Be Your Inspiration

Monday 14 August 2017

Menghidupkan Kembali Topeng Labuapi Lombok Barat yang Nyaris Punah

Buat Topeng Labuapi Lombok Barat NTB

Memasuki Dusun Labuapi Utara, Desa Labuapi Lombok Barat (Lobar), terlihat aktivitas warga yang sedang mengukir kayu menjadi topeng. Ada juga yang bertugas mengamplas ukiran topeng tadi agar lebih halus yang biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Di Lombok, Labuapi sudah lama dikenal sebagai sentra pembuatan topeng terbaik.

Salah satu pembuat topeng, Rubai’i, mengaku, kerajinan topeng di daerahnya berkembang sejak tahun 1990-an. “Awalnya saya kerja sama orang, baru kemudian buat usaha sendiri,” ujarnya saat ditemui Ekbis NTB beberapa waktu lalu.

Ia menuturkan, jika dirinya termasuk yang paling akhir terjun membuat topeng. “Jadi pas saya mulai buat, orang-orang di sini memang sudah mahir buat,” akunya.

Topeng Labuapi Lombok Barat NTB

Model topeng khas Lombok sendiri berbeda dengan topeng-topeng dari daerah lain. Kalau dari daerah lain, matanya terbuka tetapi kalau Lombok matanya tertutup dan mulutnya terbuka dengan ukuran yang memanjang. Ia menambahkan jika ada konsumen yang meminta dibuatkan model lain, baru dibuat. “Ada juga topeng yang dibuat hanya sampai setengah mulutnya dan ditambahkan gigi. Itu untuk pementasan cupak gerantang, tapi sekarang sudah jarang,” tuturnya.

Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan topeng adalah kayu. Apalagi hasil pembuatan topeng ini untuk diekspor ke beberapa negara tujuan. “Di sini kita buat topeng yang kualitas super. Ukuran dan bentuk kayu menentukan kualitasnya,” kata Ruba’i.

Perajin lainnya, Salman, menambahkan jika topeng biasanya terbuat dari kayu mahoni, kayu bajur dan kelapa. Menurutnya, yang paling bagus adalah kayu mahoni. ‘’Bajur juga bagus, yang beda hanya di seratnya saja,” ujarnya.

Dalam menyelesaikan 1 buah topeng berukuran 100 cm, Salman mengaku bisa menyelesaikan dalam kurun waktu 1 jam saja. Sementara topeng yang dibuat hanya 3 buah per hari. Adapun topeng yang paling kecil ukurannya adalah topeng berukuran 8 x 25 cm, sedangkan ukuran paling besar bisa mencapai 2 meter. ‘’Tetapi yang paing banyak diminati di sini yang ukuran 35 cm x 2 meter,” jelasnya.

Biasanya topeng buatannya digunakan sebagai pajangan rumah, kantor, maupun hotel. Harganya beragam, mulai dari Rp 12.500 – Rp 250.000 untuk topeng yang masih berbentuk setengah jadi.  “Sedangkan kalau sudah jadi harganya bisa sampai Rp 1,5 juta,” katanya.

Pemasaran topeng Labuapi sudah merambah skala nasional bahkan sampai luar negeri. Setiap 3 bulan sekali mereka mengirim ke Bali dengan omzet Rp 80 juta Rp 100 juta setiap kali pengiriman. Sementara untuk pasaran luar negeri, ia pernah mengirim ke Prancis bahkan sampai Jamaika. “Setelah bom Bali penjualan kita sempat menurun. Baru-baru ini banyak yang cari kembali,” ujarnya.

Ia menambahkan dulu setiap bulannya bisa mendapat keuntungan penjualan sampai Rp 25 juta. “Pasarnya masih ada, tetapi sekarang pengepulnya yang sedikit,” tukasnya.

Ruba’i juga menambahkan permasalahan yang dihadapi sekarang adalah mahalnya harga kayu. “Dulu harga 1 truk kayu hanya Rp 1 juta, tetapi sekarang beli 2 carry harganya Rp 5 juta,” ujarnya. Apalagi sekarang kayu yang dijual harus memiliki izin jual baru bisa dikirim. “Biasanya kita dapat kayu dari Lombok Tengah atau Sesaot. Sekarang kayu sudah sedikit jumlahnya,” tukasnya. (Uul Efriyanto Prayoba/Ekbis NTB)

Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive