanya bisa diwujudkan jika industrinya sehat. Bisnisnya harus berjalan baik dan berkualitas.” Menurut catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rudi mengatakan, terdapat 2.673 ijin yang sudah beroperasi. “Sekitar 1.100 adalah izin siaran televisi, dan  sekitar 1.600 izin radio, termasuk LPP dan LPK. Pemerintah sekarang ini memberlakukan moratorium izin baru, karena kita peduli dengan keberlangsungan industri penyiaran yang sudah ada. Pemerintah bertugas untuk membina supaya industrinya dapat berkelanjutan,” tambah Rudiantara.

Rudiantara juga menambahkan, industri penyiaran sekarang sedang menuju ke arah digital, dan potensinya luar biasa besar. “Nilainya sekitar 39,9 miliar US$ atau sekitar Rp500 triliun dalam 7 tahun ke depan. Selain itu akan terbuka lapangan pekerjaan baru, peningkatan pajak dari industri penyiaran digital. Ada kurang lebih 230 ribu lapangan kerja baru dari industri penyiaran digital ini,” katanya.

Sementara itu, pakar Hukum Tata Negara Jimly Asshiddiqie mengatakan, UU Penyiaran No 32 tahun 2002 itu lahir dengan penuh kontroversi. “Ini adalah salah satu UU yang tidak diteken oleh Presiden pada waktu itu. Kenapa tidak diteken, sumber masalahnya ada pada ketidaksukaan industri penyiaran terhadap UU ini. UU itu itu memiliki kelemahan, di mana fungsi regulator yang seharusnya diemban oleh KPI, menjadi lemah,” ujar Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Jimly menambahkan bahwa sekarang ini, terdapat tiga pasar bebas yang sudah mendunia. Pertama bisnis pasar bebas. Di Indonesia, terdapat KPPU yang berfungsi mengendalikan pasar yang bebas tersebut. “KPPU diperlukan oleh negara untuk mengendalikan bisnis pasar bebas,” katanya.

Kedua, adalah politik pasar bebas. Mulai dari presiden sampai dengan kepala desa menjadi komoditas yang diperebutkan. “Artinya, jabatan politik itu diperebutkan. Itu perlu dikendalikan, sehingga KPU dan Bawaslu menjadi dibutuhkan,” papar Jimly.

Ketiga adalah media pasar bebas. Pasar itulah yang seharusnya dikendalikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan Komisi Penyiaran Indonesia tersebut harus diperkuat.
Dalam kesempatan yang sama, anggota DPR Asril Tanjung memperkuat pendapat tersebut. Ia mengatakan, “Di negara demokratis manapun, media penyiaran senantiasa diatur oleh hukum. Media penyiaran memiliki regulasi ketat dibandingkan media cetak. Namun regulasi tersebut juga diharapkan bersifat demokratis bagi setiap pemangku kepentingan.”

Di awal seminar, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Yuliandree Darwis menjelaskan bahwa perubahan teknologi dan komunikasi telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi informasi, yang telah mengubah cara kehidupan berbangsa. “Penyiaran Indonesia masih meninggalkan pekerjaan rumah terkait revisi Undang-undang Penyiaran No 32 tahun 2002, status anggaran, dan sebagainya. Di sisi lain, ujaran kebencian, siaran yang berorientasi rating menjadi dewa, juga masih menjadi pekerjaan rumah penyiaran kita. “Kita tidak bisa menyalahkan industri. Juga tidak bisa saling menyalahkan, tetapi kita harus mencari solusi bersama,” papar Yuliandree. (Tim Media KSP)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive