Be Your Inspiration

Tuesday 6 March 2018

Kreatif, Perajin Lombok Olah Rempah-rempah Jadi Kerajinan Bernilai Jual Tinggi

 
Agus Suhaili dengan kerajinan rempah-rempah yang bernilai jual tinggi. Kerajinan ini banyak dipesan wisatawan nusantara dan mancanegara
Siapa yang menyangka ternyata rempah-rempah bisa diubah menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi. Di tangan Agus Suhaili, rempah-rempah diubah diolah menjadi hiasan dekorasi rumah dan pengharum ruangan yang unik dan tidak biasa.



“Saya tertarik membuat ini setelah melihat-melihat di internet kerajinan apa yang belum ada disini, selain juga mendapatkan ide dari saat berkunjung ke Yogyakarta,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Di rumahnya yang berlokasi di jalan Dr. Sutomo Karang Baru, Mataram, sejak 3 bulan terakhir, Agus mulai membuat kerajinan seperti gantungan pengharum ruangan dan hiasan dekorasi. “Pengharum ruangan ini terbuat dari rempah-rempah yang bermanfaat untuk menetralisir bau ruangan atau mobil,” jelasnya.

Ia mengaku, sebelum terjun ke usaha ini, dirinya memang berkecimpung di dunia seni, tetapi di seni lukis. Ia pun menunjukkan berbagai ukuran pengharum ruangan yang dibuatnya, mulai dari yang berukuran kecil sampai cukup besar. “Kalau yang kecil, bisa digunakan di mobil. Cukup digantung saja,” tambah pria 48 tahun ini.

Isi pengharum ruangan, kata Agus, terbuat dari rempah-rempah seperti kopi, akar wangi, dan cengkeh yang aromanya bisa bertahan selama 6 bulan. “Kopi yang digunakan merupakan kopi yang disangrai terlebih dahulu agar aromanya keluar,” imbuhnya.

Kerajinan dari rempah-rempah produksi perajin Lombok


Aroma kopi bisa bermanfaat dalam memberikan suasana rileks serta mampu menetralisir aroma ruangan atau kendaraan yang apek. “Sebenarnya aromanya bisa bertahan selamanya, tetapi bisa diisi ulang jika merasa kurang,” tambahnya.

Sedangkan hiasan dekorasi dibuat Agus dari sisa batang pohon sentigi yang biasa ditemui di daerah pegunungan. “Kita menggunakan batang pohon yang sudah mati, biasanya dipakai oleh pecinta bonsai sebagai media bonsai. Itu yang kita gunakan untuk hiasan karena kayu ini juga cukup sulit ditemukan,” jelasnya sambil menunjukkan contoh-contoh kerajinan buatannya.

Nantinya kayu sentigi akan ditempel dengan berbagai macam rempah seperti kapulaga, pala, cengkeh, dan lainnya. “Juga kita tambahkan dengan akar angin yang banyak ditemui di gunung. Akar angin ini masih hidup, jadi kalau dibiarkan lama bisa tumbuh banyak dia,” terangnya.



Dalam 1 hari, Agus sendiri bisa membuat 10-20 gantungan pengharum ruangan karena sudah terbiasa mengerjakannya. “Kalau hiasan dekorasi sentigi ini, membutuhkan waktu sampai 3 minggu untuk membuatnya,” jelasnya. Ia menambahkan pengharum ruangan ini lebih bagus dibandingkan dengan pengharum ruangan modern yang banyak beredar di pasaran. “Bentuknya yang unik dan menarik, itu daya tariknya. Selain itu juga mampu bertahan lama,” tambahnya.

Harga gantungan pengharum ruangan ini dibanderol murah oleh Agus, mulai dari Rp 35 ribu dan mulai dari Rp 1,5 juta untuk hiasan dekorasi dari kayu sentigi. “Saya banyak memasarkannya lewat online sekaligus juga menjadi binaan dari Lombok Food,” terangnya. Produknya, imbuhnya, sudah mulai banyak diminati terutama oleh wisatawan mancanegara yang tertarik dengan desain produknya.  “Turis lokal juga banyak yang tertarik, tetapi lebih banyak pasarannya untuk para turis asing,”tambahnya.

Ke depannya, Agus berencana akan membidik pasaran hotel-hotel agar produknya digunakan sebaga pengharum ruangan. “Ingin juga punya galeri sendiri agar memudahkan pembeli bisa berkunjung ke sana,” imbuhnya.(Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive