Be Your Inspiration

Friday 29 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 9)



Di perbatasan Desa Darmaji dan Pengadang, tiga penunggang kuda sedang beristirahat di tepi sungai. Mereka duduk di antara bebatuan yang biasa dijadikan sebagai tempat duduk oleh para penggembara.

"Meton. Hari sudah mulai gelap. Kita istirahat di sini atau langsung menuju ke ibukota kerajaan," ujar Dabok membuka percakapan.

"Ya, kalau saya sih lebih baik kita langsung saja. Saya khawatir, ada orang jahat yang mengganggu kita selama istirahat di sini," jawab Putri Faradila dengan tetap beraksen laki-laki.

Share:

Bekas Tambang Newmont Minahasa Raya Diubah Jadi Kebun Raya



JADI HUTAN - Inilah bekas tambang PTNMR yang sudah berubah. 
Kawasan yang dulu banyak bangunan dan aktivitas lalu lalang 
kendaraan berat sudah berubah menjadi hutan belantara

Operasional PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) sudah ditutup 2004 silam. Lokasi tambang yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara Sulawesi Utara ini kini sudah tidak terlihat lagi. Pusat pengolahan, kamp bagi pekerja, pipa-pipa yang dulu menunjukkan ada aktivitas tambang sudah berubah kembali menjadi hutan.  

Burung-burung maupun binatang yang dulu mengungsi akibat
pertambangan sudah kembali. Malahan bekas lokasi tambang menjadi tempat persinggahan burung-burung yang bermigrasi dari Australia ke daratan Asia dan sebaliknya.  

Tidak hanya itu, perusahaan tambang emas yang beroperasi sangat singkat ini, yakni sejak tahun 1996 hingga 2004 ini, di tahun 2015 kini sudah mulai mengembalikan area pinjam pakai pada pemerintah. 

Mereka menjadi perusahaan tambang pertama yang mengembalikan area pinjam pakai pada pemerintah. Malahan, area pinjam pakai yang dikembalikan pada pemerintah sesuai dengan foto satelit terbaru jauh lebih baik ketika sebelum dipinjam.

Menurut Presiden Direktur PT. NMR David Sompie, pihaknya sudah lama ingin mengembalikan area pinjam pakai. Namun, belum siapnya pemerintah daerah mengelola kawasan yang cukup luas, yakni 400 hektar dengan luas lahan yang direklamasi 221 hektar membuat PTNMR masih tetap bertahan. "Pemerintah daerah masih meminta PTNMR tetap sampai mereka siap," tuturnya saat menerima rombongan wartawan dari NTB, akhir pekan lalu.  


Tidak hanya itu, pihaknya ingin menunjukkan pada semua orang, jika perusahaan tambang yang sudah tutup tidak akan membuat kota di sekitarnya mati. Dalam hal ini, meski tambang ditutup, perekonomian kota dan masyarakat di sekitarnya semakin bagus. Malahan, bekas tambang bisa dijadikan sebagai sebuah destinasi baru dan mampu menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD).  

Atas dasar itulah, Pemda Minahasa Tenggara dan PTNMR akan menjadikan bekas tambang sebagai kebun raya. Malahan, Bupati Minahasa Tenggara James Sumendap, SH, sudah bertemu dengan pihak Kebun Raya Bogor membahas rencana pengembangan bekas lokasi tambang jadi kebun raya.  

Jika ini terealisasi, ujarnya, maka bekas tambang PTNMR menjadi satu-satunya kebun raya yang dibangun dari bekas tambang. Ini artinya, persepsi banyak orang jika daerah bekas tambang akan jadi kota mati atau kota hantu tidak terbukti.

‘’Isu jadi kota hantu setelah tidak ada tambang tidak sepenuhnya benar. Karena sudah ada pemekaran wilayah, tingkat perekonomian meningkat dan kota ini tidak akan jadi kota hantu seperti dikhawatirkan,’’ terangnya.

Meski demikian, ujarnya, dalam membangun sebuah kebun raya membutuhkan waktu lama. Untuk itu, pihaknya komit mendampingi Pemkab Minahasa Tenggara dalam menjadikan daerah bekas tambang menjadi kebun raya. Pihaknya mengklaim penutupan area pertambangan itu menjadi salah satu contoh kesuksesan pemulihan alam pasca-pertambangan yang dilakukan melalui program terpadu yang melibatkan berbagai pihak.

Sementara Manager Environmental PTNMR Jerry Kojansow, menegaskan komitmen pihaknya dalam mereklamasi daerah bekas tambang. Bergelut selama 20 tahun, Jerry bersama tim berusaha menjadikan kawasan yang dulunya banyak disangsikan bisa berkembang menjadi daerah destinasi wisata baru.  


Kawasan yang dulu gundul kini telah menghijau dengan pepohonan yang tumbuh menjulang tinggi. Habitat burung dan hewan lainnya telah kembali ke kawasan ini. Begitu juga di laut, pihaknya ikut membantu konservasi hayati laut, seperti terumbu karang dan perhatian pada nelayan. Malahan, pihaknya sudah memasang 3.000 reef ball (terumbu karang buatan) di Teluk Totok, Kecamatan Ratatotok Minahasa Tenggara.

Menurutnya, Teluk Totok yang letaknya bersebelahan dengan Teluk Buyat cocok dikembangkan untuk wisata snorkeling dan diving, karena di perairan tersebut terdapat sekitar 26 famili, 72 genera, 150 spesies dan 9.006 individu ikan yang hidup pada terumbu karang buatan. Untuk itu, pihaknya berharap apa yang dilakukan PTNMR mampu memberikan kontribusi besar bagi daerah, khususnya dalam mengembangkan kebun raya dan pariwisata buatan di sepanjang pantai di Minahasa Tenggara. (Marham)
Share:

Thursday 28 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 8)

Seolah-olah tak ada masalah, Dabok bertanya pada Putri Faradila dan Kacek soal tujuan keduanya. "Oh ya, kalian mau kemana?"

"Kami hanya sekadar mampir makan. Tidak mau kemana-mana?" jawab Kacek.

"Saya pikir kalian mau ke ibukota kerajaan di Sari Gangga. Soalnya di sana lagi ada acara adat di Mata Air Sari Gangga," ujar Dabok.

Share:

Untuk ke Empat Kalinya, NTB Raih Predikat WTP dari BPK RI


Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi menerima LHP BPK dari anggota
Anggota VI BPK RI Prof. Dr. Bahrullah Akbar, M.B.A, 
di Kantor DPRD NTB, Kamis (28/5/2015)
  Pemerintah Provinsi NTB untuk ke empat kalinya kembali menerima penghargaan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi NTB Tahun Anggaran 2014. Pemberian penghargaan opini WTP tersebut dilaksanakan dalam Rapat Paripiurna Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi NTB, Kamis, 28/5/15.

Share:

Wednesday 27 May 2015

Berugak Kayu Gunung Sari, Rambah Pasar Nusantara dan Mancanegara


Seorang pembuat berugak sedang memasang kayu di kerangka 
berugak yang sudah jadi.  Pembuatan untuk satu unit berugak 
membutuhkan waktu 2 hari.
Gunung Sari merupakan salah satu kawasan di Lombok Barat bagian utara yang kaya dengan potensi. Di kawasan ini, selain pertanian, perkebunan, industri kerajinan berjalan lancar. Selama ini, Gunung Sari dikenal dengan kerajinan dari bambu, seperti kursi, meja, kurungan ayam hingga asesoris lainnya. Namun, di lokasi yang tidak jauh dari sentra kerajinan bambu, ada juga sentra kerajinan berugak berbahan kayu nangka dan jenis lainnya. 

Mereka mendatangkan bahan, seperti kayu nangka, kayu kelapa  dari Sesaot Lombok Barat bagian utara, Lombok Utara dan Lombok Timur.Di sepanjang Jalan Pura Majapahit hingga perbatasan Dusun Rendang Bajur atau depan Pasar Gunung Sari, banyak warga yang membuka usaha berugak. Rata-rata di antara pengusaha berugak ini memiliki segmen tersendiri, sehingga tidak pernah sepi dari orderan (pesanan).  Pesanan yang datang tidak hanya dari lokal, tapi banyak yang berasal dari Pulau Jawa, Pulau Bali hingga Australia, Italia dan beberapa negara Asia lainnya.



Banyaknya dibangun perumahan di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, termasuk di Pulau Bali membuat pesanan berugak di sentra berugak Gunung Sari terus meningkat. Artinya, pembuatan berugak setiap hari tak pernah sepi. Setiap kali pekerja mengerjakan berugak, berarti sudah ada yang memesan.

- Seorang pembuat berugak sedang memasang kayu 
di kerangka berugak yang sudah jadi. 
Pembuatan untuk satu unit berugak membutuhkan waktu 2 hari.
Seperti pengakuan Junaidi, pemilik usaha Berugak Elen. Berugak yang banyak berjejer di tempat usahanya sudah dipesan dan tinggal diantar ke pemiliknya, baik yang berasal dari NTB maupun daerah lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur hingga Bali. ‘’Khusus pemesan yang ada di Pulau Lombok, kami siap antar. Tapi, kalau sudah ke luar daerah, mereka yang membiayai sendiri ongkosnya. Kami kirim lewat ekspedisi, nanti dirakit di daerah tujuan,’’ tuturnya, Selasa (19/5/2015) lalu.



Diakuinya, berugak atau di Bali dinamakan gazebo yang dikirim ke luar daerah hanya dalam taraf penyelesaian kerangka dan belum dilakukan pengecatan. Biasanya, kata dia, pengecatan atau finishing dilakukan di daerah tujuan, seperti Bali dengan menambah ornamen yang sesuai dengan khas Bali. 

Berugak kayu nangka Gunung Sari Lombok Barat yang siap dipasarkan
Selain itu, ketika ada pesanan berugak dari luar daerah, ada pembeli yang ingin diselesaikan langsung oleh tukang khusus yang ada di Gunung Sari. Menurutnya, pembeli ingin melihat berugak yang dipesannya tidak bermasalah saat dipasang ulang di daerah tujuan. ‘’Kalau kami di sini, ada tukang yang biasa ke luar daerah, khususnya ke Bali. Mereka memasang kerangka berugak sesuai keinginan pembeli. Mereka ditanggung biaya akomodasi dan semuanya selama di Bali,’’ aku Junaidi yang memulai usaha sejak tahun 2000 ini. 

Begitu juga, ketika banyak developer yang membangun perumahan di Pulau Lombok memberikan berkah bagi pengusaha berugak. Paling tidak, saat satu lokasi perumahan dibangun, mereka bisa mengerjakan beberapa berugak dan tergantung pesanan. 

Dua pekerja wanita di salah satu sentra pembuatan berugak 
di Gunung Sari Lombok Barat 
sedang menganyam ilalang. 

 Mengenai masalah harga, pihaknya mematok dari bahan berugak. Misalnya, untuk satu berugak ukuran 2 x 2 meter dengan bahan kayu nangka, pihaknya mematok harga Rp 4 juta. Sementara, kalau ukuran 2 x 4 meter, harganya bisa sampai Rp 7 juta hingga Rp 10 juta. Meski demikian, pihaknya hanya melayani pembuatan berugak sekepat atau empat tiang. ‘’Kami hanya fokus pada berugak empat tiang saja. Kalau untuk enam tiang, masih dipertimbangkan,’’ akunya. 



Disinggung mengenai dampak pariwisata terhadap eksistensi usahanya, Junaidi mengaku tidak terlalu berpengaruh. Baginya, jika taraf perekonomian masyarakat sudah membaik berpengaruh besar terhadap jalannya usaha. Alasannya, sebagian besar pemesan berugak berasal dari masyarakat lokal NTB dan daerah lain di Indonesia. Namun, pihaknya mengharapkan agar situasi tetap kondusif dan keamanan tidak terganggu, karena berpengaruh besar terhadap jalannya usaha yang digelutinya. 

Proses pembuatan kerangka berugak di Gunung Sari Lombok Barat
Sementara, Hanafi, salah satu tukang berugak mengaku, sudah mengeluti usaha berugak cukup lama. Dirinya sering diminta pemesan dari luar daerah untuk memasang kerangka berugak yang sudah dibuat di Lombok. Terkadang dirinya berada di luar daerah selama dua hari, setelah itu balik ke tempatnya bekerja. Baginya, dengan berprofesi sebagai tukang berugak, dirinya bisa melihat perbandingan bentuk berugak atau gazebo dengan di daerah lain. 



Berugak kayu Gunung Sari yang tinggal ditaruh atap
Dalam menyelesaikan satu pesanan berugak, Hanafi mengaku membutuhkan waktu dua hari. Singkatnya waktu penyelesaian satu berugak, ujarnya, dilihat dari banyaknya pesanan. Jika pesanan banyak, maka penyelesaian produk bisa dua hari. ‘’Tapi kalau tidak ada, bisa saja sampai seminggu atau sepuluh hari,’’ akunya.  Namun, tingginya permintaan belakangan ini membuat dirinya bersama 3 tukang lainnya dan 3 tukang penghalus harus ekstra kerja keras, sehingga mampu menyelesaikan produk sesuai janji pada pemesan. (marham)

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 7)


Namun, Putri Faradila tidak berani memandang langsung pada laki-laki pendatang itu, karena khawatir penyamarannya diketahui.

Sementara Kacek kembali duduk di dekat Putri Faradila. "Dil, nasinya masih lama. Kita tunggu saja sampai matang," ujarnya.

"Oh ya, semeton mau makan juga?" tanya Kacek pada laki-laki yang duduk di depannya.

Share:

Tingkatkan Kapasitas Tiga Bandara, NTB Mengadu pada Menteri Jonan



Menteri Perhubungan Ignasius Jonan berpose bersama 
Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin 
di Bandara Internasional Lombok, Senin (25/5/2015) sore.
Pemprov NTB memanfaatkan kunjungan kerja (kunker) Menteri Perhubungan RI, Ignasius Jonan selama satu jam di Bandara Internasional Lombok (BIL), Senin (25/5/2015) sore. Pada kesempatan tersebut, Pemprov meminta kepada Menhub untuk meningkatkan kapasitas tiga bandara yang ada di NTB, seperti BIL, Bandara Sumbawa dan Bandara Bima.  

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 6)


Sebulan sudah Prabu Santana meninggalkan keluarga dan rakyatnya. Namun, bagi Putri Faradila, kematian ayahnya masih belum bisa diterima. Rasa dendamnya pada Pangeran Kumara yang telah membunuh ayahnya masih terus membayangi dirinya.

Bayang-bayang sang ayah membelai rambutnya dan memanjakannya selama masih hidup seakan tak pernah dilupakannya.

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive