Be Your Inspiration

Friday 9 March 2018

Festival Pesona Bau Nyale di Lombok Tengah, The Greatest Culture in The World



 
Mandalika Carnival Fashion serangkaian bau Nyale 2018
Seluruh rangkaian kegiatan Festival Pesona Bau Nyale tahun 2018 akhirnya, tuntas dengan sukses. Sebagai event pembuka dari event Wonderful Indonesia di tahun 2018 ini, event Bau Nyale yang dipusatkan di kawasan Pantai Seger Kute, telah berhasil menggoreskan satu catatan manis. Untuk selanjutnya siap menjadi event kelas dunia.
 
Mandalika Carnival Fashion serangkaian bau Nyale 2018
Pemerintah pusat pun telah menegaskan komitmen untuk terus mendukung event budaya masyarakat Lombok Tengah (Loteng) agar terus mendunia. Yang diharapkan ke depan bisa benar-benar menjadi event yang dikenal dunia. ‘’Sekarang event Bau Nyale sudah semakin dikenal dunia internasional. Dan, pemerintah pusat akan terus mendukung event ini,’’ ujar Staf Ahli Multi Kultur Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI, Dr. Isty Retno Astuty.
 
Nyale yang berhasil ditangkap di Pantai Seger Lombok Tengah
Total ada 12 kegiatan yang digelar selama perayaan Bau Nyale tahun ini. Dimulai dengan temu wisata, voli pantai tingkat nasional, Mandalika Fashion Carnaval, Pemilihan Putri Mandalika, hingga malam puncak perayaan Bau Nyale. Pemerintah pusat berharap, ke depan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada event Bau Nyale lagi lebih baik lagi. Sehingga event Bau Nyale mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang dan berkunjung ke daerah ini.
 
Lokasi Pantai Seger Lombok Tengah
Dukungan seluruh elemen tentunya sangat diharapkan untuk bisa mewujudkan target tersebut. Dan, selama semua pihak didaerah ini punya komitmen yang sama, target tersebut bukanlah hal yang sulit untuk bisa diraih. “Semua kita harus mendukung penuh event Bau Nyale. Sebagai kekayaan budaya masyarakat di daerah ini,” tandas Sekda NTB, H. Rosiady H.Sayuti, M.Sc.PhD. (Munakir/Lombok Tengah)


Share:

Tuesday 6 March 2018

Kreatif, Perajin Lombok Olah Rempah-rempah Jadi Kerajinan Bernilai Jual Tinggi

 
Agus Suhaili dengan kerajinan rempah-rempah yang bernilai jual tinggi. Kerajinan ini banyak dipesan wisatawan nusantara dan mancanegara
Siapa yang menyangka ternyata rempah-rempah bisa diubah menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi. Di tangan Agus Suhaili, rempah-rempah diubah diolah menjadi hiasan dekorasi rumah dan pengharum ruangan yang unik dan tidak biasa.



“Saya tertarik membuat ini setelah melihat-melihat di internet kerajinan apa yang belum ada disini, selain juga mendapatkan ide dari saat berkunjung ke Yogyakarta,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Di rumahnya yang berlokasi di jalan Dr. Sutomo Karang Baru, Mataram, sejak 3 bulan terakhir, Agus mulai membuat kerajinan seperti gantungan pengharum ruangan dan hiasan dekorasi. “Pengharum ruangan ini terbuat dari rempah-rempah yang bermanfaat untuk menetralisir bau ruangan atau mobil,” jelasnya.

Ia mengaku, sebelum terjun ke usaha ini, dirinya memang berkecimpung di dunia seni, tetapi di seni lukis. Ia pun menunjukkan berbagai ukuran pengharum ruangan yang dibuatnya, mulai dari yang berukuran kecil sampai cukup besar. “Kalau yang kecil, bisa digunakan di mobil. Cukup digantung saja,” tambah pria 48 tahun ini.

Isi pengharum ruangan, kata Agus, terbuat dari rempah-rempah seperti kopi, akar wangi, dan cengkeh yang aromanya bisa bertahan selama 6 bulan. “Kopi yang digunakan merupakan kopi yang disangrai terlebih dahulu agar aromanya keluar,” imbuhnya.

Kerajinan dari rempah-rempah produksi perajin Lombok


Aroma kopi bisa bermanfaat dalam memberikan suasana rileks serta mampu menetralisir aroma ruangan atau kendaraan yang apek. “Sebenarnya aromanya bisa bertahan selamanya, tetapi bisa diisi ulang jika merasa kurang,” tambahnya.

Sedangkan hiasan dekorasi dibuat Agus dari sisa batang pohon sentigi yang biasa ditemui di daerah pegunungan. “Kita menggunakan batang pohon yang sudah mati, biasanya dipakai oleh pecinta bonsai sebagai media bonsai. Itu yang kita gunakan untuk hiasan karena kayu ini juga cukup sulit ditemukan,” jelasnya sambil menunjukkan contoh-contoh kerajinan buatannya.

Nantinya kayu sentigi akan ditempel dengan berbagai macam rempah seperti kapulaga, pala, cengkeh, dan lainnya. “Juga kita tambahkan dengan akar angin yang banyak ditemui di gunung. Akar angin ini masih hidup, jadi kalau dibiarkan lama bisa tumbuh banyak dia,” terangnya.



Dalam 1 hari, Agus sendiri bisa membuat 10-20 gantungan pengharum ruangan karena sudah terbiasa mengerjakannya. “Kalau hiasan dekorasi sentigi ini, membutuhkan waktu sampai 3 minggu untuk membuatnya,” jelasnya. Ia menambahkan pengharum ruangan ini lebih bagus dibandingkan dengan pengharum ruangan modern yang banyak beredar di pasaran. “Bentuknya yang unik dan menarik, itu daya tariknya. Selain itu juga mampu bertahan lama,” tambahnya.

Harga gantungan pengharum ruangan ini dibanderol murah oleh Agus, mulai dari Rp 35 ribu dan mulai dari Rp 1,5 juta untuk hiasan dekorasi dari kayu sentigi. “Saya banyak memasarkannya lewat online sekaligus juga menjadi binaan dari Lombok Food,” terangnya. Produknya, imbuhnya, sudah mulai banyak diminati terutama oleh wisatawan mancanegara yang tertarik dengan desain produknya.  “Turis lokal juga banyak yang tertarik, tetapi lebih banyak pasarannya untuk para turis asing,”tambahnya.

Ke depannya, Agus berencana akan membidik pasaran hotel-hotel agar produknya digunakan sebaga pengharum ruangan. “Ingin juga punya galeri sendiri agar memudahkan pembeli bisa berkunjung ke sana,” imbuhnya.(Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

Event Tahunan Mandalika Fashion Carnival di Lombok Tengah Berlangsung Meriah

Peserta Mandalika Fashion Carnival 2018 di Praya Lombok Tengah
Gelaran Mandalika Fashion Carnival yang merupakan rangkaian kegiatan Festival Pesona Bau Nyale, Senin (5/3/2018) berlangsung meriah. Kendati hujan lebat mengguyur Kota Praya dan sekitarnya tidak membuat fashion carnival dibatalkan. Justru animo warga Kota Praya menonton acara ini cukup besar. Mereka rela kehujanan, asalkan bisa melihat acara yang digelar sekali setahun ini.

Acara Mandalika Fashion Carnival ini melihatkan puluhan peserta. Termasuk Kapolres Loteng, AKBP Kholilur Rochman, S.H.SIK.M.H., bersama sejumlah perwira di lingkup Polres Loteng turut ambil bagian. Tidak hanya itu, puluhan pelajar SMA di Kota Praya tidak mau kalah dengan peserta yang lain. Mereka bersama peserta yang lain mengikuti parade budaya dan karnaval hingga selesai.

“Kegiatan ini merupakan persembahan bagi masyarakat di daerah ini. sekaligus untuk menyemarakkan Festival Pesona Bau Nyale,” ungkap Plt. Bupati Loteng, L. Pathul Bahri, S.IP.
Peserta Mandalika Fashion Carnival 2018 dari Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur
 Tampil dengan balutan busana berbagai bentuk dan warna, Mandalika Fashion Carnival membawa tema Putri Mandalika. Dalam lakon yang dibawa mengisahkan kisah pengorbanan sang putri yang rela mengorbakan diri dengan cara menceburkan diri ke laut untuk kemudian berubah menjadi nyale (cacing laut), lantaran bingung menentukan pilihan, pasangan hidupnya.

 Disebutkan, Putri Mandalika merupakan anak dari Raja Tonjeng Beru. Sejak lahir sang putri memiliki paras serta perilaku yang nyaris sempurna, sehingga menarik minat dari sejumlah pangeran untuk mempersunting sang putri. Karena tidak ingin terjadi peperangan, lantaran para pangeran siap mengerahkan pasukanya untuk saling mengalahkan, maka sang Putri Mandalika akhirnya memilih untuk mengorbankan diri, sehingga peperangan yang dikhawatirkan terjadi, tidak sampai pecah.

 Usai Mandalika Fashion Carnival, dilanjutkan dengan parade  budaya yang diikuti perwakilan seluruh SKPD lingkup Pemkab Loteng. Sejumlah peserta luar Loteng juga turut ambil bagian. Salah satunya dari Kabupaten Kutai Timur Kalimantan Timur yang menampilkan tarian tradisional khas daerah setempat.

 Para perwakilan kecamatan juga tidak mau kalah menampilkan atraksi budaya khas wilayahnya masing-masing, seperti atraksi presean sampai gendang beleq. “Mandalika Fashion Carnival ini sendiri melibatkan koreografi asal Kabupaten Jember Jawa Timur,” tambah Kapolres Loteng, AKBP Kholilur Rochman, S.H.SIK.M.H.

Pemkab Loteng merencanakan Mandalika Fashion Carnival sebagai agenda tahunan dan digelar setiap perayan Bau Nyale. Ke depan, pesertanya diharapkan bisa semakin banyak lagi. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Sunday 4 March 2018

Mengenal Tari Rudat, Tarian yang Masih Eksis di Lombok

 Pertunjukan Tari Rudat yang merupakan salah satu kesenian di Lombok yang masih tetap eksis hingga saat ini.
Tari Rudat merupakan salah satu kesenian yang belakangan semakin sering dipertontonkan pada acara-acara tertentu. Kesenian ini masih tetap bertahan meskipun saat ini sudah semakin banyak kesenian modern yang berkembang di tengah masyarakat.



“Dalam dua bulan kadang ada satu kali jadwal manggung. Kadang juga sebulan itu bisa dua kali. Biasanya rudat diadakan untuk acara-acara tertentu di kampung. Karena isinya sarat dengan nilai moral,” kata Penari Rudat asal Kabupaten Lombok Timur Muhammad Ramli, di Mataram, Kamis (1/3/2018).

Tari Rudat ini biasanya ditampilkan pada acara seperti Khitanan, Khatam Alquran, Maulid Nabi, peringatan Isra Mi’raj dan acara peringatan hari besar Islam lainnya. Sehingga tidak heran jika saat ini sudah semakin banyak warga yang menggunakan kesenian Rudat untuk menghibur tamunya yang datang.

Dalam pertunjukannya, Tari Rudat ini biasanya dimainkan oleh 13 orang penari. Dalam kelompok penari tersebut biasanya dipimpin oleh seorang komandan. Tari Rudat ini biasanya ditampilkan dengan gerakan-gerakan yang didominasi oleh gerakan kaki dan tangan. Gerakan tersebut hampir mirip dengan  gerakan bela diri atau gerakan pencak silat.

Selain melakukan gerakan tari, penari juga sambil menyanyikan lagu-lagu berirama melayu dengan lirik berbahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Dalam pertunjukan Tari Rudat ini juga diiringi oleh iringan musik seperti rebana, jidur, dap, mandolin dan biola.



“Ada beberapa instrumen musik yang mengiringi tarian rudat. Terutama rebana itu harus ada, sehingga panari bisa menyesuaikan gerakannya dengan musik pengiringnya,” ujarnya.

Kostum penari tersebut biasanya terdiri dari baju lengan panjang, celana panjang, kain songket Lombok dan kopiah karbus. Selain itu juga terdapat beberapa atribut seperti pangkat prajurit pada bahu, kain selempang dan ikat pinggang. Untuk kostum pemimpin penari biasanya dibuat sedikit berbeda, perbedaan tersebut bisa dari kopiah, warna baju, dan ada juga yang membawa pedang.

“Harapannya semakin banyak generasi muda yang mau melestarikan budaya dan kesenian ini. Karena bisa dibilang sekarang ini sudah semakin sedikit anak muda yang mau melestarikan kesenian tradisional,” sesalnya. (Linggauni/Suara NTB)

Share:

Friday 2 March 2018

Telor Jago Sekotong dengan Wisata Terasiring

Dusun Telor Jago Sekotong Lombok Barat
DUSUN Telor Jago, Desa Sekotong Tengah, adalah salah satu desa terpencil di Sekotong. Dusun ini terletak di ketinggian yang berbatasan dengan Desa Kedaro. Dusun ini menyimpan banyak potensi, baik pertanian dan sektor peternakan. Di samping itu, potensi keindahan alam perbuktian daerah ini begitu memikat dengan terasiring atau petak sawah yang tersusun rapi. Namun sayang potensi ini belum digarap maksimal. Salah satu hambatannya yaitu kondisi akses jalan menuju daerah ini begitu buruk.

Ketika Ekbis NTB menjajaki bukit di dusun ini, ada sensasi keindahan terasiring di sepanjang pinggir jalan. Para pengunjung disuguhkan jalan menanjak yang memicu adrenalin. Akses jalan menuju wilayah ini memang sudah beraspal, namun baru setengahnya. Khusus ke dusun setempat, jalan tidak beraspal. Hampir 3 kilometer akses jalan tersebut rusak parah meskipun sebelumnya sudah dibangun melalui dana asprasi DPR sepanjang 300 meter.

Sepanjang jalan terhampar areal persawahan warga yang dibuat petak-petak rapi. Dari ketinggian terlihat guratan dari petak sawah ini begitu indah. Sebagian padi warga terlihat menguning, siap panen. Sebagian lagi masih hijau. Jalan menanjak pun menghiasai perjalanan menuju dusun ini. Hingga pertengahan perjalanan, akses jalan aspal pun berganti akses jalan tanah. Akses jalan menuju desa Kedaro ini dibangun tahun lalu, namun tidak sampai tembus perbatasan, sebab dialihkan ke desa lain.

Menuju Dusun Telor Jago-pun tak kalah parah, akses jalan yang berkubang lumpur menambah ekstrem akses jalan tersebut. Kendaraan roda empat yang ditumpangi tim wartawan pun tidak bisa tembus lokasi, sehingga tepaksa menggunakan sepeda motor. Lagi-lagi perjalan cukup ekstrem dilalui, lantaran buruknya akses jalan. Namun rasa lelah langsung hilang setelah melihat hamparan sawah terasiring di sepanjang jalan.  “Kawasan ini indah, meski terpencil namun terasiringnya begitu indah,”kata Ikhwa, salah seorang pengunjung. 

Kepala Dusun Telor Jago, Murtazam menuturkan, kondisi terisolir dusunnya menyebabkan potensi yang ada tak banyak diketaui, padahal pemandangan sawah di sepanjang jalan menjadi pemikat pengujung.  “Memang begini kondisi dusun kami, tak banyak yang tahu ada pemandangan indah ini. Banyak potensi namun kami bingung mau apakan. Karena memang kondisi jalan rusak ,”jelas kadus ini.

Akses jalan menuju dusunnya memang sudah lama buruk, bahkan beberapa kali diberikan program baik melalui Dana Desa (DD) dan dana asprasi belum mampu mengatasi persoalan ini. Kondisi ini menyebabkan warga dudun cukup berat mengangkat potensi wilayahnya sendiri. Dusun Telor Jago sendiri berpenduduk sekitar 400 jiwa lebih, sebagian besar petani. Ia berharap agar pemda melirik potensi wilayahnya untuk memaksimalkan wisata alam di daerah itu.

Sementara itu, Kades Sekotong Tengah L Sarapudin menyatakan bahwa pihaknya sudah mengarahkan DD untuk rabat jalan. Diakuinya tahun ini akses jalan menuju Kedaro bakal dibangun pemda. Sedangkan khusus ke dusun tersebut, belum ada rencana. “Kita tetap upayakan, termasuk menggarap potensi wisata di sana,”ujarnya.  (heru/Lombok Barat)
Share:

Wednesday 28 February 2018

Lombok dengan Aneka Kuliner yang Sesuai Lidah Wisatawan

Kuliner Gurami Ikan Terasi khas Hotel Santika Lombok
Sebagai daerah yang menjadi tujuan wisata, harus ada pusat kuliner untuk dikunjungi wisatawan. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB telah melakukan pemetaan terkait tempat-tempat yang bisa menjadi pusat kuliner.

“Tentu saja kita akan melakukan ini secara menyeluruh, tapi sekarang kita sudah bisa melakukan pemetaan bagi tempat-tempat kuliner di Lombok. Misalnya kalau mau seafood bisa langsung ke area Senggigi hingga Lombok Utara,” kata Ketua PHRI NTB H. Lalu Abdul Hadi Faishal, di Mataram, Senin (26/2/2018).

Ia mengatakan ini merupakan hal yang sangat penting. Sebab wisatawan, selain berkunjung ke destinasi wisata, juga ingin menikmati aneka kuliner yang ada di Lombok. Sehingga pihaknya sudah memberikan rekomendasi kepada para pelaku usaha pariwisata lainnya untuk mengajak tamunya ke beberapa pusat kuliner.

“Kalau mau lesehan bisa ke Rembiga hingga Sayang-Sayang, kalau mau Ayam Taliwang bisa ke Cakra dan banyak lainnya. Sekarang pemetaan ini sudah terlihat, jadi wisatawan bisa dengan lebih mudah memilih destinasi wisata yang diinginkan,” ujarnya.

Menurutnya, pemetaan pusat kuliner ini juga harus menjadi perhatian Pemda setempat. Sebab ini sangat penting untuk mendukung kepariwisataan NTB di masa mendatang. Ini juga akan mempermudah wisatawan untuk mencari tempat makan yang diinginkan.

“Ini penting juga menjadi perhatian Pemda setempat. Sehingga wisatawan itu bisa memiliki gambaran daerah mana yang akan dikunjungi untuk melakukan wisata kuliner,” ujarnya.

Setiap daerah juga harus melakukan pemetaan tempat-tempat wisata kuliner yang potensial. Selain untuk memudahkan wisatawan juga untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bisa mengambil manfaat.

“Misalnya mau makan seafood kan bisa ke Nipah. Sekarang orang kalau dengar seafood pasti ingat Nipah. Nah bagaimana hal ini juga bisa dilakukan di tempat lain. Ini kan bisa diadopsi konsepnya dan masyarakat juga bisa mengambil manfaat dari sana,” ujarnya.

Ke depannya, ia berharap akan semakin banyak pusat kuliner di NTB. Sehingga wisatawan bisa memiliki lebih banyak pilihan untuk dikunjungi. Selain itu, warga sekitar juga bisa berpartisipasi dan bisa mengambil keuntungan dari hal itu. (Linggauni/Suara NTB)


Share:

Monday 26 February 2018

Batik Sasambo Tetap Eksis di Tengah Serbuan Produk Luar

Motif Batik Sasambo
SEJAK diperkenalkan ke khalayak umum di akhir tahun 2009, batik Sasambo mulai dikenal oleh publik. Motif-motif dari tiga suku asli NTB yaitu Sasak, Samawa, dan Mbojo yang didominasi motif flora dan fauna menyita perhatian pecinta batik. Bahkan batik Sasambo pernah dijadikan sebagai pakaian wajib bersama kain tenun, meski sekarang sudah tidak pernah terdengar kembali gaungnya.

“Setelah era kepemimpinan presiden yang sekarang, ajakan menggunakan batik Sasambo sebagai pakaian wajib sudah tidak ada lagi. Malahan sekarang lebih digembar-gemborkan penggunaan kain tenun,” terang Samsir, salah satu pioneer batik Sasambo sekaligus perajin batik khas NTB ini yang masih bertahan.

Ditemui di rumah sekaligus sentra produksi dan gallerinya yang berlokasi di jalan pariwisata Rembitan-Kuta, Pujut, pria asli Klaten ini menceritakan bagaimana awal mulanya dirinya mulai memproduksi batik Sasambo ini.

“Saya sudah mulai usaha batik ini sejak tahun 1991, tetapi kalau batik Sasambo dari tahun 2009 saat launching itu. Sampai sekarang saya masih tetap berproduksi,” jelas bapak 3 anak ini.

Motif-motif yang biasa dibuat Samsir untuk batiknya merupakan ikon khas NTB seperti cabai, nyale, kangkung, bunga kenanga, dan lainnya. “Hampir di semua kain batik buatan saya, selalu disertakan gambar lumbung padi sebagai lambang khas NTB. Wong turis datang ke sini buat lihat yang itu,” kelakarnya. Pembuatan kain batik, imbuhnya, tergantung tingkat kesulitan motif dan banyaknya warna yang digunakan.
 Samsir dengan produk batik Sasambo yang makin banyak diminati wisatawan. Samsir yakin batik Sasambo akan eksis di tengah gempuran luar di NTB. 

“Paling cepat itu 3 hari sudah selesai, sedangkan paling lama bisa sampai 2 minggu,” kata Samsir. Semakin banyak motif dalam satu kain, maka semakin mahal harga kain nantinya. “Tapi harga di saya ini masih dibilang paling murah dibandingkan dengan yang lain. Harga di saya kisarannya mulai Rp 130 ribu, sedangkan yang lain mulainya dari Rp 150-250 ribu,” terang pria 49 tahun ini.

Meski dibanderol dengan harga yang murah, ia mengatakan bahwa produknya ini masih sering diragukan oleh orang, terutama masyarakat lokal. “Orang di sini pikirannya belum terbuka, bahwa yang menjadi kain khas daerah itu bukan hanya tenun saja tetapi bisa batik. Batik bukan dari Jawa saja, tetapi NTB juga punya karena motifnya beda,” tukas Samsir.

Tetapi, masyarakat lokal yang lebih mementingkan harga dibandingkan dengan kualitas lebih memilih menggunakan produk kain buatan luar yang dibuat oleh pabrik. “Dulu di galeri, saya tidak mau menjual kain luar karena itu mengurangi penjualan produk kita, tetapi karena semua disini jual produk luar, sekarang saya juga ikut-ikutan karena banyak yang beli,” terangnya dengan nada getir.

Samsir sebenarnya sangat menyayangkan kejadian tersebut karena bisa mematikan produk-produk lokal serta para perajinnya. “Tetapi apa mau dikata, orang di sini lebih baik beli murah dibandingkan dengan harga yang mahal padahal kualitasnya saja sudah berbeda,” imbuhnya.

Oleh karena itu, untuk tetap bisa berproduksi, sejak 2 tahun lalu dirinya sudah mulai melirik toko oleh-oleh untuk menjual produk batik Sasambonya. “Saya sendiri yang datang ke sana untuk menawarkan barang saya dan butuh waktu yang cukup lama agar bisa diterima di sana,” ceritanya.

Ia bersyukur sekarang hampir semua toko oleh-oleh di Mataram dan kawasan wisata Batulayar-Senggigi sudah bisa dimasuki oleh produknya. “Dalam sebulan saya bisa mengirimkan sampai 200 kain ke semua toko oleh-oleh itu dan alhamdulillah hasilnya cukup,” senyum Samsir.

Ia menambahkan dirinya juga banyak menerima pesanan dari luar untuk batik Sasambonya ini. “Kalau kita tidak aktif sekarang dalam mencari pasaran, kita tidak akan bisa maju kalau hanya mengandalkan pemerintah,” tambahnya.

Dulu dirinya pernah diundang menghadiri suatu acara di Mataram yang dihadiri oleh wakil gubernur untuk membatik. “Tetapi sampai sekarang juga tidak ada hasil apa-apa dari kegiatan itu, Padahal dari Dinas Perindustrian sudah bagus pembinaannya, mau apa lagi,” ceritanya.

Tetapi ia optimis ke depannya, batik Sasambo bisa terus eksis di tengah gempuran produk luar yang membanjiri pasar NTB. “Apalagi besok ada KEK ini, tempat saya kan bisa dibilang pintu masuknya jadi kami sudah siap menyambut wisatawan yang datang berkunjung kesini,” tutupnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)

Share:

Sunday 25 February 2018

Memburu Jejak Puteri Kerajaan Taliwang di Air Terjun Lampas


Bebatuan yang harus dilewati sebelum sampai di Air Terjun Lampas.

Kabupaten Sumbawa memiliki berbagai kisah terutama di destinasi wisatanya. Tidak hanya Tanjung Menangis, ada pula Air Terjun Lampas yang berkisah tentang puteri kerajaan yang tidak mau dijodohkan dengan pangeran dari Kerajaan Taliwang.


Ari terjun ini berada di kawasan hutan Desa Padesa Kecamatan Lantung Kabupaten Sumbawa. Di sini terdapat cerita rakyat yang hingga saat ini diyakini kebenarannya oleh warga setempat. Cerita tersebut tertuju pada gua yang berada di tebing air terjun.

Konon katanya, pada zaman dahulu gua tersebut merupakan tempat persembunyian seorang puteri kerajaan yang tidak mau dijodohkan dengan pangeran Kerajaan Taliwang. Hal ini sebabkan karena  sang puteri terikat tali asmara dengan seorang pangeran dari Kerajaan Goa.

“Kita akan mendengar kisah itu dari warga sekitar. Jadinya kita mau meliat gua itu dan kita membayangkan kalau di sana itu tempat sang puteri bersembunyi,” kata warga Sumbawa Boden Rakasiwi, Kamis (22/2/2018).

Air terjun Lampas ini hanya berjarak 43 kilometer dari Kota Sumbawa dengan waktu tempuh 45 menit hingga satu jam perjalanan. Selain itu, tak jauh dari lokasi air terjun juga terdapat objek wisata yang namanya Buin Racin yang berarti Sumur Racun. Namanya boleh saja racun, namun Air dari sumur ini tetap bisa dikonsumsi.

“Sumur itu juga ada mitosnya. Jadi kalau bisa ke air terjun ini dengan orang yang sudah pernah ke sana atau dengan warga sekitar. Jadi semua bisa diceritakan dan kita bisa tahu cerita rakyat dan mitos-mitos di sana,” ujarnya.

Kabarnya sejauh ini belum ada yang mampu mengukur kedalaman sumur tersebut yang letaknya berada diatas batu. Hal unik lainnya yaitu ketika masyarakat sekitar hendak mengambil air di Buin Racin, jika terlalu berisik maka dengan sendirinya air dari Buin Racin ini akan menjadi payau. “Suasananya juga menyenangkan. Saya sarankan untuk berkunjung bersama teman-teman biar lebih seru,” ujarnya.

Untuk menjangkau Air Terjun Lapas, ada dua rute yang bisa ditempuh. Melalui perjalanan darat atau menggunakan perahu. Pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan hutan yang rimbun dengan aneka flora dan fauna. (Linggauni/Suara NTB)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive