Be Your Inspiration

Showing posts with label SOSIAL. Show all posts
Showing posts with label SOSIAL. Show all posts

Wednesday 5 January 2022

Mau Beli Tiket MOTOGP Mandalika 2022, Di Sini Tempatnya ...

Bisa Beli Tiket MotoGP 2022 Mandalika di sini.. 

PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero)/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), BUMN Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK Mandalika)/The Mandalika bersama dengan Mandalika Grand Prix Association (MGPA) selaku bagian dari ITDC Group, mulai membuka penjualan tiket balap motor MotoGP Indonesia Grand Prix (MotoGP) 2022 secara online dan offline mulai 6 Januari 2022.

Penjualan tiket MotoGP kategori Premium Grandstand dan VIP Hospitality Suites (Premiere Class & Deluxe Class) mulai dibuka pada Jumat, 6 Januari 2022. Sementara penjualan tiket kategori General Admission dan Standard Grandstand baru dibuka pada Selasa, 11 Januari 2022.

Harga tiket Grandstand & General Admission Weekend Pass MotoGP 2022

Calon penonton dapat melakukan pembelian tiket secara online melalui 10 platform pembelian tiket yang merupakan partner dari ITDC Group, antara lain channel digital Xplorin yang didukung oleh Bank NTB Syariah, InJourney, Tiketapasaja.com, Tiket.com, My Pertamina Apps, DyandraTiket.com mulai tanggal 6 Januari 2022. Sementara pembelian secara offline dapat dilakukan di gerai Alfamart, Indomaret, dan Angkasa Pura Hotel yang mulai dibuka pada tanggal 11 Januari 2022.

Tiket MotoGP ini memiliki variasi harga sesuai dengan tempat menonton yang terbagi menjadi lima kategori yaitu, General Admission dengan jumlah kuota sebesar 10.000 tiket, Standard Grandstand sebanyak 28.578 tiket, Premium Grandstand 22.056 tiket, Deluxe Class 2.000 tiket, dan Premiere Class 900 tiket. Total kuota tiket penonton yang disediakan sebesar 63.534 tiket per hari.

Tahun ini, ITDC-MGPA menyediakan tiket harian pada kategori General Admission, Standard Grandstand, dan Premium Grandstand. Untuk harga tiket hari pertama pada 18 Maret, tiket yang tersedia dimulai pada harga Rp 115.000 – Rp 431.250. Sementara untuk tanggal 19 Maret harga tiket dimulai pada harga Rp 287.500 – Rp 1.150.000 dan pada tanggal 20 Maret tiket dimulai pada harga Rp 575.000 – Rp 1.725.000. Selain tiket harian, penyelenggara event juga telah menyiapkan paket weekend pass yakni Sabtu dan Minggu untuk tiga kategori yang sama dimulai dari harga Rp 805.000 – Rp 2.587.000.

Khusus untuk kategori VIP Hospitality Suites, tersedia tiket 3 days pass yang dijual pada rentang Rp 10.000.000 – Rp 15.000.000 (berlaku untuk menonton selama tiga hari).

Harga Tiket MotoGP 2022 Daily Pass

Sementara bagi pecinta balap yang telah mendaftar pada pre-booking tiket, mereka akan mendapatkan prioritas kuota dan akan dihubungi melalui data yang telah diinput dalam jangka waktu tertentu.

Vice President of Commercial MGPA, Aji Aditra Perdana menyampaikan, “Kami yakin masyarakat sudah antusias menyambut Indonesia menjadi tuan rumah MotoGP kembali setelah penantian panjang selama 25 tahun. Untuk itu, mengawali tahun 2022 kami mengumumkan harga tiket sekaligus membuka penjualan tiket MotoGP 2022. Sehingga masyarakat yang ingin menyaksikan event MotoGP secara langsung di Pertamina Mandalika International Street Circuit pada 18-20 Maret mendatang sudah bisa mulai mempersiapkan diri lebih awal.''

Harga Tiket MotoGP Mandalika 2022 VIP Hospitality Suites 3 Days Pass

Sebagai informasi, General Admission merupakan tiket non-seating area, dimana penonton bisa masuk ke area Sirkuit untuk menyaksikan balap dari layar besar dan menyaksikan konten di dalam area komersial namun tidak masuk pada area Grandstand. Sementara Standard Grandstand terbagi menjadi enam titik lokasi duduk yaitu zona C di tikungan 1, zona D di tikungan 3, zona E di tikungan 6, zona F di tikungan 8, zona G di tikungan 12, zona H di tikungan 13, zona I di tikungan 14.

Sementara, Premium Grandstand berada di empat titik yaitu di zona A pada area start dan finish balap, serta beberapa titik lainnya, zona B di tikungan 1, zona J di tikungan 15, dan zona K di tikungan 16. Sementara VIP Hospitality Suites terbagi menjadi dua kelas, yakni Premiere Class yang berlokasi di lantai 2 Pit Bulding sehingga memudahkan penonton untuk berinteraksi dengan pembalap, dan Deluxe Class berlokasi di VIP Village berdekatan dengan Paddock Sirkuit. (*)

Share:

Tuesday 27 October 2020

Antisipasi Libur Panjang, Pengelola Tempat Wisata di NTB Harus Terapkan Standar Covid-19

Dr. Farid Said

Libur panjang di pekan ini mesti menjadi perhatian semua pihak, terutama pelaku pariwisata dan pemerintah. Jangan sampai akibat kelalaian kita bersama, libur panjang akan menjadi klaster baru dalam penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di NTB. Apa yang harus dilakukan pemerintah dan pelaku pariwisata dalam mengantisipasi liburan panjang pekan ini?

Pemerintah telah menetapkan hari Rabu tanggal 28 Oktober dan Jumat tanggal 30 Oktober sebagai cuti bersama. Sementara hari Kamis tanggal 29 Oktober 2020 adalah libur nasional serangkaian memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sejak pekan lalu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengingatkan agar libur panjang di pekan terakhir Oktober tidak menjadi klaster penyebaran Covid-19 di Indonesia, termasuk di NTB.

Untuk itu, antisipasi harus dilakukan semua pihak agar penyebaran Covid-19 tidak semakin meluas. Objek wisata yang menjadi tujuan wisata warga di saat libur panjang ini wajib menerapkan standar protokol kesehatan. Pengelola objek wisata wajib menyediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer, termasuk melarang pengunjung yang tidak memakai masker. Tidak hanya itu, pengelola objek wisata juga meminta pengunjung agar menjaga jarak. Jika ada pengunjung yang tidak mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan, pengelola objek wisata bisa meminta mereka keluar dari objek wisata.

Begitu juga pada pengelola objek wisata yang tidak mematuhi atau menerapkan standar protokol kesehatan, pemerintah atau tim gugus tugas bisa menutup atau membubarkan aktivitas kegiatan wisata. Ketegasan ini penting dilakukan, sehingga penyebaran Covid-19 bisa diminimalisir.

Untuk itu, pemerintah pusat pada hari Kamis (22/10/2020) dipimpin Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), Moh. Mahfud MD, menggelar rapat koordinasi mengantisipasi libur panjang cuti bersama. Di NTB, rapat koordinasi ini diikuti Sekda NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si., bersama unsur Forkompinda NTB.

Menurut Mahfud MD, setiap ada libur panjang selalu ada potensi  kerumunan atau tumpukan orang.  Misalnya di transportasi umum, atau di tempat-tempat seperti terminal, stasiun, bandara, tempat rekreasi dan sebagainya. Tentu semua potensi ini harus diantisipasi supaya jangan sampai menjadi pusat-pusat penularan baru. Ini akan  berakibat pada menurunnya tingkat kesembuhan pasien yang sudah bagus.

‘’Kemudian persentase penularan, tingkat kematian juga sudah bagus, karena sedikit. Di tingkat kematian itu tiga koma sekian persen. Masih lumayan meskipun tidak sama dengan rata-rata dunia, bisa menurun lagi. Nah itu semua harus diantisipasi,’’ katanya.

Penegasan serupa juga disampaikan Pengamat Pariwisata NTB Dr. Farid Said. Kepada Suara NTB, Senin (26/10), Pembantu Dekan I Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok ini, mengantisipasi liburan panjang ada 2 hal yang harus diperhatikan. Pertama, kelompok pembawa atau pengunjung dan kelompok yang dikunjungi. Dalam hal ini, ujarnya, dua-duanya harus memahami penerapan protokol Covid-19.

Jika kelompok pengunjung mengetahui dirinya sebagai pengidap Covid-19 disarankan tetap di rumah. Namun, kalau tetap harus rekreasi disarankan harus ke tempat terbuka, seperti pantai. ‘’Kalau di pantai kan tidak terlalu berkerumun banyak. Di Lombok, banyak pantai-pantai terbuka yang bisa dikunjungi. Karena refreshing juga perlu,’’ terang mantan Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB ini.

Selain itu, sarannya, bagi yang merasa kurang sehat untuk tidak masuk ke tempat wisata tertutup, seperti Desa Wisata Sade, Museum Negeri dan tempat tertutup lainnya. ‘’Kalau pun ada masih menerima wisatawan, harus ada kuota berapa orang per hari. Ini harus dipahami pengunjung. Jadi pengunjung harus pintar-pintar memilih tempat rekreasi dengan menghindari kerumunan,’’ tambahnya.

Bagi pengelola, ujarnya, harus membuat peraturan atau membatasi jumlah wisatawan. Cara  membatasinya seperti apa? Pertama, membuat zona parkir dengan kapasitas tertentu. Kedua, pengelola menyiapkan fasilitas untuk protokol Covid-19, seperti tempat cuci tangan, hand sanitizer dan lainnya. Bagi pengelola yang tidak mematuhi standar Covid-19, ujarnya, pemerintah harus membubarkan kegiatan liburan. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19 semakin meluas.

Sementara Manajer Eksekutif Divisi Taman Narmada Kamarudin, menegaskan kesiapan pihaknya menerapkan protokol kesehatan bagi wisatawan yang datang berkunjung. Pada wisatawan yang akan masuk harus menggunakan masker, mencuci tangan dan tetap menjaga jarak. Hal ini, katanya, penting dilakukan agar Taman Narmada tidak menjadi salah satu sumber penularan Covid-19. (ham)

Share:

Aktivitas Guru Pelosok di Masa Pandemi, Harus Jadi Guling dan Intens Sosialisasikan Standar Protokol Kesehatan

Guru di SMPN 1 Terara Lotim yang langsung datang ke rumah siswa untuk mengajar.

Guru adalah profesi yang mulia dan patut diperhitungkan di semua kondisi terlebih di masa Corona Virus Disease (Covid-19) sekarang ini. Saat pemerintah tidak mengizinkan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, pembelajaran dalam jaringan (daring), luar jaringan (luring) dan guru keliling (guling) menjadi alternatif. Hal ini bertujuan agar penyebaran Covid-19 di kalangan siswa dan guru bisa dicegah. Bahkan, di Lombok Timur (Lotim) ada seorang guru yang rela harus menjadi guling demi kelangsungan pendidikan anak didiknya.

Nyasar mencari rumah siswa tidak sekali dialami oleh guru SMPN 1 Terara Lotim Mursyid Azmy, S.Pd. Saat bertugas mengajar sejumlah siswa di rumahnya, dirinya harus rela nyasar ke lokasi yang cukup jauh dari tujuan. Namun, saat bertugas di lapangan tetap menerapkan protokol kesehatan saat bertugas, seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan cuci tangan.

Sebagai seorang guru yang bertugas langsung di lapangan, dirinya juga tetap menjadi juru bicara pemerintah agar masyarakat khususnya siswa yang dikunjungi tetap mematuhi protokol kesehatan. Siswa yang tidak menjaga jarak, tidak menggunakan masker atau mencuci tangan langsung diberikan nasihat agar tidak mengabaikan standar protokol kesehatan.

Terkadang dirinya sering menemukan siswa di saat belajar bersama atau tidak menjaga jarak di satu kampung dan tidak menggunakan masker langsung diberikan peringatan. Dirinya tidak ingin saat belajar bersama ada siswa dan guru yang tertular Covid-19, karena banyak orang tanpa gejala (OTG) yang bisa menularkan virus ke orang lain.

Untuk itu, semuanya ini dilakoni dengan penuh tanggung jawab, sehingga penyebaran Covid-19 di Lotim tidak semakin bertambah. Hal inilah juga, ujarnya, yang mendasari pihak SMPN 1 Terara dengan jumlah siswa yang lebih dari 1.000 orang memilih menerapkan sistem pembelajaran daring, luring dan guling.

Pada sistem pembelajaran cara daring, ujarnya, siswa dan guru berinteraksi dengan cara virtual, yakni menggunakan aplikasi Zoom, Google Classroom atau yang lainnya. Namun, kendalanya tidak semua siswa dan sekolah memiliki jaringan internet yang memadai.

‘’Terlebih di daerah pelosok, ada siswa punya HP Android, namun kendala di kuota, begitu juga dengan gurunya. Belum lagi jaringannya yang lelet,’’ tutur Guru Bahasa Inggris ini pada Suara NTB, Jumat (23/10/2020).

Namun, pada sistem pembelajaran daring ini tidak semua guru menguasai IT dan tidak semua siswa memiliki fasilitas HP Android/laptop, sehingga tingkat keaktifan siswa hanya 65. Di satu sisi, meski siswa punya fasilitas HP, kuota yang dimiliki siswa tidak cukup. ‘’Siswa punya HP Android jaringan kurang bagus,’’ ujarnya.

Sementara yang kedua, tambahnya, sistem pembelajaran dengan cara luring. Sistem ini diterapkan bagi sekolah dan siswa yang tidak memiliki jaringan internet yang memadai, sehingga guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah pada anak untuk dikerjakan di rumah.

Meski demikian, ujarnya, tidak semua siswa bisa dijangkau dengan sistem pembelajaran daring dan luring ini. Untuk itu, pihak sekolah dan guru harus siap turun langsung ke rumah-rumah siswa memberikan pelajaran agar siswa yang tidak bisa mengakses daring dan luring tidak ketinggalan mata pelajaran.

‘’Pilihan ketiga ini, yakni guling ini termasuk pilihan yang banyak diambil sekolah-sekolah yang tidak siap dengan daring dan luring. Prosesnya seperti belajar kelompok, namun didampingi oleh guru. Guru yang berkeliling mencari kelompok siswa ke kampung-kampung untuk dibimbing dan diberikan materi seperti proses belajar mengajar di kelas,’’ terangnya.

Nantinya, pada sistem belajar guling ini, siswa dan guru akan menumpang belajar di rumah salah satu siswa yang sudah disepakati oleh siswa sendiri. Di sinilah, ujarnya, saat guru turun lapangan, banyak kendala yang dihadapi, terutama saat guru nyasar ke desa lain akibat miskomunikasi siswa dan guru. Belum lagi, ujarnya, saat guru sampai di lokasi yang sudah disepakati, siswa secara sepihak memindahkan lokasi belajar ke tempat lain tanpa ada konfirmasi dengan sekolah.

Selain itu, tambahnya, kendala lainnya jika sekolah yang memiliki jumlah siswa lebih dari 1.000 orang, guling ini menjadi tidak efektif, karena materi pelajaran yang diberikan tidak maksimal. Tidak hanya itu,  secara administratif pihak sekolah kesulitan dalam mengumpulkan data siswa ataupun memberikan informasi kepada siswa secara menyeluruh.

‘’Di guling ini, intensitas pertemuan antara guru dan siswa terbatas hanya 2 kali seminggu, sehingga jika anak memiliki permasalahan dalam proses belajar mengajar agak sulit untuk menanyakan pada guru bina,’’ ujarnya.

Meski demikian, ujarnya, sebagus apapun sistem pembelajaran pada masa pandemi ini para siswa punya kerinduan yang mendalam untuk bersekolah dengan normal seperti biasanya.  ‘’Tak jarang terdengar pertanyaan mereka,  kapan kita mulai sekolah pak? Pertanyaan ini muncul ketika proses BDR( belajar di rumah) atau guling sedang berlangsung.  Sebagai seorang guru saya juga berharap pandemi ini cepat berlalu agar siswa siswi bisa belajar normal seperti sedia kala di bawah bimbingan para guru di sekolah,’’ harapnya. (ham)

Share:

Friday 28 August 2020

Menko PMK Kampanyekan Gerakan Pakai Masker Lewat Khutbah Jumat di NTB

Menko PMK Muhadjir Effendy jadi Khatib Shalat Jumat di Masjid Agung Lombok Tengah, Jumat (28/8/2020)
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy menjadi khatib pada salat Jumat di Masjid Agung Praya, Jumat 28 Agustus 2020. Dalam khotbahnya tersebut, Muhadjir meminta masyarakat menaati protokol kesehatan. "Jika kita menerapkan protokol kesehatan dengan tulus, ikhlas, apa lagi dengan niatan untuk menyelamatkan nyawa kita dan orang lain, insya Allah itu akan bernilai pahala," ungkapnya.

Pentingnya menjalankan protokol kesehatan ini disampaikan oleh menteri PMK dengan menceritakan sebuah kisah salah satu nabi yaitu cerita nabi Ibrahim yang akan mengorbankan nyawa anaknya yakni Ismail demi mengikuti perintah Allah. Dalam risalah tersebut, sesaat nabi Ismail, lanjutnya diganti dengan seekor domba dan akhirnya bukan Ismail yang disembelih, melainkan domba tersebut.

Ia menyampaikan kepada masyarakat bahwa dalam kisah ini, betapa berharganya nyawa manusia, sehingga kita sebagai umat yang taat kepada Allah senantiasa diperintahkan untuk menjaga sesama. "Satu hal yang kita petik, bahwa nyawa manusia tidak boleh dikorbankan dengan alasan apapun," tegasnya.

Protokol kesehatan ini, lanjutannya, adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penularan COVID-19 yang sedang melanda dunia khususnya di Indonesia ini, dengan menerapkan protokol kesehatan, artinya masyarakat turut serta dalam pencegahan penularan COVID-19 ini. Oleh sebab itu, Muhadjir mengajak masyarakat untuk kesekian kalinya menaati protokol kesehatan demi kemaslahatan bersama. "Marilah kita perangi Covid ini dengan menerapkan protokol kesehatan, dimanapun kita berada," ajaknya.

Di akhir khotbahnya ia meminta masyarakat untuk senantiasa berusaha menjaga kesehatan berdoa agar Pandemi COVID-19 ini segera berakhir agar kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia kembali pulih seperti biasanya. "Mari kita terus berdoa agar tetap dalam lindungan Allah agar kita tetapbisa melakukan ibadah di masjid kita tercinta ini," tutupnya. (Humas NTB)
Share:

Tuesday 25 August 2020

Mau Lihat Peninggalan Islam Wetu Telu, Mari Datangi Masjid Raudatul Muslimin Dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong

Penghulu dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong Tengah menunjukkan naskah Khutbah Jumat yang ditulis pakai tangan di Masjid Raudhatul Muslimin, Minggu (23 Agustus 2020)
Masjid Raudatul Muslimin yang terletak di Dusun Telaga Lebur Kebon, Desa Sekotong Tengah merupakan salah satu masjid tertua di Kecamatan Sekotong, Lombok Barat (Lobar). Konon masjid yang berdiri sejak penganut wetu telu (islam waku telu) ini memiliki sejarah.

Hal ini dibuktikan dengan benda-benda peninggalan yang masih disimpan rapi di masjid itu berupa bong (kendi) dan Al-Qur'an serta khutbah tulis tangan. Masjid itu kini dibangun oleh warga setempat. Namun masyarakat tetap mempertahankan dan menjaga benda-benda peninggalan di masjid tersebut. H. Abdul Hamid, penghulu dusun setempat saat acara peletakan batu pertama pembangunan masjid berukuran 17x20 m2 tersebut, Minggu (23 Agustus 2020), menunjukkan bukti benda-benda peninggalan tersebut.

Dia menceritakan sejarah masa lampau napak tilas penyebaran Islam Wetu Telu di daerah itu dengan gamblang. Mantan sekretaris desa ini menceritakan penggalan cerita yang diperoleh dari almarhum orang tuanya, sepuh dan ulama (tuan guru). Dulu, di daerah Sekotong (dulu mencakup Lembar), ada masjid bagi kaum (penganut) Islam waktu lima.

Lalu kedua, masjid di dusun Telaga Lebur ini di mana saat itu masyarakat menganut Islam wetu telu. Kaum yang datang beribadah ke masjid ini dari seluruh daerah Sekotong. Warga saat itu pun hanya datang beribadah dua kali setahun, yakni di saat hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha.

Sedangkan ibadah lain tidak ada. Ibadah pun dilakukan hanya oleh orang disebut kiyai di zaman itu. Sedangkan di luar itu (warga biasa) tidak ikut shalat. Ia pun bertanya kepada kakeknya ketika itu, kenapa disebut wetu telu?.

 Menurut penjelasan kakeknya bernama Papuq Darsiah yang menjadi penghulu saat itu, bahwa ibadah shalat yang dilakukan hanya tiga waktu, yakni Subuh, Zuhur dan Isya. “Makanya disebut saat itu Islam tahun wetu telu (tiga waktu),” beber dia. Konon pada waktu itu, warga bernama Amak Beleq mengajak warga lain di daerah itu membangun masjid dengan ukuran 8x8 m2.

Setelah jadi masjid ini, dibawakanlah Al-Qur'an ditulis tangan dengan menaiki sampan dari pelabuhan Carik Desa Anyar, Kecamatan Bayan, KLU dan turun di Tanjung Batu (Sekotong). Al-Qur'an itu pun ditaruh di masjid wetu telu di dusun (dulu disebut pegubukan) Telaga Lebur tersebut. “Ini bukti fisik (Al-Qur'an) tulis tangan itu, sampai saat ini kami simpan bagus,” tutur dia sambil menunjukkan ke hadirin.

Seiring waktu masjid itu pun sudah mengalami tiga kali rehab dengan ukuran yang tetap. Namun mengingat kondisi saat ini, warga semakin bertambah maka dibangunlah masjid ini lebih lebar. Selain Al-Qur'an tulis tangan, ada juga peninggalan benda berupa bong (kendi). Orang tuanya sendiri tidak tahu kalau bong ini dibawa dari Bayan. Namun Ia mendapatkan cerita dari seorang ulama (tuan guru) sekitar tahun 1980 silam.

Di saat itu, bong ini memiliki keanehan karena di saat almarhum orang tuanya mengambil air di sungai menggunakan kuali untuk mengisi kendi itu. Justru disaat diisi air banyakpun tidak bisa penuh. “Sekali tumpah empat kuali, dari jam 12 siang sampai jam 5 sore diisi tapi tidak bisa penuh bong ini, itu cerita dari almarhum bapak dan paman saya,”ujar dia.

Selain cerita zaman dulu tentang bong yang dinilai ajaib, bong ini juga sampai saat ini tidak bisa lumutan. Tidak seperti kendi pada umumnya, jika ditaruh dan diisi air selama sekian bulan saja pasti berlumut. Selain bong, ada juga khutbah panjang bertulis tangan.

Khutbah ini terdiri dari khutbah Jumat dan hari raya haji. Ia dipesan oleh almarhum kakeknya, kalau khutbah ini tidak boleh dibaca sembarangan. Namun dibaca saat ada penyakit. “Saya pun kemarin baru membacanya, karena saat ini terjadi corona,” imbuh dia.

Selain itu kiyai sepuh di Sekotong ini juga menuturkan asal muasal warga Dusun Telaga Lebur pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahui hal ini. Asal usul nenek moyang warga dusun itu dari Bayan- KLU. Konon ceritanya, dulu ada warga bernama Amaq Beleq (warga Bayan), pergi ke daerah Sekotong. Lalu Amaq Beleq ini yang beranak pinak sehingga warga pun semakin banyak tinggal di daerah itu.

 Bukti keberadaan amaq Beleq ini pun dibuktikan dengan adanya makam di pemakaman umum setempat. Ukuran makamnya tak seperti warga pada umumnya, karena ukurannya yang cukup luas. “Karena itu disebut amaq Beleq (besar red),” terang dia. Lalu dari sisi budaya dan bahasa, warga dusun Telaga Lebur ini sama dengan Bayan.

Uniknya, warga setempat menyebut utara disebut selatan sedangkan selatan disebut utara. “Ini aneh, dan ini satu-satunya di Lombok, bahasa ini lah dibawa dari Bayan,” jelas dia. (Heruzzubaidi/Lombok Barat)
Share:

Wednesday 1 July 2020

Saat Pandemi Corona, Desa Wisata Danger Masbagik Lombok Timur Diserbu Wisatawan Lokal


 
Sejumlah wisatawan berkunjung ke objek di desa wisata. Para pengelola desa wisata menyambuut baik dibukanya kembali destinasi-destinasi wisata oleh Pemda Lotim di tengah pandemi Covid-19, Minggu (28/6/2020).
Saat ini desa wisata menjadi salah satu penopang perekonomian dan sumber Pendapatan Asli Desa (PADes). Apalagi di Kabupaten Lombok Timur (Lotim)  terdapat puluhan desa wisata. Sehingga tak heran ketika diizinkannya masyarakat berwisata di tengah pandemi Covid-19, menjadi angin segar bagi para desa yang memiliki tempat wisata dan siap menyambut kedatangan wisatawan.

Seperti yang  terlihat di Desa Danger, Kecamatan Masbagik yang merupakan salah satu desa yang memiliki tempat wisata buatan di Kabupaten Lotim. Jumlah kunjungan wisatawan lokal ke Danger Village Waterpark (DC Waterpark) sejak tanggal 20 Juni mulai membludak setelah vakum hampir empat bulan akibat Covid-19.

"Alhamudulillah, kita dari desa sangat menyambut baik dan betul-betul mengapresiasi kebijakan Pemda Lotim yang sudah memberikan izin untuk dibuka lagi tempat wisata atau rekreasi bagi masyarakat,"terang Kades Danger, Kaspul Hadi, Minggu (28/6/2020).

Diakuinya bahwa, pihaknya tetap menerapkan protokol kesehatan bagi pengunjung dan petugas. Misalnya bagi pengunjung diharuskan memakai masker dan sebelum memasuki areal DV Waterpark diwajibkan untuk menjalani pemeriksaan suhu tubuh oleh petugas serta menyediakan tempat cuci tangan. "Intinya kita terapkan apa yang disarankan dalam protokol kesehatan Covid-19. Bila ada yang tidak mengindahkan, tidak diizinkan masuk,"ungkapnya.

Termasuk untuk waktu kunjungan dilakukan pembatasan yaitu setiap harinya hingga pukul 16:30 Wita serta menguras air kolam yang terdapat di dalamnya untuk menjamin kesehatan dari pengunjung.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Lotim, Dr. M. Mugni mengatakan, pembukaan seluruh destinasi wisata di Kabupaten Lotim atas koordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB. Pembukaan destinasi inipun sudah ada standar khusus, seperti penerapan wajib masker bagi objek-objek wisata yang memiliki tiket masuk. Bahkan di tempat-tempat wisata, diharuskan untuk tetap cuci tangan dengan menggunakan produk lokal. Upaya ini dilakukan supaya pengrajin-pengrajin gerabah mendapat azas manfaatnya. (Yoni Ariadi/Suara NTB Lombok Timur)
Share:

Wednesday 10 June 2020

Kota Mataram - NTB, Masuk Lima Besar Insiden Covid-19 Tertinggi Nasional.

Wagub NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah memberikan keterangan mengenai penanganan Covid-19 di Pendopo Wagub NTB, Rabu (10/6/2020)
Berdasarkan data yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) saat rakor virtual bersama Presiden Ir. H. Joko Widodo dan para gubernur se-Indonesia, Rabu (10/06/2020), Kota Mataram- NTB masuk 5 besar nasional sebagai daerah dengan risiko tinggi dalam  insiden atau kasus penyebaran Covid 19. Jumlah kasus Covid-19 per 100.000 penduduk berdasarkan kabupaten kota menempatkan top 5 kabupaten kota dengan insiden kasus tertinggi nasional sebagai berikut:

1. Jakarta Pusat (149.2 per 100.000 jumlah penduduk)
2. Kota Jayapura (108 per 100.000 jumlah penduduk)
3. Kota Surabaya (107.6 per 100.000 jumlah penduduk)
4. Kota Banjarmasin (94.5 per 100.000 jumlah penduduk)
5. Kota Mataram (20,10 per 100.000 jumlah penduduk).

Sedangkan pada tingkat Provinsi NTB, Mataram berada pada peringkat pertama sebagai kota yang paling banyak terkonfirmasi positif Covid-19. Rilis data dari tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 tingkap provinsi sampai pada 9 Juni 2020 menyebutkan bahwa jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 333 orang, sembuh 176 orang. Sedangkan yang masih positif sebanyak 142 orang. Sementara yang meninggal 18 orang. 

Presiden RI, Ir. Joko widodo  menyampaikan atensi khusus terhadap kabupaten/kota yang memiliki peningkatan kasus Covid-19. Apalagi daerah-daerah dengan kasus kematian yang terus bertambah. Perhatian dan peringatan harus diperkuat guna meningkatkan kewaspadaan serta mengikuti protokol kesehatan yang diterapkan.

"Setiap hari harus diberi peringatan kepada daerah-daerah dengan kasus covid-19 atau kematian meningkat. Sehingga semua daerah memiliki kewaspadaan yang sama dalam upaya penanganan di lapangan," tegas Presiden Jokowi saat memimpin rakor percepatan penanganan Covid-19 melalui video conference bersama gubernur se-Indonesia.

Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur NTB, Hj. Sitti Rohmi Djalilah meminta kepada masyarakat NTB agar tetap mengikuti protokol kesehatan guna mencegah dan menurunkan kasus Covid-19, terutama bagi warga Kota Mataram. Karena itu, pemerintah provinsi akan melakukan koordinasi yang intensif kepada Pemerintah Kota Mataram untuk mensosialisasikan protokol kesehatan yang masif kepada masyarakat.

"Kita akan langsung turun ke lapangan terutama di tempat-tempat keramaian, semua protokol kesehatan akan kita perkuat kembali seperti jaga jarak, pakai masker dan lain-lain," ungkapnya usai mengikuti rapat bersama presiden di ruang kerjanya.

Ummi Rohmi panggilan akrab Wagub NTB tersebut, meminta bantuan kepada pihak TNI, Polri, Pol PP untuk meningkatkan jumlah personel di setiap pos-pos penjagaan sekaligus mengedukasi masyarakat betapa pentingnya protokol kesehatan. Juga mengimbau masyarakat tetap pakai masker, jaga jarak serta protokol Covid-19 lainnya.  Sinergitas antara semua pihak juga menjadi faktor penting untuk mempercepat penanganan  penyebaran Covid-19 di NTB terutama di Kota Mataram.

"Untuk itu, setelah Kota Mataram masuk dalam 10 besar dengan kasus tertinggi di nasional.  Diharapkan kewaspadaan kita terhada Covid-19 ini semakin tinggi. Sehingga sosialiasi untuk mengedukasi masyarakat harus terus digencarkan," tegas Ummi Rohmi. (Diskominfotikntb)
Share:

Wednesday 3 June 2020

Kuatkan Sosialisasi dan Edukasi Covid-19, Bakohumas NTB Rapatkan Barisan

Rapat Bakohumas NTB untuk menguatkan sosialisasi dan edukasi Covid-19 di Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB, Selasa, 2 Juni 2020. (dokumentasi Humas NTB)
Kelancaran arus informasi dalam masa pandemi Covid-19 sangat mungkin dilakukan jika tidak ada lagi kesenjangan informasi antarinstansi pemerintah dan lembaga. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan koordinasi dan kerja sama serta perlu dikembangkan dan diberdayakan tugas dan fungsinya untuk menjalankan peran  koordinasi, integrasi, sinergi dan sinkronisasi antarunit kerja bidang hubungan masyarakat pemerintahan.

Untuk itu, Pemerintah Provinsi NTB menginisiasi rapat Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) dengan seluruh tenaga operator/admin perangkat daerah dan instansi vertikal bertempat di Gedung Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB, Selasa, 2 Juni 2020.

Rapat kali ini merintis sekaligus bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan koordinasi penanganan pencegahan penyebaran Covid-19 di Provinsi NTB dengan publikasi informasi dan konten melalui media daring, media luring dan berbagai lini penyebaran informasi lainnya.

Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi NTB, H. Drs. Lalu Gita Ariadi, M.Si menyambut baik kegiatan ini. Ia sangat mendukung jika seluruh Humas, OPD dan Forkopimda bekerja sama dan sejalan dalam memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengatasi Covid-19 kali ini.

"Mudah-mudahan kita Bakohumas bisa membuat SOP-SOP tata kehidupan terkait new normal dan menampilkan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dibuat dalam satu video yang menarik," jelas mantan Kabag Humas dan Protokol pada Biro Umum Setda NTB ini.

Dalam dunia pers, sebuah informasi apabila disampaikan secara sistematis dan terus menerus akan dianggap sebagai kebenaran. Maka Bakohumas harus terus berkonsolidasi agar secara sistematis dan masif dalam menghadapi masalah Covid-19 ini.

"Kita akan bertempur dengan Covid-19 hingga vaksin ditemukan. Namanya bertempur tentu ada batas kekuatan, jika kita kalah dengan pertempuran maka ekonomi melemah dan akan berdampak pada lainnya," tambahnya.

Lalu Gita kemudian mengingatkan untuk selalu menjaga kesehatan, menjaga diri, menjaga keluarga serta lingkungan masing-masing. "Semoga Allah memberikan perlindungan dan pertolongan bagi kita semua. Sehingga cahaya di ujung terowongan segera kita saksikan bersama," tutupnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTB, Najamuddin Amy, S. Sos, MM. Menurut pria yang akrab disapa Bang Najam tersebut, sangat penting bagi seluruh elemen pemerintah untuk menyamakan persepsi sehingga penyampaian informasi dan publikasi dapat berjalan searah.

"Tidak ada satu kekuatan pun di kita ini, yang tanpa kolaborasi, tanpa kerjasama, tanpa sinergi itu bisa kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, siapapun dia, lembaga apapun dia," ucapnya.

Oleh karena itu, Bang Najam mengajak agar semua OPD dan elemen pemerintah bergerak dan saling merangkul satu sama lain dalam memberikan edukasi kepada masyarakat. Program unggulan dan ikhtiar pemerintah pun diminta agar mampu disajikan dengan konten menarik dan juga kreatif.

"Kita bertemu supaya kita memiliki visi dan misi yang sama, kita memiliki persepsi yang sama, bagaimana supaya masyarakat ini bisa diedukasi, bisa dipublikasikan konten dan produksi terbaik kita," ungkap Bang Najam.

Sementara itu Kapenrem 162/WB Mayor Inf Dahlan, S.Sos mengatakan, setiap informasi yang tidak menguntungkan pemerintah harus diberikan penyeimbangan informasi untuk melawan isu yang berkembang. Pola ini bisa dilakukan secara kolektif dan kolaboratif dengan Humas yang ada di masing masing lembaga dan OPD.

Kasi Penkum dan Humas Kejati NTB Dedi Irawan,SH, MH mengatakan sinergitas semua pihak memang menjadi kunci utama untuk memberikan informasi yang benar kepada masyarakat. "Saya mengajak kita semua untuk memviralkan hal-hal yang baik terkait penanganan Covid ini," ajaknya. (Humas NTB)
Share:

Tuesday 2 June 2020

Hj. Niken Saptarini Widyawati Serahkan Masker Khusus Anak di Puskesmas Cakranegara


Ketua TP PKK NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah menyerahkan masker khusus anak di Puskesmas Cakranegara, Selasa (2/6/2020). 
Jumlah pasien anak yang dinyatakan positif Covid-19 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) cukup tinggi. Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB, transmisi lokal menyebabkan sekitar 87 anak sudah positif Covid-19 di daerah ini.

Kasus anak positif Covid-19 di NTB cukup besar secara nasional. Bahkan tertinggi kedua di Indonesia, setelah Provinsi Jawa Timur (Jatim).

Ikhtiar dalam rangka mengedukasi warga terus dilakukan Pemerintah Provinsi NTB demi mengantisipasi dan mengurangi angka penderita Covid-19 di NTB, khususnya kasus yang diderita anak - anak.
Kegiatan pembagian masker pada anak di Pasar Kebon Roek dan Puskesmas Cakranegara dikawal Satpol PP NTB.

Setelah membagi-bagikan masker di pasar Kebon Roek Selasa (2/6/2020) pagi,  Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTB, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah bersama DP3AP2KB Provinsi NTB selanjutnya menyerahkan bantuan masker khusus untuk anak-anak di Puskesmas Cakranegara, Kota Mataram.

Hj. Niken dalam sambutan singkatnya mengingatkan bahwa anak-anak adalah kelompok rentan terkena Covid-19, namun kerap terlupakan dalam mengantisipasinya. Karena itulah ia mengajak orang tua dan semua pihak untuk melindungi anak-anak dari Covid-19 dengan memberinya masker saat aktivitas di luar rumah.

"Anak-anak adalah amanah. Dan anak-anak kita di NTB saat ini butuh perhatian lebih. Karena mereka termasuk yang rentan, namun kita lupa" ujar Bunda Niken sapaan akrabnya.

Ia menuturkan, isaat mengunjungi pasar Kebon Roek, Selasa (2/6) pagi,  semua orang dewasa sudah menggunakan masker, namun tidak dengan anak - anak. "Mudah-mudahan kita bisa sadar dan mulai melindungi anak-anak kita dengan masker" lanjutnya.
Ketua TP PKK NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah memakaikan masker pada beberapa anak
Pada kesempatan tersebut Hj. Niken juga berharap dengan adanya gerakan masker untuk anak dapat menyadarkan kalangan dewasa untuk segera memberikan perlindungan masker kepada anak-anak.

"Jumlah anak - anak di NTB ada sekitar 1,8 juta, dan dengan adanya gerakan ini, kita harus bisa sadar dan memberikan perlindungan yang sudah merupakan hak mereka." jelas Hj. Niken.

Ia mengatakan, jika sekolah sudah mulai berjalan nantinya, sebaiknya semua anak-anak sudah harus menggunakan masker di lingkungan sekolah untuk memproteksi mereka dari potensi tertular Covid-19.

Di akhir sambutannya, Hj. Niken berharap agar Puskesmas dapat meningkatkan perannya dalam memberikan edukasi pentingnya menggunakan masker bagi anak dan masyarakat.

" Peran Puskesmas sangat penting sebagai sarana masyarakat mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan. Alhamdulillah Puskesmas sudah memberikan hal itu kepada masyarakat, dan hari ini kami memulai gerakan masker untuk anak" tuturnya.

"Kami titipkan masker untuk anak dan untuk relawan yang nantinya akan membagikan kepada anak-anak di luar, agar anak-anak di pelosok juga bisa mendapatkan masker gratis ini untuk anak. Terima kasih kepada semua pihak. Insya Allah NTB bisa menjaga amanah anak ini dengan baik,"tutupnya

Kegiatan diakhiri dengan pemasangan masker secara simbolis. (Humas NTB)
Share:

Monday 13 April 2020

Usaha Masker, Yang Untung Selama Pandemi Corona


Seorang penjahit di Rumah Produksi Sasambo Bumi Gora Lombok Barat sedang membuat masker berbahan baku kain.
Ada usaha yang tetap bisa bertahan dan bahkan omsetnya meningkat oleh mewabahnya virus Corona atau Covid-19. Tak membutuhkan modal besar, tidak sedikit orang yang bisa memanfaatkan peluang dan mendapatkan keuntungan. Adalah kerajinan rumahan yang memproduksi masker, mampu memanfaatkan kesempatan di tengah kondisi terbatasnya masker yang biasa dijual di apotek-apotek.

Pandemi virus Corona mewabah ke seluruh dunia. Dampak negatifnya telah meluas. Hampir seluruh sektor terpukul. Imbasnya, tidak sedikit warga kehilangan pekerjaan. Sudah banyak pekerja swasta terpaksa dirumahkan dan bahkan di PHK. Kondisi ini tentu berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat.

Bagi yang bisa membaca peluang, kondisi sekarang ini justru bisa membuat usaha berjalan dan eksis. Karyawan yang sebelumnya tidak mendapatkan penghasilan, justru tetap bisa menghidupi keluarganya.

Seperti IKM Sasambo Bumi Gora di Perumahan Bale Lumbung, Labuapi, Lombok Barat. Selama ini, mereka memproduksi berbagai macam motif batik khas NTB, seperti batik Sasambo. Saat Corona mulai mewabah, berdampak pada pesanan hingga pembelian produk oleh wisatawan.

Di tengah kondisi sulit, perajin batik khas NTB ini tidak kehilangan inspirasi. Mereka menyikapi kondisi tingginya kebutuhan masker sebagai salah satu Alat Pelindung Diri (APD), sebagai sebuah peluang. Bak gayung bersambut. Pemprov NTB pun meminta disediakan 3.000 masker. Permintaan masker tidak saja datang dari Pemprov NTB. Permintaan masker untuk dijual kembali juga meningkat signifikan. Setidaknya 15 karyawan yang sebelumnya dirumahkan, kembali dipekerjakan untuk membuat pesanan masker dalam jumlah besar.

Menurut pengelola Rumah Produksi Sasambo Bumi Gora L. Darmawan, saat dampak Corona terasa di NTB ada 15 karyawan yang dirumahkan sementara, karena tidak lagi memproduksi batik Sasambo. ‘’Namun, kalau ada rezeki, kita bagi pangan ke karyawan-karyawan ini,”  tuturnya pada Ekbis NTB, Sabtu (11/4/2020).

Saat Ekbis NTB berkunjung ke rumah produksi yang sementara ini dijadikan sentra produksi masker. Ada beberapa pekerja tengah bekerja. Mereka membuat beberapa jenis masker, seperti masker biasa, masker medis, masker aroma terapi hingga masker lapis. Ada juga masker bertulis Lombok yang dikembangkan bersama salah satu rekannya sesama produsen masker. ‘’Standar maskernya sesuai standar yang direkomendasi pemerintah daerah. Se tingkat di bawah masker medis,’’ ujarnya.

Saat ini, katanya, ada puluhan penjahit dilibatkan untuk pembuatan masker. Di mana, bahan dan standar pembuatan masker, tetap menggunakan acuan yang sama. Bahkan, rumah produksi ini menggunakan mesin konveksi berskala besar. Termasuk menggunakan mesin potong kain, sehingga proses pembuatan masker relatif cepat.

Diakuinya, produksi masker pesanan pemerintah daerah sedang dipercepat. Karena saat ini masyarakat sangat butuh masker untuk meminimalisir penularan virus Corona. Sementara, masker yang tersedia di apotek dan ritel-ritel modern sudah tak lagi ditemukan.

Ada salah satu masker yang unik dibuat sentra produksi ini adalah masker aroma terapi. Di bagian moncong masker, dibuatkan semacam kantong kecil seukuran sachet teh. Kantong inilah yang dijadikan tempat bagi isi ulang aroma terapinya.

Ketika pengguna masker ini  menghirup udara. Otomatis, udara yang dihirup akan beraroma. Sesuai aroma selera pengguna. Beberapa aroma yang ditawarkan adalah aroma kopi, serai, daun jeruk, adas, dan puluhan aroma pilihan lainnya.

‘’Masker aroma terapi ini peminatnya banyak. Lebih nyaman bagi pengguna. Aroma bisa diganti-ganti tanpa mengganti masker. 1 refill isi ulang aroma terapi kita hargai Rp1.000.  Refill-nya juga kita yang produksi,’’ kata L. Darmawan.  

Dengan masker aroma ini, menurut L. Darmawan, pengguna yang tadinya asing dengan masker, merasa akan lebih nyaman dan lebih betah menggunakan masker. Sehingga tujuan pencegahan penularan virus yang diharapkan tercapai.

Selain itu, L. Darmawan juga tetap mengharapkan agar bahan baku pembuatan masker tak mengalami kenaikan. Ia berharap pemerintah bisa mengawasi tata kelolanya. Sehingga bahan baku masker tetap tersedia di pasaran dengan harga normal.

Kemudian di Kota Mataram, sejumlah penyandang disabilitas di bawah bimbingan Lombok Disability Center Endris Foundation, juga berkreasi membuat masker dari kain. Bahkan, masker yang dibuat penyandang disabilitas ini sudah disalurkan secara gratis pada warga yang membutuhkan. 

Ketua Endris Foundation Endri Susanto menjelaskan, pembuatan masker ini bertujuan untuk mengantisipasi peyebaran virus Corona atau Covid- 19 melalui udara. ‘’Secara ekonomi kita ingin program atau project ini ditiru oleh semua penjahit di seluruh Indonesia untuk membuat masker yang dapat dikerjakan di dalam ruangan atau rumah tanpa harus berinteraksi dengan dunia luar,’’ ujarnya.

Nantinya, masker yang dibuat ini dapat digunakan untuk diri sendiri, keluarga bahkan dapat menjadi penunjang peningkatan ekonomi tanpa harus berpikir takut beraktivitas di luar. Apalagi, hasil pembuatan masker dapat dijual, karena saat ini banyak masyarakat yang membutuhkan masker. Sementara di satu sisi masker menjadi barang langka pascawabah virus Corona.

Dalam membuat masker ujarnya, pihaknya melibatkan penjahit-penjahit disabilitas untuk. Selain dapat meningkatkan ekonomi mereka, juga menjadi salah satu solusi untuk membantu masyarakat dalam mempermudah mendapatkan masker.
 
Warga binaan Rutan Praya sedang menjahit masker untuk keperluan warga binaan dan pegawai Rutan Praya, Sabtu (11/4/2020)
Di Lombok Tengah (Loteng), sejumlah warga binaan Rumah Tahanan Negara (Rutan) kelas IIB Praya juga tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi mendukung pemerintah mengatasi kelangkaan masker di tengah-tengah pandemi Covid-19. Mereka membuat masker dari bahan kain dengan skala terbatas, yakni untuk memenuhi kebutuhan masker bagi warga binaan lainnya. Sehingga penyebaran virus Corona di dalam Rutan Praya bisa dicegah.

Bermodalkan dua mesin jahit, enam warga binana Rutan Praya blok wanita silih berganti menjahit masker kain sejak sepekan terakhir. “Sebagian masker hasil tangan warga binaan ini ada yang digunakan oleh warga binaan lainnya. Ada juga yang digunakan oleh para pegawai Rutan Praya,” sebut Kepala Rutan Praya, Jumasih, kepada Ekbis NTB, Sabtu (11/4/2020).

Jumasih mengatakan, dalam sehari warga binaan Rutan Praya blok wanita bisa menghasilkan antara 50 sampai 60 buah masker. Itu pun karena kendala keterbatasan bahan (kain). Jika bahannya banyak, ungkapnya, warga binaan bisa lebih banyak membuat masker. “Tapi karena sementara ini untuk digunakan di sekitar lingkungan Rutan Praya jadi belum bisa buat secara massal. Masih dalam skala terbatas,” terangnya.

Sejumlah pekerja di Desa Selagik Kecamatan Terara Lombok Timur sedang membuat pesanan masker kain. 
Di Lombok Timur (Lotim), penjahit dan IKM konveksi di Desa Selagik Kecamatan Terara Lotim mampu menyediakan 1.000 buah masker per hari. Menurut Kepala Desa Selagik, Kecamatan Terara, Hamdan Firdaus, A.Md, saat ini sudah 20 ribu masker percobaan yang sudah dituntaskan dalam kurun waktu 1 minggu. Itupun berhasil dilakukan menyusul pesanan masker dari Pemda Lotim sebanyak 500 ribu ditambah kepala desa di Lotim masing-masing 1.000 buah.

Untuk merealisasikan pesanan masker ini, Hamdan Firdaus mengatakan jika pemerintah desa memberdayakan seluruh masyarakat setempat terutama yang memiliki mesin jahit maupun yang memiliki keterampilan menjahit. Maka dari itu, dipastikannya bahwa kualitas masker yang diproduksi dari Desa Selagik, cukup aman digunakan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Diakuinya, pemesanan masker ini merupakan angin segar bagi masyarakatnya. Selain melakukan edukasi dan penanganan terhadap Covid-19. Masyarakat yang dianjurkan harus diam di dalam rumah memiliki aktivitas yang dapat menguntungkan bagi masyarakat. Maka dari itu, pihak terus mendorong supaya masyarakat tetap menjaga ketersediaan bahan dan kepercayaan dari konsumen. (Bulkaini/Munakir/Yoni Ariadi/Ekbis NTB)
Share:

Friday 27 March 2020

Pimpinan BAZNAS NTB Periode 2020-2025 Dilantik Gubernur H. Zulkieflimansyah

Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah melantik pimpinan BAZNAS NTB periode 2020-2025, Jumat (25 Maret 2020)
Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, S.E., M.Sc mengambil sumpah dan melantik pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi NTB untuk masa bakti 2020-2025 di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB, Jumat 27 Maret 2020.

Lima pimpinan yang dilantik tersebut antara lain, Drs. TGH. Munajib Kholid, Dr. TGH. Muhammad Said, Abdul Hakim, H. L. Pattimura Farhan, Drs. H. Maad Umar.

Mengawali sambutannya, Gubernur menyampaikan bahwa saat ini NTB dalam situasi yang tidak biasa, karena pandemi dari virus Corona belum berakhir. Oleh karena itu tugas BAZNAS  berbeda dari sebelum-sebelumnya karena akan menjadi salah satu garda terdepan dalam berinteraksi dengan masyarakat di NTB terkait upaya pencegahan virus Corona.

Gubernur berharap dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, para pengurus mampu membesarkan BAZNAS NTB, sehingga ke depan tidak hanya mengumpulkan zakat dan sedekah tapi mampu mengembangkan BAZNAS yang sifatnya produktif.

"BAZNAS kita salah satu yang terbaik di Indonesia, kesinambungan pekerjaannya harus terus ada. Sehingga ini akan menjadi estafet yang bagus di masa yang akan datang," tuturnya.

Di akhir sambutannya, Gubernur mengucapkan selamat kepada lima orang pimpinan yang telah dilantik. Gubernur yakin bahwa BAZNAS mampu bekerja dengan maksimal. Terlebih dengan potensi dari umat Islam yang luar biasa, maka BAZNAS mampu menjadi garda terdepan untuk penanganu virus corona dan kemiskinan di NTB.

"Selamat kepada yang telah dilantik, pekerjaan ini sangat berat dan betul-betul dipertanggungjawabkan bukan hanya di masyarakat tetapi juga dihadapan Allah SWT. Mari bersinergi," tutupnya. (Marham/Humas NTB)
Share:

Antisipasi Penyebaran Corona, Pasar Tradisional di Kota Mataram Disemprot Disinfektan

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah memberikan arahan sebelum penyemprotan pasar tradisional di KOta Mataram, Jumat (27/3/2020)
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB), salah satunya dengan melakukan penyemprotan cairan disinfektan di fasilitas publik dan tempat-tempat keramaian. Jumat (27/03/2020) hari ini, pemerintah provinsi bersama Pemerintah Kota Mataram, TNI, Polri dan relawan bersinergi melakukan penyemprotan disinfektan di tiga lokasi yakni Pasar Cakranegara, Pasar Pagesangan dan Pasar Karang Jasi.

Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah yang juga hadir pada kegiatan tersebut mengatakan bahwa pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah akan lebih maksimal jika masyarakat ikut berpartisipasi dengan tetap mengikuti aturan yang ada.

"Yang paling utama adalah waspada, hati-hati, karena virus Corona itu telah berada di sekitar kita. Oleh karena itu, penyemprotan disinfektan ini sangat diperlukan," terang Gubernur.

Yang menjadi penekanan Gubernur adalah bagaimana masyarakat tidak cemas dan takut berlebihan terhadap pandemi ini. Namun, ia tetap meminta masyarakat untuk waspada dan menjalani hidup dengan penuh kebersihan.

"Jangan sampai masyarakat menjadi sakit justru karena katakutan dan kekhawatiran yang berlebihan," tuturnya.

Bang Zul, sapaan akrabnya menyampaikan apresiasi kepada seluruh petugas dan relawan yang ikut dalam kegiatan penyemprotan ini. Ia berharap masyarakat menyadari betapa pentingnya menjaga kebersihan.

"Kepada masyarakat agar tetap waspada, hati-hati, di sisi yang lain, kita juga harus menyadarkan masyarakat agar tidak cemas, tidak takut, dan tetap menjaga kebugaran tubuh," imbau Bang Zul.
Penyemprotan pasar tradisional di Kota Mataram, Jumat (27/3/2020)
Sementara itu Asisten I Setda Kota Mataram, Lalu Martawang mengatakan bahwa kegiatan penyemprotan dan sosialisasi ini dilakukan agar masyarakat terhindar dari virus Corona. Ia meminta masyarakat untuk menaati imbauan pemerintah agar terhindar dari pandemi ini.

"Mari masyarakat, kita berjuang untuk melawan COVID-19 ini, tetap jaga jarak (phsycal distancing). Ini penting karena kita ingin kehidupan kita berlanjut," kata Lalu Martawang.

Ia berharap Kota Mataram dapat menjadi pionir dalam pencegahan wabah virus Corona ini.

Kegiatan penyemprotan ini dilaksanakan oleh 12 orang petugas inti yang dibagi menjadi tiga tim. Penyemprotan menyisir seluruh kios yang berada di pasar-pasar tersebut.

Salah seorang warga Mayura, Cakranegara, Komang Suartana mengatakan bahwa kegiatan ini sangat diperlukan oleh masyarakat untuk mencegah penyebaran virus Corona di wilayah pasar Cakranegara. Dengan begitu, perekonomian yang ada di tempat ini dapat berjalan lancar.

"Kami mengucapkan terimakasih kepada pemerintah karena telah diperhatikan seperti ini, kami berharap wabah ini segera berakhir agar perekonomian kembali normal," tutur Komang. (Humas NTB)
Share:

Langka, Penyandang Disabilitas di Lombok Buat Masker

Kalangan disabilitas di Kota Mataram membuat masker dari kain. Masker dari kain bisa menjadi solusi bagi masyarakat di tengah langkanya masker di pasaran

Di tengah kelangkaan masker di pasaran akibat mewabahnya virus corona tidak membuat penyandang disabilitas di Kota Mataram berhenti berkreasi. Di bawah bimbingan Lombok Disability Center Endris Foundation, penyandang disabilitas ini membuat masker dari kain. Bahkan, masker yang dibuat penyandang disabilitas ini sudah disalurkan secara gratis pada warga yang membutuhkan. 

Ketua Endris Foundation, Endri Susanto dalam siaran pers yang diterima, Minggu (22/3/2020), menjelaskan, pembuatan masker ini bertujuan untuk mengantisipasi peyebaran virus corona atau Covid- 19 melalui udara. ‘’Secara ekonomi kita ingin program atau project ini ditiru oleh semua penjahit di seluruh Indonesia untuk membuat masker yang dapat dikerjakan didalam ruangan atau di rumah tanpa harus berinteraksi dengan dunia luar,’’ ujarnya.

Nantinya, masker yang dibuat sendiri, dapat digunakan untuk diri sendiri, keluarga bahkan dapat menjadi penunjang peningkatan ekonomi tanpa harus berpikir takut beraktivitas di luar. Apalagi, hasil pembuatan masker dapat dijual, karena saat ini banyak masyarakat yang membutuhkan masker, sementara di satu sisi masker menjadi barang langka pascawabah virus corona yang mendunia.

Dalam membuat masker ini, ujarnya, pihaknya melibatkan penjahit-penjahit disabilitas. Selain dapat meningkatkan ekonomi mereka, juga menjadi salah satu solusi untuk membantu masyarakat dalam mempermudah mendapatkan masker. ‘’Program ini sudah kami mulai sejak awal bulan Maret 2020 lalu dengan melibatkan lima orang pejahit difabel, per satu penjahit dapat menghasilkan 50 pcs masker per harinya,’’ terangnya.

Diakuinya, hingga saat ini jumlah produksi yang sudah dihasilkan sebanyak 1.500 pcs masker dengan berbagai model dan jenis. Bahkan, sudah disalurkan secara gratis untuk pasien dan keluarga pasien dampingan Yayasan Endris. Untuk itu, pihaknya menargetkan satu miliar masker dapat diproduksi untuk membantu masyarakat. Pihaknya juga berharap pemerintah juga mengadopsi program ini dengan melibatkan semua penjahit di seluruh Indonesia, sehingga donasi atau bantuan masker dapat lebih banyak untuk masyarakat.

Dicontohkannya, saat ini ada sekitar 2 juta penjahit di Indonesia dengan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa lebih. Jika semua terlibat maka program ini akan menjadi salah satu solusi bagi masyarakat Indonesia dalam mengatasi ancaman wabah virus corona.

‘’Semangat kami adalah bergotong royong untuk mebuat masker untuk seluruh masyarakat Indonesia, dengan harapan program ini didengar dan diikuti oleh Presiden Republik Indonesia agar melibatkan dan menginstruksikan seluruh penjahit di Indosesia untuk terlibat langsung dalam membantu pemerintah dan masyarakat,’’ tambahnya. (Marham)
Share:

Hotel Paceklik Kunjungan, Karyawan Mulai Dirumahkan Sementara


Ketua PHRI NTB Ni Ketut Wolini
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi NTB mendapat tekanan yang tidak kecil atas dampak mewabahnya virus Corona ke lebih dari 185 negara di dunia. Tingkat hunian hotel terjun bebas. Aktivitas di hotel dan restoran tidak lagi kita menjumpai seperti biasa. sangat sepi, lengang. Jumlah orang yang masuk hotel bisa dihitung sejumlah jari yang ada. Pegawai hotel juga tak lagi nampak sebanyak yang biasanya.

Penyebaran virus Covid-19 turut menggemparkan Indonesia, setelah kepala negara, Presiden Joko Widodo awal Maret lalu resmi mengumumkan terdeteksi penularannya di Indonesia. Saat ini penularan virus hingga ke sejumlah provinsi di Indonesia. NTB sampai posisi pekan ketiga 2020 masih aman. Namun dampak yang dirasakan sangat dahsyat. Sektor pariwisata terpukul hebat.

Ketua PHRI Provinsi NTB, Ni Ketut Wolini nampak kehabisan materi menggambarkan situasi saat ini. Hotel, home stay, resort, di destinasi wisata maupun di dalam kota merasakan hal yang sama. Okupansi (jumlah tamu yang menginap) hotel dihitung 10-20 persen, menuju nol persen. ‘’Bulan depan bisa nol persen. kalaupun ada tamu di hotel saat ini, sisa-sisa dari pesanan sebelumnya,’’ kata Wolini ditemui di Mataram belum lama ini.

Apalagi di hotel–hotel yang ada di destinasi wisata, Senggigi Kabupaten Lombok Barat diakuinya bahkan ada di antaranya zero kunjungan. PHRI menurutnya turut mengikuti arahan pemerintah. Tidak lagi menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan orang banyak.

Karyawan – karyawan hotel dan restoran sebagian sudah dirumahkan. Sejauh ini, belum ada rencana sampai dilakukan pemutusan hubungan kerja. Merumahkan sebagian karyawan dilakukan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. ‘’Paling ndak, jam bekerja diatur. Mau bagaimana lagi. Tidak ada tamu yang dilayani,” kata Wolini.

Terbatasnya kegiatan di hotel tidak saja berdampak kepada pembatasan jumlah karyawan. Usaha ikutan lainnya juga terdampak. Sebut saja untuk kebutuhan makan minum tamu hotel turut turun drastis. Misalnya untuk kebutuhan sayur mayur yang selama ini dipasok oleh petani, otomatis dihentikan sementara, atau dikurangi sampai hanya sekebutuhan. “Semua jasa ikutan lainnya terdampak. Tapi kita harus legowo. Karena bukan kita saja yang mengalaminya, seantero dunia yang merasakannya,” tegas Wolini

Di tengah paceklik tamu yang berkunjung ke hotel, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Provinsi NTB ini mengatakan, tetap bertahan. Hotel tetap beroperasi semampunya. Tanpa mengurangi kewaspadaan terhadap potensi penularan virus Corona.

Pengamanan dilakukan oleh masing-masing hotel. SOP-nya jelas diatur. SOP yang berlaku di tataran pegawai hotel, maupun tamu demikian juga pelayanannya. “Masing-masing hotel punya safety sendiri-sendiri,” demikian Wolini.

Keluhan serupa juga disampaikan Ketua Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB, Ernanda Agung Dewantoro. Diakuinya, penurunan okupansi hotel terbilang cukup drastis.  Lebih parah lagi, beberapa hotel bahkan disebut menunjukkan persentase okupansi sampai dengan 0 persen. Khususnya untuk resort seperti di kawasan tiga gili (Trawangan, Air, Meno), mengikuti penutupan sementara akses masuk dari Bali. ‘’Senggigi sepertinya akan menuju ke angka tersebut,’’ ujar Ernanda.

Di sisi lain, untuk menjamin keamanan dan kenyamanan tamu yang masih tersisa, pihak hotel telah menetapkan standard operational procedure (SOP) untuk pencegahan penularan Covid-19.

Selain itu, Ernanda menyebut beberapa efisiensi juga harus dilakukan untuk menanggulangi dampak saat ini. Di mana efisiensi besar-besaran diproyeksikan tidak dapat dihindari jika krisis akibat penyebaran Covid-19 terus berlangsung. ‘’Sampai sekarang kita masih fokus bagaimana hotel bisa melewati masa sulit ini,’’ ujarnya.
Ketua Kehormatan PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra
Senada dengan itu Ketua Kehormatan PHRI NTB, I Gusti Lanang Patra, menerangkan pihaknya mencatat okupansi hotel saat ini berkisar pada 10-15 persen. Persentase tersebut hampir sama untuk hotel di kota maupun resort.  Menurutnya, masalah utama saat ini adalah belum adanya kejelasan kapan penyebaran Covid-19 akan berakhir. ‘’Yang bisa tahu kondisi ini hanya ahli virus. Kita tinggal menunggu saja, semoga cepat berakhir wabah ini,’’ ujarnya, Jumat (20/3/2020).

Di sisi lain, kondisi saat ini disebutnya cukup memberatkan. Untuk itu beberapa hotel melakukan beberapa penyesuaian dengan berbagai bentuk efisiensi. ‘’Kita pasti (perlu) efisiensi sekarang, untuk mengimbangi keadaan. Pemasukan tidak ada,’’ ujarnya.  (Bulkaini/Bayu/Ekbis NTB)
Share:

Monday 3 February 2020

Penanganan Gizi Buruk di NTB Butuh Perhatian Maksimal


Pelatihan pengelolaan gizi buruk terintegrasi bagi tenaga kesehatan di NTB
Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) NTB dr. Eka Nurhandini Dewi mengakui penanganan gizi buruk di NTB masih membutuhkan perhatian serius pemerintah daerah. Menurutnya, dalam penanganan gizi buruk ini Dikes NTB menemukan masih ada mata rantai yang tidak nyambung di lapangan.
Dalam menangani mata rantai yang tidak nyambung ini, pihaknya melatih tenaga-tenaga kesehatan di puskesmas dan dokter spesialis anak agar penanganan gizi buruk sesuai dengan pedoman dan standar yang sudah ditentukan.

‘’Kita melatih tenaga-tenaga kesehatan di puskesmas dan dokter spesialis anak untuk menjadi leader untuk percepatan penanganan gizi buruk di kabupaten/kota masing-masing,’’ ujarnya pada Suara NTB usai membuka Pelatihan Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi bagi Tenaga Kesehatan di salah satu hotel berbintang di Mataram, Senin (6/1).

Dalam menangani gizi buruk terintegrasi, ujarnya, WHO sudah memberikan standar. Untuk itu, rata-rata secara individual tenaga kesehatan di NTB sudah dilatih bagaimana mengelola gizi buruk yang benar. Selain itu, tambahnya, dalam menangani gizi buruk dilakukan secara spesifik dan sensitif.

Di mana, penanganan secara sensitif dikerjakan oleh beberapa organisasi perangkat daerah, seperti Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Kelautan dan Perikanan serta OPD lainnya. Sementara penanganan spesifik dikerjakan oleh Dinas Kesehatan dan jajarannya ke bawah. Untuk itu, pihaknya berusaha secara optimal menangani masalah gizi buruk di NTB, sehingga penanganan gizi buruk tetap berlanjut.

Sementara perwakilan UNICEF Kupang Blandina Rosalina Bait, menambahkan, stunting dan gizi buruk punya hubungan yang sangat erat. Anak yang stunting beberapa kali mengalami gizi akut. Untuk itu, pascagempa, UNICEF mendukung pemda dalam hal gizi ada pelatihan penanganan gizi buruk di fasilitas rawat inap dan fokus pada rawat jalan.

‘’Jadi anak yang menderita gizi buruk tanpa komplikasi sesuai dengan rekomendasi WHO dan pedoman Kementerian Kesehatan bisa dirawat jalan. Jadi seminggu sekali mereka ke puskesmas, diperiksa kesehatan dan diberikan gizi. Pendekatan ini sebenarnya meningkatkan cakupan. Karena sebenarnya kalau ditunggu anaknya sampai dengan komplikasi itu sudah agak terlambat dan butuh rawat inap,’’ terangnya.

Diakuinya, tidak semua orang tua punya kesempatan dan waktu menemani anaknya yang dirawat di rumah sakit, sehingga penanganannya menjadi terputus. Di mana, saat penderita gizi buruk berat badannya mulai sedikit naik, orang tua memutuskan perawatan anaknya dan pulang ke rumah dan mengakibatkan penanganan tidak tuntas.

‘’Kenapa bisa seperti itu? Pertama, orang tua berpikir siapa yang akan mengurus keluarga yang lain, mengurus kebun/sawah atau kerja. Persoalan-persoalan itulah yang membuat orang tua tidak betah menunggu lama. Kemudian kalau semua penderita gizi buruk dirawat inap, fasilitas kesehatan tidak mampu menampungnya,’’ tambahnya.

Dari data riset kesehatan dasar 2018 untuk kekurangan gizi akut,  ada 14,4 persen. Dari 14,4 persen ini  4,4 persen ini gizi buruk atau sekitar 76 ribu anak yang alami gizi buruk. Dari hasil laporan Dinas Kesehatan tahun 2019 baru 300 anak penderita gizi buruk yang ditangani. Itu artinya ada gap yang tinggi antara beban dan kasus yang ditangani. Tapi tren ini hampir terjadi secara global. Di tingkat nasional saja sama, karena penemuan di masyarakat itu tidak terjadi secara maksimal.

Untuk itu dalam menangani ini butuh peran semua pihak. Termasuk peran tokoh agama, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat sangat diperlukan. Begitu juga peranan PKK dan kader harus diaktifkan kembali. (Marham)
Share:

Sunday 24 November 2019

Tempat Pemujaan Zaman Kuno Ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah

Umpak batu bermotif kala tanpa rahang tipe zaman klasik Jawa Tengah abad 10 - 12 dan keramik China Dinasti Sung  ditemukan di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata Lombok Tengah 
Temuan sejumlah artefak atau benda-benda purbakala di Desa Sintung Kecamatan Pringgarata, membuat masyarakat setempat sangat antusias. Terlebih tim dari Balai Arkeologi Bali langsung datang dan berkunjung ke lapangan untuk mencari data-data tambahan sebagai pendukung temuan tersebut.

Saridin, salah seorang warga Sintung mengatakan, sebagian artefak tersebut sebenarnya sudah ditemukan cukup lama oleh masyarakat, saat warga memugar pembangunan masjid. Namun berkali-kali ditimbun karena dinilai benda yang kurang penting. Namun kini benda tersebut digali dan ditempatkan di salah seorang rumah tokoh masyarakat setempat sambil dilakukan penelitian oleh para arkeolog.

Ia mengatakan, benda-benda purbakala yang ditemukan oleh masyarakat tersebut kemungkinan besar ke depannya akan disimpan di satu bangunan tertentu menjadi museum agar bisa dilihat oleh masyarakat secara luas.

‘’Secara umum temuan ini belum terpublikasi, saya yakin masyarakat di Desa Sintung ini merasa bangga dengan adanya temuan yang dilakukan oleh para arkeolog ini. Kami masyarakat ingin memelihara temuan ini, dan melestarikan dengan baik,’’ katanya.
Keramik dari China yang ditemukan di Desa Sintung Lombok Tengah
Pada Jumat (22/11/2019), Tim Balai Arkeologi Bali melakukan kunjungan ke beberapa situs bersejarah di Desa Sintung dalam rangka survei lapangan. Salah satu situs yang dikunjungi adalah lokasi pemujaan zaman dahulu yang disebut dengan Pedewa di Dusun Lempenge, Desa Sintung. Meski sekarang situs tersebut sudah rusak, namun tim arkeolog sangat antusis melakukan penelitian.

Tim juga mendapatkan sejumlah informasi penting dari warga sekitar terkait keberadaan situs bersejarah tersebut. Para penutur berasal dari tetua desa yang memiliki ingatan penting tentang situs itu.

Misalnya Papuk Saidi (80) menuturkan, situs petilasan Pedewa tersebut dulunya tempat orang mencari berkah. Terdapat bangunan semacam tempat pemujaan yang lokasinya berada di dekat sungai dan sumber mata air. ‘’Dulu ada bangunan di sini, saat kita masih kecil. Kalau ada orang mau begawe, kita ke sini dulu baru dikasi makan,’’ katanya. (Zainuddin Safari/Suara NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive