Be Your Inspiration

Monday 19 February 2018

Khidmat Perayaan Imlek Tahun 2018 di Mataram

Imlek 2018 di Klenteng Ampenan 

Perayaan Imlek 2018 yang berlangsung Jumat (16/2/2018) berlangsung khidmat. Imlek yang dirayakan tahun ini bertepatan dengan tahun Anjing Tanah. Perayaan kali ini dilakukan dengan harapan kehidupan umat penuh dengan kedamaian.

Sehari sebelumnya, tim penjinak bahan peledak Brimob Polda NTB menyisir sejumlah vihara menjelang persembahyangan perayaan Imlek 2569. Penyisiran dalam bentuk sterilisasi itu untuk mengantisipasi gangguan keamanan umat konghucu yang beribadah.

Polisi lengkap bersenjata memeriksa setiap sudut vihara Budi Dharma. Kamis (15/2/2018) sore, tim dari Brimob Polda NTB meyakinkan tak ada benda mencurigakan. Pun demikian di vihara lain.
Sejumlah vihara lainnya yang mendapat pengamanan ketat kepolisian antara lain, Avoletiswara di Selagalas, Cakranegara, Kong Tee di Sweta, Sandubaya; Sanata Dharma Maitresya di Cakranegara Barat, Cakranegara; dan Vinalakirthi di Abian Tubuh, Cakranegara.

Kapolres Mataram, AKBP Muhammad menyebutkan, di wilayah Kota Mataram terdapat lima vihara yang akan diamankan.  ‘’Sudah kita siapkan rencana pengamanan dan pengerahan personel pengamanan di masing-masing vihara atau klenteng tersebut,’’ ujarnya dikonfirmasi Kamis (15/2/2018).
Sterilisasi klenteng di Mataram sebelum perayaan Imlek
Sterilisasi tersebut, kata dia, untuk mengantisipasi gangguan khususnya kerawanan terorisme dan konflik sosial. Sterilisasi untuk juga mencegah kerawanan penyerangan pemuka agama.
‘’Kita tetap waspada. Begitu juga di tempat ibadah lainnya. Apabila ada indikasi gangguan segera sampaikan ke aparat keamanan agar segera dapat ditangani,’’ pesan Muhammad.

Terpisah, sementara Kabid Humas Polda NTB, AKBP Tri Budi Pangastuti memastikan pelaksanaan ibadah umat yang merayakan Imlek di NTB berjalan lancar dan nyaman. Dia mengatakan, sejumlah personel Brimob tetap disiagakan di vihara. ‘’Untuk memberi rasa nyaman kepada umat yang melaksanakan ibadah. Kita patut bersyukur pelaksanaan berjalan kondusif,’’ tandasnya.

Di Kota Mataram, perayaan Imlek tidak jauh berbeda dengan perayaan dari daerah lainnya. Yang berbeda hanya hidangan yang disajikan saja. Sebab ini berkaitan dengan budaya dari masing-masing daerah, termasuk budaya yang ada di Kota Mataram dan NTB pada umumnya.

Sementara itu, menurut penjaga klenteng di Ampenan, Mangku Nengah Mudra perayaan imlek dilakukan dengan harapan semua orang diliputi dengan kebahagiaan dan penuh kedamaian. Di klenteng ini, ia sudah biasa mempersiapkan berbagai kebutuhan menjelang dan pada saat Imlek.
“Yang dipersiapkan itu ada air, kembang, lilin, dupa dan beberapa hal lainnya. Semuanya memiliki makna tersendiri,” ujarnya, di Mataram.

Imlek pada dasarnya merupakan tradisi pergantian tahun. Sehingga yang merayakan Imlek ini merupakan seluruh etnis Tionghoa meskipun memiliki keyakinan atau agama yang berbeda. Sebab pada tahun baru ini ada banyak pengharapan yang diinginkan oleh umat. “Di sini yang datang itu ada juga yang memiliki keyakinan yang berbeda. Karena ini adalah perayaan tahun baru dan setiap orang punya harapan untuk itu,” ujarnya.

Klenteng Ampenan ini sudah ada sejak tahun 1908 dan kerapkali dijadikan sebagai tempat sembahyang bagi umat yang merayakan Imlek. Biasanya orang yang merayakan Imlek akan datang sembahyang sejak pagi hari hingga sore. Perayaan ini akan berakhir hingga pada hari Cap Go Meh nantinya.

Sri Wiratih salah seorang warga yang merayakan Imlek mengatakan bahwa tahun ini ia berharap semua hal baik terjadi pada umat manusia dimanapun. Ia berharap kedamaian selalu mendekati setiap orang. Semua dalam keadaan baik dan semua keinginan baik dari setiap umat bisa tercapai di Tahun Anjing Tanah ini.

Sementara itu, perayaan Imlek juga identik dengan warna merah. Ini memiliki filosofi yang mendalam bagi warga Tionghoa di seluruh dunia. Biasanya mereka menghias rumah, pakaian, dan aksesori berwarna merah. Sebab itu diyakini dapat mengusir rasa takut dan menimbulkan keberanian bagi setiap orang.

Selain identik dengan warna merah,Imlek juga sangat dekat dengan kue keranjang. Kue keranjang mulai ramai dicari. Kue keranjang mulai digunakan sebagai sesaji dalam upacara persembahan kepada leluhur saat tujuh hari menjelang tahun baru Imlek, dan pada malam menjelang tahun baru Imlek. Kue ini biasanya juga tidak disajikan hingga hari Cap Go meh atau malam ke-15 setelah tahun baru Imlek. (Linggauni dan Wahyu Widiantoro)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive