Be Your Inspiration

Monday 27 February 2017

Makam Nyatoq, Makam yang hanya Boleh Diziarahi Hari Rabu dan Hari Besar Islam

Makam Nyatoq Rembitan Pujut Lombok Tengah

Penyebaran agama Islam di Lombok tidak terlepas dari adanya para wali atau sunan yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Di Lombok, kiprah para wali ini bisa dilihat dari adanya peninggalan berupa makam atau masjid yang masih terawat sampai sekarang. Salah satunya adalah makam Wali Nyatoq yang berada di Desa Rambitan, Pujut, Lombok Tengah.

Menurut Amaq Tibe dan Wirajaya, selaku penjaga makam Wali Nyatoq, kata nyatoq berarti nyata. "Makam Nyatuq ini makam paling pertama di Lombok dan satu-satunya makam wali Allah di Lombok,’’ tuturnya pada Ekbis NTB, Rabu (8/2/2017).

Amaq Tibe menjelaskan makam Wali Nyatoq ini terdiri dari dua bagian di lahan seluas 80 are. "Yang utama ada 2, tetapi makam pengiringnya ada 44 orang," jelasnya.

Makam wali Nyatuk ini sendiri hanya diperbolehkan diziarahi hanya pada hari Rabu dan hari besar Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha. "Kunjungan hari Rabu itu diadakan, karena sebelum meninggal, sang wali berpesan seperti itu agar dikunjungi hari Rabu," kata Wirajaya.

Makam ini sendiri masih mempertahankan bentuk aslinya dilihat dari tidak adanya bangunan modern di sekitar makam, kecuali di luar areal makam.
Peziarah sedang berdoa di Makam Nyatoq Rembitan Lombok Tengah

Memasuki makam utama, para pengunjung harus menaati aturan yang berlaku, seperti mengucap salam dan membuka alas kaki. ‘’Selain itu, saat masuk para pengunjung juga dianjurkan untuk membasuh muka dan kaki serta disembek saat keluar. Airnya untuk membasuh muka dan kaki itu beda, kalau yang muka airnya diambil di Gerepek dan untuk kaki diambil dari Bakal," jelas Amaq Tibe.

Di depan makam, terdapat sebuah sumur kering yang tidak terlalu dalam. "Walau tidak dalam, kadang-kadang ada airnya tetapi tergantung rezeki," jelas Wirajaya. Selain itu, juga terdapat 2 berugak yang dinamakan berugak bini dan laki karena fungsinya. "Berugak bini untuk perempuan dan berugak laki yang lebih besar diperuntukkan untuk laki-laki," jelasnya.

Pengunjung makam ini sendiri datang dari seluruh penjuru nusantara bahkan luar negeri. Pemerintah daerah juga memberikan perhatian besar terhadap situs bersejarah ini degan membangun berbagai fasilitas umum. "Pemerintah daerah sebenarnya ingin memugar makam ini, tetapi ditolak oleh masyarakat, karena ingin tetap alami seperti aslinya," kata Wirajaya. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Friday 24 February 2017

April 2017, Dinas Pariwisata NTB akan Gelar Tour de Mandalika

Pantai Kuta Mandalika (Dokumentasi Novotel Loteng)


Berbagai program diseleggarakan Dinas Pariwisata Provinsi NTB untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan. Setelah sukses dengan Pesona Bau Nyale, akan diselenggarakan pula Tour de Mandalika pada April mendatang. Rencananya akan diundang atlet-atlet sepeda dari berbagai negara. Selain itu juga akan ada berbagai kegiatan yang akan meramaikan event tersebut.

“Nanti kita akan undang dari negara lain juga, kita juga akan membuka pendaftaran bagi siapa saja yang mau ikut. Nanti akan ada banyak wisatawan yang akan mengikuti kegiatan ini,” kata Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi NTB Dra. Hartati, MM kepada  di Mataram, Rabu (22/2/2017).

Ia mengatakan bahwa ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan di NTB. Sehingga sejumlah persiapan akan dilakukan dengan lebih baik. Sebab akan mendatangkan banyak wisatawan dari dalam maupun luar negeri. Sehingga dapat sekaligus menjadi ajang promosi sejumlah destinasi wisata. Baik yang ada di kawasan Mandalika maupun wisata NTB pada umumnya.

“Ini merupakan kesempatan kita untuk mempromosikan potensi wisata di Mandalika yang menjadi salah satu destinasi prioritas di Indonesia. Untuk Tour De Mandalika ini masih disusun program dan rancangan kegiatannya,” ujarnya.

Saat ini Dispar NTB tengah gencar melakukan promosi pariwisata. Pasalnya target kunjungan wisatawan selama 2017 meningkat dari tahun sebelumnya, menjadi 3,5 juta wisatawan. Dispar melihat program Tour de Mandalika ini bisa menjadi salah satu moment untuk mendatangkan sebanyak-banyaknya wisatawan.

Rencananya program ini akan selenggarakan pada pertengahan April. Sehingga wisatawan bisa merencanakan liburannya sekaligus ikut serta dalam Festival Pesona Tambora.

“Itu dekat waktunya dengan FPT, kita berharap tamu yang datang juga bisa sekalian ikut FPT. Kita konsentrasi di keduanya, tapi kita akan lebih konsentrasi pada kegiatan yang lebih dulu diselenggarakan. Semoga bisa mendatangkan banyak wisatawan,” ujarnya.

Tour de Mandalika bukan kegiatan pertama yang diselenggarakan di kawasan Mandalika. Sebelumnya juga telah diadakan Festival Bau Nyale yang diikuti oleh ribuan wisatawan dan warga. (Lingga)


Share:

Tuesday 21 February 2017

Pantai Selong Belanak, Pantai Favorit Penjaga Gawang Juventus Emil Audero Mulyadi

Nelayan Selong Belanak sedang mengambil ikan dari jaring nelayan. Pantai Selong Belanak merupakan favorit kunjungan penjaga gawang Juventus Emil Audero Mulyadi.

Emil Audero Mulyadi -- penjaga gawang Juventus kembali akan berlibur ke Lombok bulan Juni 2017. Emil datang ke Lombok karena rindu dengan ayahnya, Edy Mulyadi di Praya Lombok Tengah. Selain itu Emil juga sangat senang berlibur di Lombok karena keindahan wisata di Lombok. Salah satu tempat wisata yang disukai Emil kata Budi Utami adalah Pantai Selong Belanak.

"Emil senang berlama-lama liburan di Selong Belanak karena ada tempat surfing-nya," kenang Budi.
Sementara itu rumah yang ditempati orang tua Emil di Praya  saat ini merupakan peninggalan Kakek Emil, H. Halifah Amin (Almarhum) dan nenek Emil bernama Hj. Baiq Arini. Almarhum H. Halifah Amin merupakan saudara kandung dari  H. Usman Paradiso, pemilik Hotel Paradiso yang berlokasi di Kota Mataram.

Almarhum H. Halifah memiliki delapan anak, dari delapan anaknya (tiga) meninggal. Dan kini sisa lima saudara. Sementara Ayah Emil yang bernama Edy Mulyadi anak ketujuh, sedangkan Budi Utami merupakan anak keenam atau kakak kandung ayah Edy Mulyadi.

Edy yang pernah  bekerja di salah satu hotel di Selong Belanak menikah dengan Antonella Audero tahun 1992. Buah cinta Edy dan Antonella melahirkan seorang putra yakni Emil Audero Mulyadi. Saat ini Edy Mulyadi menetap di Loteng, sementara Emil dan Ibunya, Antonella tinggal di Italia.  (Afandi)
Share:

Emil Audero Mulyadi Penjaga Gawang Juventus Kembali akan Berlibur ke Lombok


Penjaga gawang sepak bola  tim Juventus, Emil Audero Mulyadi berpose bersama bibinya, Budi Utami saat berlibur  di Lombok tahun 2016 lalu.
Penjaga gawang tim sepak bola Liga Utama Serie A Italia, Emil Audero Mulyadi akan kembali  berlibur di Lombok-NTB. Kiper ketiga tim Juventus itu akan berlibur selama seminggu di rumah ayah kandungnya, Edy Mulyadi di Jalan Melur Nomor 12 di Praya, Lombok Tengah (Loteng), bulan Juni mendatang.

Rencana kedatangan Emil Audero Mulyadi ke Lombok dibeberkan oleh bibinya, Budi Utami salah seorang  Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) NTB, Senin (20/2/2017). Budi Utami menyampaikan hal itu setelah mendapat telepon dari Emil Audero Mulyadi belum lama ini.

Kabar kedatangan Emil benar-benar membuat Budi Utami beserta keluarga di Lombok sangat bahagia. Sehingga Budi pun membeberkan rencana  kedatangan keponakannya itu kepada Suara NTB.  "Emil (kiper Juventus) akan berlibur ke rumah Ayahnya di Praya  Lombok Tengah. Emil akan berada selama satu Minggu di Lombok," ucapnya.

Menurut Budi kedatangan Emil ke Lombok bukanlah yang pertama kalinya, namun Emil hampir setiap tahun berlibur di Lombok. Maklum, ayah kandung Emil merupakan putra daerah Loteng, yang saat ini berdomisi di Jalan Melur Nomor 12, Praya, Loteng. Sementara Ibu kandung Emil, Antonella Audero berdomisi di Kota Torino, Italia.

Saat ini Emil telah menjadi penjaga gawang ketiga tim Juventus. Emil memang besar di Italia. Namun Emil sempat menjalani masa kecilnya di Lombok. Atlet kelahiran 18 Januari 1997 dilahirkan di Rumah Bersalin Akasia Mataram. (Afandi)


Share:

Kereenn.. Patung Franky Tanduk Kerbau Produksi Khas Lombok

Patung Franky dari tanduk kerbau khas Lombok

KREATIVITAS memang bisa datang dari mana saja. Apalagi jika sedang dalam kondisi terdesak. Seperti yang dialami I Made Sudi Adnyana, seorang pengukir yang membuat patung dari tanduk kerbau atau oleh wisatawan asing menyebutnya dengan Patung Franky.

Ida Sudi – nama panggilannya sudah menekuni dunia mengukir sejak tahun 1985 ini. Dirinya memulai pekerjaan membuat patung dari tanduk, karena menyukai seni. Belum lagi, kebutuhan hidup setelah menikah semakin meningkat membuat dirinya fokus mengerjakan usahanya.

“Apalagi setelah menikah, kebutuhan menjadi semakin banyak sehingga pekerjaan ini menjadi fokus utama,” terangnya saat ditemui  di kawasan Sweta Cakranegara, Kamis (16/2/2017)Diakuinya, ada dua bahan yang menjadi andalannya untuk diukir menjadi kerajinan, yaitu kayu dan tanduk kerbau. “Sekarang yang paling banyak diminati memang yang patung tulang ini,” terangnya. Tanduk kerbau diperolehnya dari Lombok Timur dan Mataram.
Pembuatan Patung Franky di Sweta Mataram Lombok

Patung tulang yang dikenal dengan patung Franky oleh wisatawan mancanegara cukup banyak diminati. Patung Franky ini dibuat dengan berbagai macam gaya, seperti menutup mata, telinga, mulut dan pancaindra lainnya. “Para bule itu tidak mau beli kalau tidak ada filosofinya. Jadi makna patung ini, kalau dia menutup mulut, tidak boleh berbicara jelek, kalau menutup mata tidak boleh melihat yang buruk, tutup telinga tidak boleh mendengar yang buruk,”  terangnya.

Patung Franky, katanya, belum ada dibuat oleh perajin lain, selain dirinya dan kelompoknya. “Di Bali saja banyak yang pesan, karena di sana belum ada yang buat,” terangnya. Selain patung Franky, ada juga tempat obat dari tanduk kerbau yang unik karena motif ukirannya yang rumit. “Tempat obat ini digunakan untuk menyimpan obat. Buatnya lebih sulit dibandingkan patung karena ngukirnya yang lama,” terangnya.
Patung Franky dengan berbagai gaya dan ekspresi

Pembuatan patung Franky ini tidak membutuhkan waktu lama, seperti pembuatan tempat obat tersebut. “Sehari, bisa jadi 3 patung. Kalau yang tempat obat cuman jadi 1 buah/hari karena ukirannya,” terangnya.

Jadi tidak heran, harga jual patung dan tempat obat ini lumayan mahal. “Kalau patung Franky ukuran kecil harganya Rp 60 ribu, sedangkan yang besar harganya Rp 80 ribu. Kalau tempat obat sendiri harganya Rp 200 ribu tergantung modalnya,” katanya.

Pemasaran patung dan tempat obat ini sendiri sudah menyasar tempat wisata seperti di Senggigi dan Gili karena sudah ada pengepulnya. “Pesanan ramai biasanya di bulan-bulan liburan seperti Desember, Agustus, dan Maret,” ujarnya, seraya berharap, kerajinannya ini bisa dibantu oleh dinas terkait untuk pemasarannya. (Uul/Ekbis NTB)
Share:

Monday 20 February 2017

Tradisi Malean Sapi Khas Masyarakat Nyur Lembang Narmada Lombok Barat

Tradisi Malean Sampi di Desa Nyur Lembang Narmada Lombok Barat

Tradisi menyambut musim tanam awal tahun, masyarakat Desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada  menggelar atraksi budaya Malean Sampi. Malean Sampi ini merupakan salah satu atraksi budaya masyarakat Desa Nyur Lembang Kecamatan Narmada. Atraksi budaya ini masih disukai masyarakat di hampir seluruh wilayah Kabupaten Lombok Barat (Lobar).

Sabtu (18/2/2017), atraksi ini kembali digelar di Desa Nyur Lembang sebagai rasa syukur masyarakat menyambut musim tanam padi tahun ini. Malean Sampi kali ini pun menjadi bentuk partisipasi masyarakat Desa Nyur Lembang menyambut kedatangan tamu dari Fam Trip Lombok Wisata Halal hasil kerjasama PT. Tiara Sentosa dengan PT. Garuda Indonesia Airways. Mengingat pentingnya atraksi ini, panitia awalnya kesulitan mencari lokasi yang strategis untuk kegiatan atraksi. “Belum adanya lahan khusus, merupakan salah satu kendala utama yang belum bisa teratasi oleh para pelaku Malean Sampi ini. Bersyukur, masih ada orang yang mengizinkan kami untuk memakai lahan sawahnya untuk malean sampi ini,” kata Kepala Desa (Kades) Nyur Lembang, H.Warti Asmunadi di sela-sela gelaran Malean Sampi.
 
Malean Sampi di Desa Nyur Lembang Narmada Lombok Barat
Menurut Kades dua periode ini, atraksi budaya Malean Sampi harus terus digelorakan. Jangan sampai punah tergerus budaya luar. Apalagi sampai diklaim menjadi hak paten milik orang luar. Untuk itu, ke depan kata Warti, pihaknya bersama seluruh masyarakat Desa Nyur Lembang, terus berupaya berjuang melestarikan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Warti menyayangkan, selama gelaran Malean Sampi yang telah lama berlangsung, belum ada lahan khusus yang disiapkan untuk kegiatan ini. “Kami mohon agar pemerintah daerah Lombok Barat memberikan lahan untuk atraksi Malean Sampi ini,” harap kades di hadapan Bupati, Kadis Pariwisata, Camat Narmada, toga, toma, serta seluruh tim Fam Trip. Di Desa Nyur Lembang khususnya, komunitas Malean Sampi ini sudah terbentuk sejak lama. Melalui kelompok Pade Girang, selain sebagai wadah unjuk kebolehan atraksi, kelompok ini juga dimanfaatkan sebagai wadah negosiasi transaksi jual beli sapi.

Di tempat yang sama, Bupati Lobar,H. Fauzan Khalid mengemukakan terkait kebutuhan warganya akan lahan untuk atraksi, Bupati nampaknya serius menanggapi. “Kalau ada lahan pemda silahkan pakai, saya tinggal tanda tangan,” tantangnya.

Ketua panitia penyelenggara, Huzairin menjelaskan atraksi Malean Sampi kali ini sebagai suguhan hiburan kepada para tamu yang tergabung dalam Fam Trip Lombok Wisata Halal. Tamu-tamu dalam Fam Trip ini berasal dari Malaysia, India, Jepang, Singapura, dan beberapa kota lain di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya.

Terpisah Owner Travel Tiara Sentosa, Masnun mengemukakan, Fam Trip ini berlangsung sejak tranggal 17 Februari hingga 19 Februari. Sebagian agendanya diisi di Lombok Barat. Sebelum tim mengunjungi Malean Sampi, terlebih dahulu disuguhkan atraksi budaya lain di Desa Sesaot berupa tari gandrung dan peresean serta menikmati suguhan kuliner khas desa setempat. (heru Lombok Barat)
Share:

Tiu Tiding, Objek Wisata Baru di Genggelang Gangga Lombok Utara

Jalan terjal menuju Tiu Tiding Desa Genggelang Kecamatan Gangga Lombok Utara (foto 18 Februari 2017)
Sebulan terakhir, objek wisata Tiu Tiding atau Temponan Atas sudah dibuka untuk dikunjungi. Sayang, akses ke objek wisata terbaru di Desa Genggelang, Kecamatan Gangga ini tak mudah untuk dijangkau.

SABTU (18/2/2017) saat koran ini berkunjung ke lokasi, merasakan betapa melelahkannya perjalanan ke lokasi wisata air terjun ini. Melewati rintangan jalan hanya dengan sepeda motor, pengunjung akan terguncang di atas sadel, karena akses jalan yang rusak.

Untuk sampai ke lokasi ini, butuh waktu sekitar 2 jam dari pertigaan Lendang Bagian (pertigaan Bayan - Selelos/Gangga). Akses jalan raya dengan kendaraan roda 4 hanya sampai di pintu masuk menuju hutan Kemasyarakatan (HKm). Dari Lendang Bagian, pengunjung harus menempuh sejauh 10 km ke Dusun Paok Rempek, dan mengambil arah ke kanan menuju Dusun Kujur.
Air Terjun Tiu Tiding Genggelang Gangga Lombok Utara

Di dusun terluar Desa Genggelang ini, pengunjung bisa meminta bantuan guide ke lokasi air Terjun. Pengunjung juga bisa melancong tanpa bantuan guide, karena petunjuk jalan ke lokasi sudah ada. Tetapi alangkah baiknya menggunakan guide supaya tidak tersesat, apalagi untuk pertamakalinya.

Dari Dusun Kujur inilah, pengunjung harus menggunakan motor sejauh 10 km lagi. Di salah satu kawasan hutan HKm yang disebut masyarakat sebagai Sebun Bawi (Tempat persembunyian babi hutan), pengunjung memparkir kendaraan. Disebut Sebun Bawi, besar kemungkinan areal tersebut menjadi lokasi favorit persembunyian babi hutan. Berdasarkan pengakuan salah seorang pengelola HKm di sana, saat ini masih dijumpai banyak tanaman pisang yang dirusak oleh babi hutan pada malam harinya.
Air terjun Tiu Tiding Genggelang Lombok Utara yang masih alami dan natural. (foto 18 Februari 2017)

Dari areal parkiran, pengunjung melanjutkan kembali perjalanan ke air Terjun. Jarak yang ditempuh ke lokasi sekitar 500 meter. Dekat memang, tetapi akses menurun menguras fokus. Salah-salah bisa tergelincir masuk ke jurang.

Terhitung dari berangkat hingga sampai ke air terjun, butuh waktu sekitar 20 menit. Kembali dari air terjun, melewati medan menanjak dan berbahaya. Butuh waktu sedikit lebih lama, sekitar 0,5 jam atau lebih tergantung masa rehat. Untuk sampai ke titik parkir, minimal dua kali istirahat.

Masyarakat Kujur yang dipercaya mengelola objek wisata ini, sudah membuat tangga dengan pola terasering. Di beberapa titik, seutas tali rotan dengan bentangan 15 -20 meter diikatkan pada batang pohon. Tali rotan ini membantu pengunjung saat turun atau menaiki anak tangga. Di beberapa titik lainnya, kadang harus berpegangan pada akar pohon. Akses yang sulit inilah mengapa dinamakan Tiu Tiding. Tiding artinya curam, tiu artinya kolam. Sama halnya dengan Temponan Atas, yang berarti air terjun yang tinggi.

Sesampai di lokasi Air Terjun, rasa lelah, pegal, mungkin juga linu, terbayar oleh suasana air terjun. Kolamnya relatif dangkal, hanya selutut. Tetapi airnya mengalir dengan jernih. Air terjun utamanya tingginya sekitar 50 meter, dikelilingi oleh dinding bebatuan melingkar. Di sisi air terjun utama, terdapat 3 air terjun lain yang memancur. Baik air terjun utama dan air terjun pendamping, airnya berasal dari mata air setempat yang terjaga dengan baik. Di musim kemarau sekalipun, debit air tidak berkurang. Sementara di musim penghujan, airnya sama sekali tidak keruh.

"Saya baru pertama kali mengunjungi lokasi ini. Tampilannya biasa saja, tetapi suasananya sangat menyenangkan," kata pengunjung, Wadi.

Pengakuan pengunjung ini, akses ke lokasi memang sangat berbahaya. Sedangkan akses jalan yang dilalui kendaraan juga masih harus dibenahi. Biasanya saat musim hujan, jalan yang biasa dilalui kendaraan berlubang dan licin. Bahkan sebelumnya, Wabup Lombok Utara, yang berencana berkunjung ke lokasi ini mengurungkan niatnya, karena aksesnya terlampau sulit. (Johari Lombok Utara)

Share:

Sunday 19 February 2017

Mencari Nyale di Pantai Seger Lombok Tengah di Penghujung Waktu

Nyale yang berhasil ditangkap di Pantai Seger Lombok Tengah

Puluhan ribu masyarakat tumpah ruah pada perayaan puncak Festival Pesona Bau Nyale di Pantai Seger Kuta Lombok Tengah (Loteng). Warga juga membanjiri hampir semua kawasan pantai selatan Loteng. Meski banyak wisatawan yang kecewa, karena nyale tidak banyak keluar, rasa penasaran mereka terbayar setelah menangkap nyale secara langsung.

 “Katanya nyale keluar dalam jumlah banyak. Tapi yang ada kok sedikit ya?” keluh wisatawan asal Jakarta di Pantai Seger.

Seorang warga menunjukkan nyale yang berhasil ditangkap di Pantai Seger Lombok Tengah
Hanya saja, ia juga mengaku cukup puas. Sudah bisa merasakan langsung, bagaimana menangkap Nyale. Dan, berharap penyelenggaran Bau Nyale di Loteng bisa semakin baik. Terutama terkait waktu pelaksanaannya, supaya lebih akurat dan cermat menetapkan waktu pelaksanaannya. “Katanya kemarin (Rabu,red) nyale-nya baru banyak yang keluar,” ujarnya.

Sebelumnya, konsentrasi masyarakat sudah mulai terlihat sejak Kamis (16/2/2017) sore. Jumlah massa terus bertambah hingga menjelang puncak Bau Nyale sekitar pukul 03.00 wita, Jumat dini hari. 

Warga mulai turun ke laut untuk menangkap nyale sekitar pukul 02.30 wita. Warga datang membawa peralatan berupa jaring serta wadah tempat menyimpan nyale (cacing laut) berbagai jenis ditambah alat penerangan, seperti lampu senter. 

Bau Nyale di Pantai Nambung
Warga yang datang menangkap Nyale juga bukan hanya warga Loteng saja. Banyak juga yang datang dari Kota Mataram, Lombok Barat (Lobar), Lombok Timur (Lotim) dan dari Kabupaten Lombok Utara (KLU). Termasuk warga Pulau Sumbawa. Bahkan warga dari luar NTB dan wisatawan asing juga tidak kalah banyak yang datang.

Puncak perayaan Festival Pesona Bau Nyale dibuka Wakil Gubernur NTB, H.Muh. Amin, SH, MSi.  Menurutnya, Pemprov NTB mengapresiasi kegiatan event Bau Nyale ini. Karena selama ini event tahunan ini cukup besar pengaruhnya dalam mendorong angka kunjungan wisatawan di daerah ini.
Ke depan, janjinya, dukungan lebih besar akan terus diberikan pemerintah provinsi dengan harapan, event Bau Nyale bisa semakin menggema, bukan hanya di tingkat nasional tapi juga dunia internasional.


Bau Nyale di Pantai Seger Lombok Tengah 2017
Di Lombok Barat, ratusan warga Dusun Pengantap Desa Buwun Mas Sekotong menggelar bau nyale di Pantai Nambung untuk pertama kalinya. Ritual budaya yang pertama kali diadakan ini bertujuan mempertahankan kearifan lokal di samping mempromosikan Nambung sebagai destinasi wisata.
Kades Buwun Mas, Rohidi, mengaku, kegiatan ini telah lama dirancang oleh pihak desa dan Forum Masyarakat Kecamatan Sekotong. 

Disampaikan, event budaya ini bakal terus diadakan tiap tahun. Ke depan ia berharap event ini tidak saja digelar secara swadaya masyarakat, namun perlu didukung pemda. Bahkan bila perlu event ini masuk ke agenda pemda agar bisa digelar tiap tahun. Ia menegaskan, event ini bukan meniru event di daerah lain, tapi tetap digelar oleh masyarakat.
Bau Nyale di Pantai Buwun Mas Sekotong Lombok Barat

Ketua Forum Masyarakat Kecamatan Sekotong, Abdul Majid menyatakan, festival bau nyale ini bukan hanya di Loteng dan Lotim, namun di Lobar khususnya di kawasan Sekotong bagian selatan persisnya di Nambung juga ada Nyale. Ia berharap agar Sekotong menjadi sentral festival bau nyale ke depan. “Ini juga upaya mempopulerkan Pantai Nambung,” jelasnya.  (MunakirLombok Tengah)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive