Ketua Tim Penggerak (TP) PKK NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati |
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK NTB Hj. Niken Saptarini
Widyawati mengingatkan organisasi wanita di NTB memahami apa yang sedang
terjadi sekarang ini. Saat ini, ujarnya, perkembangan teknologi cukup pesat
setiap saat. Kondisi ini mesti menjadikan kaum wanita harus memahami
perkembangan teknologi dan berkontribusi menggunakan dengan baik dan benar.
‘’Mungkin itu bisa menjadi salah satu pertimbangan utama
dalam pembuatan program-program kerja yang akan dilakukan nanti,’’ pesannya
saat pelantikan pengurus Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) NTB di Ruang
Rapat Sangkareang Kantor Gubernur NTB, Jumat (2/11/2018). Acara ini juga dihadiri
Wakil Gubernur yang juga Ketua BKOW NTB Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, MPd., dan
beberapa pimpinan Organisasi Perangkat Daerah lainnya.
Tidak hanya itu, istri Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah
ini berharap organisasi wanita, khususnya BKOW menjadi organisasi yang
berkualitas, baik dari sisi kelembagaan, program kerja. Termasuk dari sisi
manajerial harus diperhatikan. Yakni, BKOW memiliki perencanaan organisasi,
khususnya menyusun program kerja agar bermanfaat pada anggota dan masyarakat
umumnya.
Pihaknya juga berharap dalam organisasi BKOW akan ditetapkan
kemampuan pengurus dalam memecahkan masalah yang terjadi di NTB, seperti masalah
bisnis, kesehatan atau pendidikan. Masing-masing, ujarnya, memiliki masalah
tersendiri dan jika dikerjakan dengan serius, permasalahan yang ada bisa
diselesaikan. ‘’Dan jika diarahkan dengan baik, insya Allah bisa menyelesaikan
masalah-masalah tersebut dengan baik pula,’’ ujarnya.
Pada bagian lain, Hj. Niken mengingatkan salah satu kualitas
yang diharapkan adalah kemampuan membangun jaringan. Menurutnya, dengan
jaringan yang dimiliki pengurus akan memiliki akses dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Dirinya yakin ada beberapa pengurus organisasi
wanita di NTB sudah memiliki kemampuan membangun jaringan dan diharapkan
memberikan pengetahuan pada anggota yang lain dalam membangun relasi.
Harapannya, pengurus yang lain memiliki kemampuan dan pengetahuan yang sama.
‘’Bagaimanapun sibuknya ibu-ibu. Pada akhirnya ibu-ibu
adalah seorang ibu yang memiliki keluarga dan anak-anakyang menjadi pilar untuk
keluarga masing-masing. Dan di sini wawasan kekuatan keluarga sebagai tiang
utama dari keluarga kita harus kita sebarkan pada organisasi kita. Jadi saya
harap di semua organisasi ibu-ibu tetap memberikan ketahanan keluarga sebagai
sebuah landasan dalam kita beraktivitas,’’ ujarnya. (Marham)