Be Your Inspiration

Monday 12 August 2019

Serbat dan Gula Aren Khas Desa Langko Rambah Pasar Luar Negeri

Ibu Negara Hj. Iriana Joko Widodo didampingi Ketua TP PKK NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah saat menunjukkan produk Serbat, minuman khas Lombok dalam sebuah pameran di Jakarta beberapa waktu lalu.

Serbat, minuman yang tak asing di telinga masyarakat Lombok umumnya. Dulu minuman ini dihidangkan ketika para petani turun ngaro atau membajak sawah untuk persiapan bercocok tanam. Kini minuman tradisional khas Lombok ini pun berhasil menembus Istana Negara dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo pun sudah mencoba minuman ini.

Minuman dengan campuran jahe merah dan gula aren ini dibuat oleh petani untuk menghangatkan tubuh ketika kedinginan akibat bermandi lumpur saat membajak sawah.  Minuman serbat ini juga kerap dihidangkan ketika acara-acara kematian dan peringatan hari besar. Kini, produk lokal ini agak jarang ditemukan dan dikonsumasi masyarakat umum.

Namun melalui tangan terampil, Abdul Hadi pelaku usaha olahan aren Longseran Barat Selatan (LBS) Mandiri Desa Langko, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat (Lobar) ini ingin mengangkat serbat sebagai penganan lokal yang sehat dan tak kalah dengan produk modern.

Bahkan ia ingin mengubah mindset masyarakat bahwa serbat bisa dijadikan mata pencaharian yang potensial. Serbat ini pun diolah menjadi beragam olahan, mulai dari kopi jahe serbat hingga es krim berbahan baku gula aren. Hasil olahan gula aren dan serbat yang dibuat Abdul Hadi ini pun telah masuk ke ritel-ritel modern bahkan hingga ke luar negeri.

Diwawancarai Ekbis NTB, Sabtu (10/8/2019), mantan TKI ini menceritakan awal mula dirinya membuat serbat tahun 2016 lalu. Idenya membuat serbat muncul karena terdorong dari rasa prihatin akibat gempuran produk penganan modern dari luar yang masuk ke daerah Lombok, termasuk minuman dari bahan jahe. Sementara ia berpikir, daerah ini memiliki bahan baku berlimpah dan jauh lebih original (asli). Dibandingkan produk luar ini, belum diketahui tingkat keasliannya apakah ada caumpuran bahan kimia atau tidak.

Di desanya sendiri banyak warga membudidayakan jahe. Ia pun mencoba bertanya-tanya ke para orang tua, apa minuman khas Lombok yang bisa dibuat untuk menyaingi minuman modern tersebut. Dari keterangan para orang tua tersebut, disebutlah serbat sebagai salah satu minuman khas lokal yang dibuat dari campuran jahe dan gula aren.

‘’Berjalannya waktu, saya coba buat. Terus-menerus mencoba sampai tiga bulan seperti apa komposisi dan rasanya, bisa diterima ndak oleh konsumen? Saya membuat hanya berbekal bertanya-tanya ke orang tua,’’ terang dia.
Abdul Hadi bersama Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah saat acara Jumpa Bang Zul dan Ummi Rohmi tahun 2018.
Awal mula mencoba membuat serbat, ia menggunakan modal sendiri dengan peralatan seadanya. Ia membuat serbat dari bahan jahe merah, sere, kayu manis. Lambat laun ia terus berupaya mencoba membuat serbat dengan varian berbeda seperti bubuk. Itupun masih dengan cara tradisional. Ia membuat serbuk serbat agar minuman ini bisa diseduh di mana saja. Setelah dikembangkan dan memperlihatkan cara membuat serbat ini kepada yang ahli,ternyata cara pembuatan serbat yang dilakukannya benar.

Selama satu tahun awal-awal mengembangkan serbat, ia mengalami jatuh bangun. Sebab saat itu ia belum memiliki alat. Sehingga ketika itu, ia tak bisa memproduksi serbat ketika cuaca tidak bagus. Ditambah lagi ia belum memiliki oven. Di saat bersamaan ia dikejar waktu harus ikut pameran di sejumlah tempat, sehingga ia pun terkadang tidak bisa ikut. “Selama satu  tahun itu, saya jatuh bangun. Hampir-hampir putus asa,’’ akunya. Akan tetapi ia tak mundur begitu saja, lebih-lebih produk serbat yang dibuatnya sudah telanjur mulai dikenal oleh masyarakat.

Dengan peralatan seadanya, dalam sehari ia hanya mampu membuat 6 sachet serbat. Itupun kata dia begitu sulit dan lama. Namun karena ia memiliki tekad kuat, iapun terus bertahan. Apa yang dirintisnya kini telah membuahkan hasil. Pelan tapi pasti,usaha pembuatan serbatnya pun berkembang. Hingga kemudian dibantu mesin pengolah oleh Pemkab Lobar, kendati ia masih mengolah semi manual. Saat ini produksinya mampu mencapai 25 Kg per hari, bahkan kalau bekerja sampai malam hari bisa mencapai 50 Kg serbat.

Di samping tingkat produksi yang jauh meningkat, ia juga bisa membuat gula aren menjadi olahan beragam. Awalnya hanya membuat serbat, namun berkembang menjadi gula semut. Tak berhenti di situ, bagi pecinta kopi ia pun mencoba meracik kopi jahe gula aren. Produk kopi jahe gula aren ini pun banyak digemari oleh masyarakat. ‘’Terakhir ini saya mencoba membuat es krim gula aren,’’ katanya. 

Bahan pemanis inti yang dipakai untuk membuat es krim ini dari gula aren. Kini produk yang dihasilkan telah mampu merambah pasar luar. Sejauh ini produknya sudah masuk ke pasar modern, Ruby dan pesanan lokal termasuk kantor-kantor pemda banyak yang memesan produknya.
Pihaknya juga menjual melalui online dan masuk di Bukalapak, namun belum terlalu laris. Tak hanya pangsa pasar lokal yang dirambahnya, namun sudah masuk ke pasar luar daerah seperti daerah jawa. 

Kebanyakan kata dia dikirim Jakarta. Di samping merambah pasar sejumlah daerah, produk yang dihasilkan ini sudah sampai ke beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura.

Meski  pengiriman melalui tangan orang ketiga, namun sejauh ini orderan dari luar negeri mencapai 10 kardus. Dari hasil penjualan produknya ini,  ia mampu meraup, dibandingkan dulu per hari ia hanya memperoleh 250-500 ribu per bulan. Sedangkan saat ini, omsetnya telah mencapai Rp 20-30 juta per bulan. Dari usahanya ini, ia mampu mempekerjakan 6 orang karyawan dari warga sekitar. 

Namun saat permintaan yang tinggi, pihaknya menambah pekerja untuk mengejar target.  Sejauh ini ia mengalami kendala alat kristalitator yang belum ada. “Ada rencana bantuan dari Disperindag untuk pengemas,”jelas dia.

Di sisi lain, Abdul Hadi mengaku usaha pengolahan gula aren yang digelutinya tak hanya semata bisa menjadi mata pencaharian bagi dirinya dan warga setempat. Namun yang jauh lebih mulia dari adanya usahanya ini,  bisa menekan pembuatan tuak atau miras tradisional. Sebab kata dia dulu aren yang berlimpah ini dimanfaatkan oleh warga untuk mengolahnya menjadi minuman keras (miras) tradisional. Bahkan banyak pengepul miras tradisional berbahan aren di daerahnya.

‘’Namun semenjak kami mengembangkan gula aren menjadi serbat, gula semut ini, pembuatan miras tradisional jauh menurun. Di daerah kami tidak ada lagi pengepul-pengepul tuak,’’ jelas dia.

Warga  mulai sadar bahwa cara mencari nafkah dengan membuat tuak, tidak berkah. Ke depan warga harus sadar kalaupun mendapatkan uang banyak dengan cara depat namun membuat tuak ternyata tidak berkah. Ia pun ingin memberikan contoh kepada masyarakat dengan kembali membuat aren menjadi serbat, dan penganan lainnya.

Di samping dengan berkembangnya Serbat ini, ia bisa mengangkat kembali kearifan lokal khas daerah Lombok melalui minuman. Sebab, kata dia, pengunjung yang datang dari luar pasti ingin apa minuman khas Lombok yang bisa diketahui mereka. Ke depan ia sangat berharap agar lebih terbuka lagi, kepada masyarakat untuk mengangkat kearifan lokal, seperti minuman dan sebagainya. Karena salah satu yang menjadi motivasinya mengembangkan minuman Serbat ini, karena ingin mengangkat kearifan lokal menjadi kekhasan dan identitas daerah Lombok.

Sebab kata dia di daerah lain seperti Bandung punya minuman khas Banrek, di Jawa punya minuman khas Wedang, lalu kalau jalan-jalan ke Polewali Sulawesi Barat punya minuman khas Saraba. ‘’Lalu kenapa kita ndak angkat Lombok ini lewat minuman Serbatnya sebagai lokal khasnya,’’jelas dia. Lebih-lebih di Lombok khususnya di Lobar punya bahan baku berlimpah, seperti jahe merah dan gula aren. Dibandingkan daerah lain seperti Garut, justru bahan baku aren di Lobar jauh lebih berlimpah. “Ini juga memotivasi saya,”jelas dia.

Dari sisi kesehatan juga Serbat dan gula aren ini jauh lebih sehat. Menurut dia gula aren ini sangat baik untuk kesehatan, dibandingkan gula pasir. Sebab Kandungan yang ada dalam gula aren ini sukrosa dengan kadar kalori sangat rendah, sedangkan gula putih sendiri memiliki kandungan glukosa dengan tinggi kalori.(Heru Zubaidi/Lombok Barat)
Share:

1 komentar:

Unknown said...

Semoga selalu tambah sukses...

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive