|
Presiden Jokowi didampingi Gubernur NTB Dr. Zulkieflimansyah tiba di LIA, Kamis (18/10/2018) |
Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) langsung
menggelar rapat terbatas (ratas) dengan Gubernur dan Bupati/Walikota setibanya
di Lombok International Airport (LIA), Kamis (18/10/2018). Dengan adanya
penyederhanaan prosedur pencairan bantuan, dari 17 lembar menjadi satu lembar, presiden
mengharapkan pencairan dana bencana untuk perbaikan perumahan warga korban
gempa secara keseluruhan dapat tuntas dalam satu sampai dua bulan ke depan.
‘’Pemberiannya bisa berlanjut terus dan
harus ada evaluasi, koreksi-koreksi di lapangan. Dan juga saya membayangkan
bahwa ini akan selesai sebulan, dua bulan,’’ kata Presiden.
Hadir dalam ratas tersebut, Gubernur NTB,
Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M.Sc, Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi
Djalilah, Bupati Lombok Utara, Dr. H. Najmul Akhyar, SH, MH, Bupati Lombok
Barat, H. Fauzan Khalid, S. Ag, M. Si, Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh dan
Wakil Bupati Lombok Tengah, H. Lalu Pathul Bahri. Selain itu, hadir juga Istri Presiden,
Hj. Iriana Joko Widodo, Menteri PUPR, Basoeki Hadimuljono, Panglima TNI
Marsekal Hadi Tjahjanto dan pejabat pusat lainnya.
Presiden Joko Widodo saat memimpin ratas percepatan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi bencana NTB di Ruang VIP LIA, Kamis (18/10/2018).
Presiden menjelaskan dirinya mendengar
pencairan bantuan dana bencana kepada warga korban gempa untuk membangun
kembali rumahnya sangat rumit. Sehingga sudah diputuskan dalam rapat terbatas
di Jakarta beberapa hari lalu, yang juga dihadiri Gubernur NTB, Dr. H.
Zulkieflimansyah bahwa dilakukan penyederhanaan pencairan. Dari semula ada 17
prosedur dipangkas menjadi satu prosedur atau satu lembar saja persyaratan
untuk mencairkan bantuan perbaikan rumah korban gempa.
"Sudah saya putuskan dipangkas satu
prosedur tanpa mengurangi akuntabilitas. Karena apapun ini harus dipertanggungjawabkan.
Dan kita harapkan tidak ada yang bermasalah pada uang yang telah dan akan kita
berikan," kata Presiden.
Presiden juga mengatakan kedatangannya ke
NTB untuk melihat progres atau perkembangan penanganan rehabilitasi dan
rekonstruksi fasilitas umum, fasilitas sosial dan rumah-rumah warga korban
gempa. Ia ingin melihat ke lapangan proses pembangunan rumah oleh kelompok
masyarakat (Pokmas).
Presiden mengatakan pemerintah terus
mempercepat rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana NTB. Ia mengatakan di
mana pun bencana gempa, proses rehabilitasi dan rekonstruksi tidak bisa tuntas
dalam waktu singkat. Seperti bencana gempa Yogyakarta, Tsunami Aceh, Padang dan
lainnya membutuhkan waktu beberapa tahun. "Supaya kita semuanya
tahu," katanya.
|
Presiden Jokowi bersama Bupati Sumbawa Barat W. Musyafirin tinjau warga korban gempa di Sumbawa Barat |
Jokowi menyebutkan jumlah dana bantuan
bencana yang sudah siap dicairkan atau diberikan ke masyarakat sesuai laporan
Menteri Keuangan sebesar Rp960 miliar lebih. Artinya, semua uang tersebut telah
siap digunakan untuk membangun rumah warga korban gempa.
Untuk itu, Presiden menanyakan kepada
Menteri PUPR, apakah material bangunan untuk rumah konvensional maupun
panel-panel Rumah Instan Sederhana Sehat (Risha) sudah siap. ‘’Bukan hanya Risha.
Tapi mungkin semen, bagaimana menyiapkan,’’ tanyanya.
Menteri PUPR, Basoeki Hadimoeljono
memaparkan progres pembangunan fasilitas umum, fasilitas sosial dan rumah warga
korban gempa. Ia menyebutkan jumlah rumah warga korban gempa yang sedang
dibangun sebanyak 210 unit. Dengan rincian, Risha 99 unit, Rumah Instan Kayu
(RIKA) 14 unit dan Rumah Instan Konvensional (RIKO) 97 unit.
Disebutkan, jumlah rumah rusak berat yang
sudah terverifikasi berdasarkan data BNPB sebanyak 72.579 unit. Dengan rincian
Lombok Barat 13.942 unit, Lombok Tengah 2.884 unit, Lombok Timur 6.781 unit,
Lombok Utara 44.014 unit, Kota Mataram 2.396 unit, Sumbawa 1.436 unit dan
Sumbawa Barat 1.126 unit.
Dari jumlah itu, sebanyak 72.454 unit
sudah di-SK-kan Bupati/walikota. Dari tujuh kabupaten/kota, cuma Lombok Timur
yang masih belum semuanya di-SK-kan. Jumlah rumah rusak berat yang telah ada SK
bupati sebanyak 6.656 unit.
|
Presiden Jokowi tinjau pembangunan RISHA di Sumbawa Barat, Kamis (18/10/2018) |
Basoeki juga menyebutkan jumlah kelompok
masyarakat (Pokmas) yang terbentuk sudah mencapai 563 Pokmas. Dengan rincian,
Lombok Barat 17 Pokmas, Lombok Tengah 53 Pokmas, Lombok Timur 190 Pokmas,
Lombok Utara 16 Pokmas, Kota Mataram 12 Pokmas, Sumbawa 98 Pokmas dan Sumbawa
Barat 177 Pokmas. Sedangkan rumah pilihan masyarakat untuk Risha 2.797 unit, RIKA
1.521 unit dan RIKO 1.834 unit. Progres pembangunan Risha 99 unit, RIKA 14 unit
dan RIKO 97 unit.
Selain pembangunan rumah korban gempa,
Basoeki juga menyebutkan sebanyak 587 unit fasilitas publik sedang dibangun.
Fasilitas publik yang sudah selesai dibangun sebanyak 50 unit. Secara
keseluruhan fasilitas publik yang rusak berdasarkan hasil verifikasi sebanyak
1.237 unit.
‘’Secara umum semua sudah berjalan.
Masyarakat tak menginginkan dapat uang atau tidak. Yang terpenting mereka dapat
rumah,’’ tandas Basoeki.
Mengenai penyiapan bahan bangunan, Basoeki
mangatakan gubernur telah mendorong Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk
menyiapkan bahan-bahan bangunan yang dibutuhkan masyarakat korban gempa. Ia
menyebut telah berdiri lima depo bangunan di Lombok Utara yang berada di setiap
kecamatan.
Persepsi
Masyarakat
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE,
M.Sc mengatakan kepada Presiden bahwa sebelumnya pencairan dana bantuan
begitu lama. Sehingga masyarakat bertanya-tanya uang yang sudah ada di rekening
tapi tidak bisa dicairkan. Masyarakat punya persepsi jangan-jangan uangnya
tidak ada, apalagi dengan adanya kejadian bencana gempa dan tsunami di Palu dan
Donggala.
"Sebelum penyederhanaan itu, yang
cair itu 5 KK. Dengan bantuan TNI, Polri, Kepala Daerah, sekarang itu sudah
5.265 yang sudah cair. Ini sedang berproses, mudah-mudahan semuanya bisa cair
segera," harapnya.
|
Presiden Jokowi salaman dengan Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah saat tiba di LIA, Kamis (18/10/2018) |
Dr. Zul mengatakan masyarakat mengira dana
bantuan tersebut dapat cair ke rekening pribadi. Kemudian, masyarakat bisa membelanjakan sendiri. "Tapi
pengalaman yang disampaikan teman-teman BNPB, jangan sampai cepat di awal tapi
di belakang nanti ada persoalan akuntabilitas di kemudian hari," katanya.
Dengan pencairan dana melalui Pokmas, laporan
pertangggungjawaban tidak per individu tetapi per kelompok. Uang yang semula
ditransfer ke rekening pribadi, kemudian ditransfer ke rekening kelompok.
"Kenapa belum bisa cair semuanya?
Karena tadinya Pokmas sudah terbentuk, tapi tak semuanya rekeningnya terisi.
Jadi harus diatur lagi Pokmas. Dengan kesigapan bupati/walikota, mudah-mudahan
prosesnya bisa segera selesai," jelas Gubernur.
Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi
Djalilah menambahkan dengan penyederhanaan persyaratan pencairan dana bantuan
tersebut, ibarat membalikkan telapak tangan. Bahwa banyak masyarakat yang sudah
mulai membangun rumahnya.
"Karena memang selama ini ruwet
teknisnya. Dengan penyederhanaan ini masyarakat langsung terasa begitu lega.
Saya yakin proses ke depannya akan berjalan dengan lancar," ujarnya
optimis. (Muhammad Nasir/Suara NTB)