Be Your Inspiration

Sunday, 8 May 2016

Juara MTQ Internasional, Motivasi Orang Tua Didik Anak Jadi Soleh


Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH, M.Si, memberikan apresiasi atas prestasi yang diraih L. Muhammad Khaerarrazaq yang telah mengharumkan nama bangsa dan daerah di tingkat internasional, yakni sebagai juara I Tahfidz Alqur’an  se-Asia Pasifik VII tahun 2016.

Prestasi ini, ujarnya, hendaknya dijadikan motivasi bagi para orang tua dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang soleh berguna bagi agama dan bangsa khususnya  bagi masyarakat di NTB.
Share:

Friday, 6 May 2016

Tari Gandrung Sasak Digandrungi Penonton di Luar Daerah

Tari Gandrung Sasak (istimewa)
Tari Gandrung yang khas dari Lombok, Bali dan Banyuwangi bersanding dalam ajang perayaan World Dance Day (Hari Tari Sedunia). Dalam pementasan tersebut, Tari Gandrung Sasak yang berasal dari Pulau Lombok dinilai sebagai kesenian yang digandrungi ribuan jiwa.

“Ribuan penonton dibuat gempar dengan sesi pengibingan yang kita adakan. Masyarakat di pulau Jawa terlihat antusias
Share:

Gunung Rinjani Darurat Pencemaran Sampah

Gunung Rinjani
Keberadaan sampah di lokasi perkemahan, tepi Danau Segara Anak, Gunung Rinjani sangat meresahkan. Dalam jangka waktu satu bulan, seberat 95,2 ton tumpukan sampah tersebut berhasil diturunkan. Gunung Rinjani nampaknya saat ini memasuki tahap darurat pencemaran sampah.

Keberadaan sampah di kawasan wisata minat khusus (pendakian) itu dapat memicu kerusakan lingkungan.
Share:

Monday, 2 May 2016

Kerajinan Cukli Desa Sesela Lombok Barat

Sofa dari cukli khas Sesela Lombok Barat
Sesela merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat (Lobar). Desa Sesela memiliki 11 dusun atau lingkungan, sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pedagang. Selain itu Sesela juga terkenal sebagai salah satu sentra usaha kerajinan ukir-ukiran di wilayah Lobar, salah satunya adalah kerajinan ukir cukli.
Kerajinan cukli
Share:

Mutasi Guru di Kabupaten/Kota Hambat Data Peralihan Dikmen ke Provinsi

Sekretaris Dinas Dikpora NTB H. Wahibullah, SIP

Kebijakan mutasi terhadap guru SMA/SMK, pengawas dan tenaga administrasi di SMA/SMK di kabupaten/kota berpengaruh besar terhadap data kepegawaian yang sudah disusun di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) NTB. Guru dan pengawas yang sudah masuk datanya di provinsi harus berubah lagi, karena sudah digeser pemerintah kabupaten/kota ke tempat lain.  Hal ini berakibat, data guru atau pengawas yang seharusnya masuk menjadi pegawai provinsi setelah nanti diambil alih tetap menjadi pegawai kabupaten/kota.

Share:

Benda Pusaka Lombok Utara yang Masih Tersisa

Tembikar bersejarah Lombok Utara

Keberadaan benda pusaka di masyarakat masih tersimpan sampai saat ini. Namun tidak sedikit dari situs sejarah tersebut yang hilang karena dipinjamkan atau bahkan diperjualbelikan. Seperti yang terjadi di Dusun Kerurak, Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, belum lama ini. Sebuah lempengan tembaga yang diyakini bertuliskan tinta emas, belakangan telah kembali.

Lempengan tembaga ini disebut Takepan oleh masyarakat. Jumlahnya 7 lempeng. Tiap lempeng bertuliskan huruf kuno, yang hingga kini belum diketahui makna di balik pesan pembuatnya.



Hampir di setiap Dusun di Lombok Utara, menyimpan benda pusaka peninggalan sejarah. Termasuk di Kerurak, sedikitnya 35 jenis benda pusaka yang dikeluarkan seiring prosesi tasyakuran ke balinya 7 lempeng (Takepan) peninggalan sejarah. Antara lain, piagam (lempeng) tembaga 7 lembar, keris, tombak, guci, parang, keroncong (biasa tergantung di leher sapi), sepatu kuda, gitar, takepan lontar dan takepan bambu, mata bor (pertukangan), batu bekas telapak tangan (patih tempang), dan lainnya.
 
Tembikar purbakala Lombok Utara
Menurut Sekretaris Pengurus Benda Pusaka Dusun Kerurak, Wira Maya Arnadi, seluruh benda pusaka itu kini dikumpulkan menjadi satu. Benda-benda itu kemudian disimpan di kediaman salah seorang tokoh masyarakat setempat, Inaq Tiren. Disimpan di sana karena yang bersangkutan masih memiliki hubungan keluarga dengan leluhur yang memegang benda pusaka pada zaman dahulu.

"Di antara beberapa jenis benda pusaka, menceritakan tentang perjalanan Raja (Ratu) Gangga dan Ratu Magada, untuk mengunjungi beberapa wilayah kekuasaan Kerajaan Gangga.


Diperkirakan benda tersebut digunakan sejak era Majapahit dan Singasari, dilihat dari nama desa, nama pepohanan dan bentuk tulisan, maupun bahan material. Arkeolog meyakini benda pusaka ini berasal dari Zaman Singosari dan zaman Majapahit," kata Wira.

Termasuk warga lokal, hingga kini masih belum bisa mendeskripsikan makna di balik tulisan-tulisan yang tergores di 7 lempengan tembaga. Namun demikian, seiring waktu pihaknya mengundang peneliti untuk mengetahui lebih jauh.



"Kami persilahkan para peneliti untuk datang meneliti. Tetapi sebagaimana permintaan masyarakat, benda pusaka ini tidak boleh dibawa keluar, penelitiannya agar dilakukan di tempat," katanya.

Sementara itu tokoh masyarakat Genggelang, Intiha, S.IP., sebelumnya mengakui benda pusaka lempeng tembaga ini sempat hilang selama 2 tahun. Diyakininya, banyak lagi benda pusaka yang diduga hilang sehingga tidak bisa diabadikan.

"Masih banyak peninggalan sejarah di Genggelang ini yang belum sempat diabadikan. Kurangpahamnya masyarakat akan benda pusaka dan sejarah, sehingga banyak yang dirusak bahkan mungkin diperjualbelikan. Semoga dengan kembalinya pusaka ini akan menyadarkan masyarakat akan pentingnya nilai sejarah yang ada," harap Intiha.
 
Tulisan masa lalu di lempengan baja, peninggalan bersejarah
Lombok Utara


Situs sejarah Dusun Kerurak, sejatinya menjadi cagar budaya yang dapat diintegrasikan dengan sektor pariwisata. Sebab di Dusun Kerurak, terdapat air terjun Tiu Pupus yang bisa menjadi magnet masuknya wisatawan. Terlebih, masyarakat memiliki rencana untuk melakukan ritual pencucian benda pusaka setiap setahun sekali.

"Kami ada rencana untuk menggelar ritual pencucian benda pusaka setiap tahunnya. Rencananya akan kita mulai pada 27 Rajab, semoga tidak ada halangan," tambah Wira.

Dukungan Perda/Perbup Benda Pusaka

Terpisah, Wakil Bupati Lombok Utara, Sarifudin, SH., menegaskan keberadaan benda pusaka di Lombok Utara patut untuk dilestarikan. Sebagai bukti peninggalan nenek moyang, benda pusaka tidak hanya diyakini mengandung nilai mistis tetapi juga artistik.

"Atas nama Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, saya sampaikan yang tinggi kepada tokoh adat, tokoh masyarakat, yang telah melestari benda sejarah di KLU. Insya Allah, Pemda akan menindaklanjuti dengan membuat Perda dan Perbup sebagai tindak lanjut untuk melestarikan apa yang kita miliki ini," sebut Sarifudin.
 
Lontar bersejarah  Lombok Utara


Dikatakannya, benda pusaka merupakan salah satu peninggalan sejarah yang sangat luar biasa yang dimiliki oleh KLU. Peninggalan sejarah ini memiliki arti penting sebagai alat pemersatu masyarakat KLU. Oleh karenanya, ia memiliki kebijakan bahwa benda-benda pusaka ini tidak akan dimuseumkan atau diserahkan ke lembaga lain. Benda tersebut dipercayakan tetap di tangan masyarakat untuk dijaga dan dirawat, sehingga sewaktu-waktu bisa dikunjungi oleh wisatawan.


"Saya tegaskan bahwa benda sejarah ini tidak akan kita serahkan ke Museum NTB. Pemda akan membangunkan museum yang dihajatkan untuk menyimpan dan melestarikan benda-benda sejarah yang ada di KLU," demikian Sarifudin. (johari/SN)

Share:

Saturday, 30 April 2016

Perajin Tikar Pandan Aikmel Lombok Timur Butuh Sentuhan Pemerintah

Tikar pandan Lombok

Di tengah lesunya pemasaran dan permintaan tikar pandan, sejumlah perajin tikar pandan di Dusun Lendang Bunga Desa Kalijaga Kecamatan Aikmel Lombok Timur terus bertahan. Meski harga tidak sebanding dengan lamanya pekerjaan, para perajin lebih memilih mempertahankan tradisi hingga saat ini.  Jika melihat kondisi ini, tentunya, sentuhan atau bantuan pemerintah sangat diharapkan. Apalagi, tikar pandan ini merupakan salah satu ciri khas yang mesti dipertahankan.


Inaq Murihin, salah satu perajin di Dusun Lendang Bunga, menuturkan, jika eksistensi kerajinan tikar pandan dimulai tahun 1970 lalu. Waktu itu, kerajinan tikar ditemukan hampir di semua rumah. Ini umumnya dikerjakan oleh kaum - kaum perempuan. Kondisi ekonomi serta minimnya lapangan pekerjaan, memaksa para ibu rumah tangga bergelut dengan daun berduri ini.

Kini, satu per satu perajin mengalihkan pekerjaan mereka. Persoalannya klasik, harga tikar tak sebandingkan dengan lamanya waktu produksi. Satu tikar pandan diameter 1,5 meter hanya dihargai Rp 35.000. Sementara waktu pengerjaan cukup lama. "Ndak seberapa harganya cuma Rp 35.000," tutur Inaq Murihin menggunakan Bahasa Sasak, Sabtu (23/4/2016).

Baginya, pekerjaan yang digeluti saat ini tak sebandingkan dengan lelah mereka. Tapi, bagaimanapun jua ini bisa menyambung hidup mereka, sehingga harus mengerjakannya. ‘’Satu tikar pandan diameter 1,5 meter bisa selesai sehari. Kalau dikerjakan pagi - sore bisa jadi satu," katanya.
Membuat Tikar pandan di Lombok Timur

Ia menjelaskan, sebelum menghasilkan satu tikar, pandan dijemur kemudian diiris sesuai dengan ukuran diinginkan. Proses penjemuran membutuhkan waktu selama seminggu. Jika dikalkulasi dari proses penjemuran hingga menganyam membutuhkan waktu enam hingga delapan hari.

Perempuan kepala keluarga ini, tak terlalu mempermasalahkan persoalan bahan baku. Pasalnya, ia menanam pohon pandan, bahkan membeli petani jika kekurangan. "Kalau soal itu ndak terlalu susah. Saya tanam sendiri di kebun," katanya.

Karena proses penjemuran mengandalkan cahaya matahari, ia bersama perajin lainnya gelisah ketika musim hujan. Alternatifnya, daun pandan dikeringkan menggunakan api. Sebab, jika didiamkan daun pandan akan rusak dan tidak bisa dibuat.

Ibu empat orang anak ini mengaku, eksistensi perajin tikar pandan mulai berkurang. Hal ini disebabkan, lantaran semakin banyaknya pilihan masyarakat menggunakan tikar pabrikan. Di samping itu, modernisasi serta kebutuhan tikar pandan berkurang. Parahnya lagi, tikar ini dibutuhkan ketika ada warga yang meninggal atau ada hajatan saja. "Semua rumah kerjakan ini. Sekarang tinggal kita bertiga," akunya.
Tikar pandan Lombok yang sudah jadi

Minimnya permintaan masyarakat serta harga yang tidak sebanding dengan lama pekerjaan membuat perajin lainnya memilih beralih profesi. Menjadi pekerjaan harian di sawah adalah alternatif untuk tetap menjaga dapur mereka mengepul. "Kalau harian di sawah kerja mulai pagi sampai siang sudah dapat kita Rp 20 ribu," sebutnya.

Minimnya modal usaha,jadi faktor utama  masyarakat mengembangkan usaha mereka. Sehingga, dia berharap pemerintah mengintervensi dan tidak memfokuskan hanya pada satu kelompok saja. (Muhammad Kasim)
Share:

Banjir Sampah di Kawasan Pariwisata Harus Ditangani

Sampah di Gili Air. (dok. Antara foto)

Volume sampah jenis limbah hasil produksi industri perhotelan di objek pariwisata NTB dinilai melimpah. Belum ada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) khusus untuk menampung limbah dari industri bidang jasa ini. Seluruh pihak diharuskan mengantisipasi banjir sampah yang berpotensi terjadi di tiap kawasan pariwisata.

Membeludaknya sampah hasil produksi limbah industri perhotelan dan juga limbah rumah tangga kian mengkhawatirkan.
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive