|
Areal persawahan di Desa Setanggor Praya Barat Lombok Tengah yang dijual pada wisatawan |
Wisata halal beberapa waktu terakhir ini sekarang ini
menjadi tren di Indonesia. Termasuk di NTB. Keberadaan wisata halal ini
diharapkan mampu mendatangkan wisatawan asal Timur Tengah atau mayoritas
beragama Islam. Adanya program wisata halal ini menjadi inspirasi banyak
pemerintah daerah, termasuk pemerintah desa mengembangkan wisata halal.
Salah satu contohnya, adalah Desa Setanggor Kecamatan
Praya Barat Lombok Tengah (Loteng). Sejak akhir 2016, Pemerintah Desa Setanggor mulai mengembangkan desa wisata
halal atau halal tourism village.
Menurut H. Sirajudin, Sekretaris Kelompok Sadar Wisat
(Pokdarwis) Sekarteja Mertakmi Desa Setanggor, pengembangan wisata di desa ini lebih kepada wisata seni
budaya. “Kita mengembangkan potensi yang ada di sini, apalagi tren sekarang
di mana
turis cenderung ke seni budaya tradisional,” terangnya saat ditemui Selasa,
(28/2/2017).
Diakuinya, saat pertama kali akan dibentuk,
masyarakat merasa pesimis, karena tidak ada yang bisa ‘dijual’ untuk wisata. “Karena
mereka pikirnya kalau tempat wisata itu kalau ndak pantai ya air terjun gitu,”
jelasnya.
|
Kesenian khas Lombok yang disajikan pada wisatawan saat berkunjung ke Desa Wisata Halal Setanggor Lombok Tengah |
Tetapi, atas inisiatif seorang warga yang meyakinkan
warga sana untuk membentuk desa wisata, barulah keinginan tersebut terpenuhi.
“Di sini
yang dibenahi untuk desa wisatanya hanya masalah kebersihan, sama sanggar
seninya untuk mempertunjukkan kesenian di sini. Selebihnya kita biarkan
bagaimana bentuknya,”kata Sirajudin. Pengurus untuk desa wisata ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dari Pokdarwis sendiri.
Setiap wisatawan yang datang berkunjung, kata
Sirajudin, akan dipakaikan kain serta lambung untuk perempuan. “Sehingga kata halal tourism village itu bisa
diterapkan,” katanya.
Setelah itu, wisatawan akan dibawa ke sanggar seni
untuk disuguhkan berbagai kesenian tradisional yang dibawakan oleh anak-anak
dan remaja Desa
Setanggor. “Keseniannya mulai dari gendang beleq, ngelawas, sampai
tari-tarian,” jelasnya.
Ada 7 jenis wisata yang ditawarkan di Desa Wisata Setanggor ini, mulai
dari wisata religi sampai wisata agro. Wisata religi itu kegiatannya mengaji di
tengah sawah. Kalau wisata ritual dengan mengadakan ziarah ke Makam Mertakmi yang merupakan
makam keramat. Di sana ada disediakan rumah pohon bagi yang suka foto-foto.
Kemudian ada wisata seni budaya di sanggar itu, lalu wisata tenun dengan
melihat proses menenun.
‘’Ada juga wisata kebun dimana para
wisatawan dapat memetik ubi di kebun lalu makan siang di tengah sawah. Wisata
agro itu pengunjung diajak ke kebun buah naga, sedangkan wisata terakhir yaitu
permainan anak tradisional sama pepausan huruf Sasak,” terang Sirajudin.
Dari semua wisata tersebut, yang paling banyak
diminati adalah sanggar seni, makan di tengah sawah serta wisata religi.
“Bahkan ada turis yang tidak mau pulang karena merasa betah di sini walau sudah berkali-kali
dipanggil sama tour guide-nya,” kata Sirajudin.
Harga untuk berwisata di tempat ini sendiri,
disediakan dalam bentuk paket 2, 4 dan 1 hari. “Paket 2 jam itu harganya Rp 175
ribu/orang, paket 4 jam Rp 250 ribu/orang, dan 1 hari Rp 350 ribu/orang,”
terangnya. Tetapi, para wisatawan lebih banyak yang memilih paket 4 jam, karena dapat mengunjungi
semua lokasi.
Promosi yang dilakukan dalam menggaet wisatawan, kata Sirajudin,
dilakukan melalui brosur, sosial media serta kerjasama dengan travel. “Setiap
hari di sini selalu ada saja yang datang berkunjung walau
belum banyak. Kita punya target agar masuk dalam paket segitiga S (Sukarara,
Setanggor dan Sade), sehingga wisatawan tambah ramai ke sini,”
terangnya. untuk itu, ia mengharapkan dukungan dari pemerintah daerah agar desa
wisata ini bisa lebih dikenal oleh kalangan wisatawan. (Uul/Ekbis NTB)