|
Inilah kondisi di Gili Trawangan pascamerebaknya Corona ke seluruh Indonesia.
Kondisinya tidak seperti sebelum Corona mewabah seperti sekarang ini. |
Virus Corona (Covid-19) mewabah ke berbagai negara, termasuk
Indonesia. Bahkan di Indonesia, jumlah korban terjangkit dan meninggal akibat
virus ini terus bertambah. Wabah ini telah mempengeruhi seluruh sektor khususnya
ekonomi. Sektor pariwisata termasuk di NTB paling terdampak. Pelaku industri
pariwisata ketar ketir. Corona telah membawa duka yang mendalam bagi sektor
pariwisata.
Penyakit akibat virus Corona telah menimbulkan kekhawatiran
dan bahkan mencemaskan. Beberapa negara, sudah menutup negaranya dari masuknya
warga asing. Juga mencegah warganya bepergian. Hal ini berdampak pada mobilitas
warga untuk bepergian atau berwisata.
Kondisi ini juga berdampak pada pariwisata di NTB. Sektor
ini semakin tertekan saat Pemprov NTB memberlakukan larangan masuk bagi kapal
cepat langsung dari Bali tujuan tiga gili
awal pekan kemarin. Termasuk memperketat pemeriksaan kesehatan di pintu masuk
utama, seperti di Lombok International Airport (LIA), Pelabuhan Lembar, Pelabuhan
Sape dan beberapa pelabuhan yang selama ini menghubungkan dengan daerah lain di
Indonesia.
Kondisi ini bagi pelaku usaha di NTB, khususnya sangat
berdampak. Seperti disampaikan General Manager (GM) KeRensia Villa Gili Air,
Linda Widiya. Dampak virus Corona mengakibatkan bisnis pariwisata di kawasan
tiga gili cukup berat pascapenetapan status siaga. Okupansi di KeRensia Villa
Gili Air, per tanggal 16 Maret 2020 langsung 0 persen. Bahkan, sampai dengan 17
Maret 2020 pihaknya menerima pembatalan dari tamu yang sudah membuat reservasi
sebelumnya.
Kerugian juga dialami karena banyak tamu membatalkan pesanan
untuk periode Hari Raya Nyepi. Di mana periode tersebut, okupansi hotel
biasanya naik dengan paket menginap untuk 4 hari. Menurut Linda, Gili Air
adalah salah satu destinasi favorit bagi wisatawan saat libur Nyepi, khususnya
untuk wisatawan dari Bali.
‘’Walaupun sudah kami info kalau gili masih buka, akan
tetapi mereka tetap membatalkan reservasinya. Mereka lebih percaya pada
pemberitaan media luar yang notabene media dari negara mereka sendiri,’’ ujar
Linda.
Penyebaran Covid-19 disebut memang berdampak besar. Dicontohkannya
seperti kerugian senilai Rp114 juta yang dialaminya khusus untuk periode Maret
lalu. Di sisi lain, efisiensi juga dilakukan pihaknya. Salah satunya dengan
merumahkan karyawan yang akan dipanggil bekerja kembali jika kondisi telah
membaik.
Menyikapi kondisi ini, pengusaha di Gili Trawangan saat
bertemu Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., MSc., Rabu (19/3/2020) mengharapkan ada solusi terbaik bagi pengusaha di Gili Trawangan akibat Corona
ini. Samsudin, salah satu pengusaha di Gili Trawangan mengatakan isu Corona sangat sensitif
terhadap kehidupan manusia dan bisnis pariwisata. Kebijakan menutup akses masuk
bagi kapal cepat Bali - Gili sebagai antisipasi penyebaran pandemi Corona
dianggap tidak berpihak. Sebab hanya gili saja yang ditutup, sedangkan jalur
masuk melalui Bandara Internasional Lombok dan Pelabuhan Lembar masih terbuka.
Pihaknya juga mengharapkan adanya kebijakan keuangan menyangkut
beban perusahaan. Misalkan, biaya beban BPJS bulanan yang tetap dibayar
perusahaan meski di sisi lain perusahaan telah merumahkan sementara para
karyawan. ‘’BPJS tetap bayar karena invoice
dari mereka. Angkanya juga lumayan besar,’’ imbuhnya.
Keluhan senada juga disampaikan Ketua Gili Hotel Association
(GHA), Lalu Kusnawan. Menurutnya, banyak beban yang harus ditanggung para
pengusaha pada kondisi sekarang ini. Ia menyebut, perhotelan di gili harus
mengeluarkan biaya bulanan (biaya tetap dan biaya overhead) di kisaran Rp250 juta sampai Rp400 juta. Padahal pada
saat yang sama, perhotelan tidak memiliki omzet.
GM Hotel Wilson's Retreat Gili Trawangan ini menyebut, mulai
bulan ini perhotelan harus memutar otak membiayai operasional. Apabila
manajemen tak memiliki saving, maka
ia pastikan hotel harus membayar melalui beban utang.
|
Gubernur
NTB H. Zulkieflimansyah saat bertemu dengan pengusaha wisata di Gili Trawangan,
Rabu (19/3/2020). |
Hingga Minggu (22/3/2020) Lalu Kusnawan, mengungkapkan kondisi gili
masih sepi dibandingkan situasi normal. Pasca-penutupan akses Bali - Gili (fast boat direct), wisatawan memilih
keluar lantaran mispersepsi seolah gili akan ditutup total. Hanya ada beberapa
wisatawan yang masih bertahan, dan mereka umumnya memilih tinggal (long stay) di gili karena tempat ini
dinilai aman dari virus Corona. ‘’Sudah mulai masuk, di bawah 50 yang datang per hari.
Perkiraan total wisatawan di tiga gili sekitar 200 orang,’’ sebutnya.
Dengan jumlah wisatawan ini, sudah barang tentu rasionya
sangat minim dibandingkan ketersediaan hotel dan jumlah kamar. Di Gili
Trawangan saja, jumlah tempat usaha (hotel dan restoran) di angka lebih dari
600 unit.
Di Hotel Wilson yang dikelolanya, Kus menyebut terdapat 3
kamar yang masih dihuni. Ketiganya didiami oleh wisatawan asing yang memilih long stay guess. Mereka sudah 1 pekan
berada di Wilson dan belum berniat meninggalkan Lombok.
GM Hotel Wilson Retreat ini berharap, adanya persepsi yang
sama dari seluruh elemen terkait gili. Bahwa gili boleh dimasuki oleh wisatawan
asing dan domestik selama mereka lolos screening
di pintu masuk dan keluar di dua tempat, yakni Pelabuhan Lembar dan Bandara
Internasional Lombok.
GHA secara organisasi maupun GM hotel secara parsial, tetap
mengkampanyekan gili. Gili sudah dipromosikan melalui sosial media, maupun
dukungan awak media massa yang ada di NTB. ‘’Sejauh ini ada (wisman) yang tanya
dan kami sudah jelaskan. Travel dan mereka kita yakinkan kalau bandara dan
Pelabuhan Lembar tetap dibuka,’’ pungkasnya.
Terpisah, Kepala Disbudpar KLU, Vidi Ekakusuma melalui Kasi
Pemasaran dan Analisa Pasar Wisata, Alwi Agusto, S.Si. M.Pd., mengatakan sejauh
ini belum dapat memastikan jumlah persis wisatawan yang masih mendiami gili.
Namun dari upaya pemantauan yang sudah dilakukan, tanggal 17 dan 18 Maret 2020 lalu
sudah ada wisatawan yang masuk gili.
Pada tanggal 17 Maret 2020, tercatat 72 wisatawan meninggalkan gili dan
25 orang masuk ke gili. Sedangkan tanggal 18, yang keluar 27 orang dan masuk 21
orang. ‘’Sebelum itu, tanggal 16 itu
sebanyak 2.330 wisatawan meninggalkan gili namun datang sebanyak 828 orang.
Sehingga praktis pada tanggal 16 itu,
masih ada sekitar 837 wisatawan di gili. Jumlah ini berangsur-angsur menurun
seiring dengan masih belum pahamnya wisatawan dengan kondisi bahwa gili boleh
dimasuki,’’ tandasnya.
Menanggapi itu, Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah, meyakinkan
para pengusaha untuk tetap menatap masa depan pariwisata secara optimis. Ia
berjanji akan memantau perkembangan setiap hari dengan disertai kebijakan yang
terkini sesuai kondisi. ‘’Saya jujur saja, tidak ada yang ditutupi. Gili bagian dari
komunitas yang lebih besar. Kadang ada krisis, ada masalah baru ada perubahan
yang baik,’’ ujarnya.
Gubernur tidak secara spesifik menjawab usulan para
pengusaha terkait sejumlah relaksasi. Namun ia juga tidak tinggal diam.
Persoalan-persoalan tersebut akan dikomunikasikan dengan pemerintah pusat
maupun lembaga terkait yang berwenang.
Pemda terus mengantisipasi dan mewaspadai penyebaran virus
Corona ke NTB. Ia menjelaskan dampak virus Corona ini bukan hanya dirasakan di
tiga gili, tetapi juga seluruh dunia. Bahkan, kata gubernur, hampir semua
negara Eropa mengalami hal yang sama.
Ia kembali menjelaskan dibatasinya wisatawan yang datang
menggunakan kapal cepat dari Bali langsung menuju tiga gili, karena
ketidakmampuan mengontrol secara efektif semuanya. Kebijakan ini, kata Dr. Zul
tentu akan berdampak dari sisi ekonomi.
Tetapi yang penting, Pemda memproteksi masyarakat NTB secara
keseluruhan. Karena virus Corona ini menyebar sangat cepat. Apabila wisatawan
yang berkunjung ke NTB khususnya ke tiga gili datang lewat bandara, maka akan
mudah diidentifikasi.
‘’Oleh karena itu, ketimbang kita menyesali kemudian.
Minimal akses ini (Bali - Tiga Gili) ditutup sementara. Tapi bukan berarti
gilinya tertutup atau lockdown.
Aksesnya kita pusatkan melalui bandara dan Pelabuhan Bangsal,’’ terangnya. (Bayu/Johari/Nasir/Ekbis NTB)