Be Your Inspiration

Showing posts with label EKONOMI. Show all posts
Showing posts with label EKONOMI. Show all posts

Tuesday 10 December 2019

Jelang MotoGP, Industri Kreatif di Loteng Mulai Siapkan Suvenir

Salah satu sketsa kreasi perajin di Loteng menyambut gelaran MotoGP 2021.  

Perajin perak di Desa Ungga Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) mulai tertarik untuk membuat aneka suvenir untuk menyambut event MotoGP di Sirkuit Mandalika tahun 2021 mendatang. Salah satu desain yang ingin dibuat antara lain berupa miniatur pembalap yang sedang berlaga, ikon MotoGP dan lainnya.

Farid Rizki, salah seorang perajin perak di Desa Ungga kepada Ekbis NTB mengatakan, para perajin sudah mendapatkan pelatihan dari Pemda Loteng terkait dengan pentingnya menyambut event MotoGP dengan produk suvenir yang bagus. Namun demikian, pihaknya masih khawatir soal hak paten desain yang dimiliki oleh Dorna Sports. Karena itulah para perajin masih menunggu kejelasan soal hak paten itu dari pemerintah pusat dan Dorna.

"Kita sudah punya desain suvenir untuk MotoGP ini. Namun orang Kementerian bilang kita tanyakan dulu ke Dorna apakah kita diizinkan membuat miniatur MotoGP atau tidak, karena jangan sampai kita bermasalah di sana," terangnya.


Farid mengatakan, setidaknya ada tiga desain yang akan dibuat menjadi suvenir oleh para perajin perak di Ungga misalnya untuk bros, mainan kunci dan kalung. Desain tersebut masih dalam bentuk gambar di atas kertas, namun sudah siap dituangkan dalam karya jika sudah ada kejelasan soal izin dan lain sebagainya.

Soal kesiapan para perajin di Desa Ungga, Farid mengatakan, para perajin selalu siap untuk membuat produk produk yang akan direspon oleh pasar.  Terlebih kemampuan dasar untuk membuat aneka kerajinan tangan dari perak, kuningan atau tembaga sudah bagus. Yang pasti desain, ukuran dan soal izin dari yang punya hak paten harus sudah tidak ada masalah lagi. 

Selanjutnya, para perajin akan memikirkan soal materi utama untuk membuat suvenir tersebut sebagai dasar menentukan harga produk. Misalnya perak murni dengan perak yang dicampur dengan kuningan atau tembaga.

" Bisa saja nanti kita buat dari kuningan dan tembaga, namun kita sepuh dengan perak. Yang pasti kita ingin menyambut event MotoGP ini dengan produk suvenir yang bisa dibeli oleh wisatawan," terangnya.

DISPERINDAG LOTENG BERIKAN PELATIHAN PADA PERAJIN

Sementara Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) sudah melaksanakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk industri kreatif di Loteng guna menghadapi perkembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan MotoGP 2021. Namun pelatihan yang dilakukan masih terbatas yaitu dengan menyasar pengerajin perak di Desa Ungga, Kecamatan Praya Barat.
Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Loteng Hj. Baiq Enny Mardiana, SH, MM.,

Kepala Bidang Perindustrian Disperindag Loteng Hj. Baiq Enny Mardiana, SH, MM., mengatakan, pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk suvenir atau cinderamata ini dipandang sangat penting karena produk dari kerajinan perak bisa menjadi salah satu produk andalan untuk wisatawan yang datang ke daerah ini.

Apalagi dengan hadirnya MotoGP tahun 2021, para perajin suvenir di sana bisa membuat suvenir dengan aneka bentuk para pembalap atau dengan meniru kendaraan yang berlaga di MotoGP. Industri kreatif seperti ini sangat dibutuhkan untuk menjawab respons pasar yang semakin luas.

“Kita tetap lakukan peningkatan mutu serta kualitasnya. Terlebih kita sudah dapat predikat juara untuk desain mutu dan desain perak, kita juara nasional tahun 2017 lalu. Kita sekarang galakkan untuk meningkatkan kualitas-kualitas IKM kita ini untuk menopang dari keberadaan KEK Mandalika,” kata Baiq Enny.

Ia mengatakan, event bergensi seperti MotoGP adalah sebuah momentum yang sangat baik bagi seluruh pelaku IKM di Loteng khususnya agar bisa mengambil peran untuk meningkatkan hasil penjualan produk mereka. Para pelaku IKM bisa menjual produk mereka tak hanya secara offline, namun juga secara online, karena potensi penjualan secara digital dipandang terus mengalami tren peningkatan.

Secara umum, Disperindag Loteng akan memilih sekitar 60 IKM agar bisa masuk di e-commerce tingkat nasional. Tidak hanya e-commerce yang memiliki pasar dalam negeri, namun  e-commerce yang memiliki jaringan dunia seperti Alibaba juga akan dibidik agar IKM yang bisa masuk ke sana. “ Untuk pasar internasional ada tujuh IKM yang akan kita siapkan di tahun 2020 agar bisa masuk ke Alibaba,” terangnya. (Zainudin/Ekbis NTB)

Share:

Siapkah Perajin di NTB Manfaatkan Momentum MotoGP

Kondisi Pasar Seni Sesela Gunungsari Lombok Barat yang sepi dari pembeli. Akibat sepinya wisatawan membuat perajin belum bisa berkreasi membuat suvenir untuk MotoGP.
Pelaksanaan MotoGP di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika tahun 2021 mendatang sudah menggema. Apalagi Sabtu (23/11/2019),  telah dilaksanakan pra-launching MotoGP Mandalika di Jakarta. Bahkan, penjualan tiket juga telah dibuka secara online. Lalu, seperti apa kesiapan masyarakat, khususnya peranjin dalam menyambut momentum ini?

Minggu (8/12/2019) siang, suasana di Pasar Seni Sesela Kecamatan Gunungsari Lombok Barat (Lobar) tampak sepi. Sejumlah pemilik artshop memilih duduk di berugak yang ada di bagian depan. Mereka menunggu mobil bus atau minibus datang membawa tamu-tamu mancanegara atau nusantara untuk berbelanja.

Sementara di bagian dalam, sebagian pemilik artshop memilih tidak membuka usahanya. Di bagian aula berjejer beragam seni kerajinan di etalase kaca. Ada pula beberapa kerajinan berupa patung kuda dan kerajinan lain yang diletakkan di bagian atas etalase.

Jika beberapa tahun sebelumnya, selalu ada perajin di tempat ini yang membuat berbagai macam kerajinan, seperti cukli, patung hingga hiasan dinding. Namun, semenjak beberapa bulan terakhir, para perajin lebih memilih tidak membuat kerajinan.  ‘’Sudah berbagai macam upaya kami lakukan agar bisa bertahan. Tapi, beginilah tamu sepi,’’ ujar Dul, pemilik Kenzu Artshop Sesela.

Dul tahu pada Minggu ini ada kapal pesiar singgah di Pelabuhan Gili Mas, Lembar. Namun, karena tidak memiliki kesepakatan dengan pemandu wisata dan travel yang membawa tamu, ia bersama pemilik artshop di Sesela hanya bisa menjadi penonton. Meski demikian, besar harapannya, tamu-tamu kapal pesiar mau datang singgah di artshop yang ada di Sesela.

Untuk itu, ujarnya, kondisi perajin artshop di Sesela – khususnya dan Lombok Barat umumnya yang sepi pengunjung, menjadikan dirinya belum terlalu berpikir untuk membuat suvenir bagi para penonton MotoGP di KEK Mandalika. Bagi para perajin, sekarang ini adalah bagaimana caranya bisa bertahan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Menurutnya, jika kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sesela meningkat, maka perajin bisa berkreativitas. Termasuk, dalam mengantisipasi event MotoGP di Lombok Tengah. Mereka akan menyiapkan suvenir untuk oleh-oleh khas Lombok terkait MotoGP.

MotoGP Lombok
Diakuinya, dalam memasarkan kerajinan di Pasar Seni Sesela dilakukan dengan berbagai cara. Seperti menyebar brosur, promosi ke beberapa daerah hingga mempromosikan lewat media sosial. Namun, kunjungan wisatawan ke Pasar Seni Sesela masih saja sepi.

‘’Termasuk kita adakan pementasan peresean dengan mengundang travel agent. Tapi karena sudah keseringan, wisatawan tetap sepi dan yang nonton adalah sebagian besar warga kita sendiri, sehingga berhenti kita gelar,’’ akunya.

Untuk itu, pihaknya mengharapkan pemerintah segera bertindak agar nasib perajin di sejumlah sentra kerajinan tidak semakin rugi. Paling tidak, ada kebijakan pemerintah mengatasi persoalan yang dihadapi perajin, khususnya adanya persamaan harga terhadap hasil kerajinan yang dijual. Diakuinya, masalah harga dan komisi bagi pemandu wisata perlu segera dituntaskan, sehingga perajin dan sentra-sentra produksi kerajinan tetap eksis berkarya. Jangan sampai, karena minim memberikan komisi pada pemandu wisata, tidak mau mengajak tamu untuk singgah di Pasar Seni Sesela.

Pendapat senada disampaikan Ketua Pasar Seni Sesela Fathul Anwar. Diakuinya, belum ada persiapan apapun para perajin, terutama di Sesela yang menjadi pusat industri kerajinan. Meskipun mereka sudah tahu tentang MotoGP yang akan digelar di Lombok, Indonesia.

Perajin memiliki peluang membuat suvenir atau cinderamata MotoGP. Menurut Atta – sapaan akrabnya, untuk menghasilkan kerajinan – kerajinan kecil seperti itu tak rumit. “Cepat membuat suvenir yang begitu. Cuma banyak yang harus dipersiapkan,” katanya belum lama ini.

Ada beberapa bintang lintasan yang namanya saat ini sangat familiar. Misalnya Valentino Rossi, lalu Mark Marquez. Tahun 2021 mendatang, bukan tidak mungkin ada bintang-bintang lintasan baru yang akan muncul. ‘’Kita juga masih menunggu itu sebagai ikon untuk membuat suvenir,” jelas Atta.

Perajin juga punya keinginan besar untuk memanfaatkan momen besar yang akan dilaksanakan di KEK Mandalika. Pengalaman sebelumnya, event nasional Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke – 27 tahun 2016 lalu, perajin juga dilibatkan. Beberapa jenis kerajinan untuk suvenir yang dibuat misalnya rehan (dudukan Al Qur’an), kerajinan cukli, termasuk kaos Lombok. Atau produk-produk yang gampang dibawa.

Meski begitu, ada juga kekhawatiran perajin lokal akan kehilangan kesempatan. Kekhawatiran mereka, pengusaha-pengusaha luar yang memproduksi dan memasok suvenir dengan brand Lombok. Karena itu, mereka menunggu gerak pemerintah daerah. Mulai dari Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perindustrian dan OPD terkait lainnya. ‘’Bagaimana membina, menyadarkan para perajin apa langkah-langkah yang sedikit gemilang revolusioner ke teman-teman ini. agar jangan sampai tertinggal terlalu jauh,’’ ujarnya.

Perajin menunggu arahan dari pemerintah daerah. Bagaimanapun tidak bisa di pungkiri pengaruh pengusaha-pengusaha besar yang mendominasi secara modal, dan teknologi. Kekhawatiran ini diharapkan pemerintah juga hadir melakukan pendampingan untuk bersaing merebut peluang yang telah ada di depan mata.

Persiapan perajin masih normatif. Para perajin juga banyak yang belum recovery secara total. Mental dan finansial. Karena itu butuh sentuhan dua kali lebih kuat dari yang biasanya agar terarah ke jalan keluar menghadapi pasar yang demikian besar. ‘’MotoGP ini ibarat menghadapi perang besar. Tidak bisa dengan senjata-senjata sederhana menghadapinya,’’ demikian Atta mengibaratkan peluang pasar 2021.

Kondisi serupa juga di Pasar Seni Sayang-Sayang Kota Mataram. Event MotoGP di KEK Mandalika Lombok Tengah seolah-olah menjadi  milik bagi perajin yang ada di Lombok Tengah. Para perajin yang ada di tempat ini untuk sementara masih memajang kerajinan khas lokal, seperti kerajinan dari batok kelapa, cukli, gelang, kalung dan lainnya. Belum ada artshop yang memajang kerajinan untuk menyambut pagelaran MotoGP di KEK Mandalika.

Salah seorang pengelola artshop mengaku, belum tertarik memajang oleh-oleh khas MotoGP, karena beranggapan MotoGP tidak digelar di Kota Mataram atau Lombok Barat. ‘’Itu kan lokasinya di Lombok Tengah, paling-paling perajin yang ada di sana yang buat,’’ jawab salah satu penunggu artshop yang tidak mau dikorankan namanya dengan enteng.

Sekarang ini yang ditunggu perajin, katanya, adalah tamu yang datang berkunjung dan membelanjakan uang untuk membeli oleh-oleh di Pasar Seni Sayang-Sayang. Apalagi, katanya, akhir bulan Desember ini merupakan waktu libur Natal dan Tahun Baru, sehingga kunjungan wisatawan yang datang berbelanja sangat diharapkan. (Marham)
Share:

Friday 15 November 2019

Remajakan Tanaman Kakao Petani Gitak Demung Lombok Utara Belajar Otodidak dari Internet

Ali Akbar, salah satu petani kakao di Lombok Utara sedang meremajakan pohon kakao dengan teknik yang dipelajari dari internet.

Kakao milik petani di Dusun Gitak Demung, Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, kebanyakan berusia tua. Untuk meremajakannya, petani memerlukan inovasi. Menyadari pendampingan instansi yang minim, petani pun memilih belajar otodidak dari internet.

SEPERTI yang dilakukan petani kakao, Ali Akbar. Kakao-kakao tua itu dipangkas. Batang utama dipotong dengan sisa batang antara 50 cm - 1 meter.  Batang tua itu kemudian disambung dengan teknik okulasi. Teknik sambung pucuk itu ternyata berhasil. Hingga sekarang, hampir sebagian besar kakao di atas 2,5 hektar areal milik Ali berganti dengan pohon baru.

Teknik sambung pada kakao, diadopsi petani dari akulasi pada kopi. Teknik inilah yang ikut memajukan produksi kopi di sebagian besar wilayah Genggelang. Genggelang patut dijuluki sebagai desa penyangga komoditas perkebunan di Lombok Utara.

"Umur kakao di atas 20 tahun, rata-rata sudah sangat. Dulunya kakao masuk melalui program P2WK saat pertama kali kakao datang ke Genggelang," ungkap Ali, Kamis (14/11/2019).

Pada tanaman kakao, terdapat rumus baku. Bahwa semakin muda batang dan ranting, produksi akan semakin melimpah. Berangkat dari itulah, Ali memberanikan diri memangkas kakao.

Bahkan lahan milik Ali, kerap dilirik sebagai lokasi demplot penelitian para peneliti perguruan tinggi. Namun bukan Ali saja yang meremajakan kakao dengan teknik sambung. "Kami belajar otodidak dari YouTube, tanpa dampingan. Awal mula menyambung sekitar 2015, dan menjadi tren mulai 2017. Dari 10 petani, sekitar 6 orang sudah mulai menyambung," akunya.

Petani Dusun Gitak Demung, kebanyakan banyak belajar dari konsep try and error. Cara ini dilakukan pula pada durian. Petani setempat banyak melakukan uji coba dengan varietas baru. Bahkan tidak jarang dari mereka yang berani membeli dan mendatangkan varietas (pucuk) durian jenis baru untuk disambung dengan durian lokal.

Jauh sebelum Kampung Cokelat berdiri, sudah ada beberapa petani yang mulai berinovasi secara mandiri. Tetapi usaha mereka tidak banyak diekspose.  "Awal menyambung, saya sampai dikatakan gila karena memangkas dengan cara berbeda. Petani umum potong atas, tapi saya coba potong pokok menyisakan 10-15 cm," sambungnya.

Dengan teknis sambung batang, petani setidaknya harus menunggu sampai 2 tahun sampai pokok baru mulai berbuah. Selama itu, petani harus menyiapkan cadangan. Tetapi bagi petani, lahan tumpang sari dengan pisang, kelapa dan vanili menjadi penolong selama kakao tidak berproduksi.

Petani Gitak Demung umumnya kesulitan dengan obat-obatan pertanian. Harga obat mahal menjadi salah satu faktor yang mendorong petani menerapkan pengelolaan budidaya secara organik. Misalnya, untuk menjaga buah kakao dari hama helopeltis, mereka memanfaatkan dedaunan yang difermentasi untuk disemprotkan pada buah.

"Rata-rata petani Genggelang sudah lancar mengendalikan hama, kendala utama sampai sekarang adalah pemasaran hasil produksi. Kakao paling mahal dihargai Rp 21.000. Harga beli tertinggi sekitar Rp29 ribu per kg, itu terjadi sekitar tahun 2000-an," imbuhnya.

Petani di lingkaran pengepul seolah menjadi pemandangan jamak yang ditemui. Pemda KLU sejatinya diharapkan menyiapkan "bapak angkat" yang menyerap bahan baku dengan harga bersaing. Jika perlu, melalui BUMD/BUMDes. (Johari/Lombok Utara)
Share:

Siasati Pemadaman Listrik, Pelaku Wisata Lombok Timur Kemas Romantic Time

Suasana romantic time

Pelaku wisata di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) tidak merasa dirugikan dengan seringnya pemadaman listrik oleh pihak Perusahaan Listrik Negara (PLN). Mati lampu tetap dibuat kemasan menarik untuk wisatawan.

"Kita kemas dengan membuat romantic time," ungkap Zainul Padli, Pelaku Wisata di Desa Tetebatu Kecamatan Sikur Kabupaten Lotim kepada Suara NTB, Kamis (14/11/2019).

Suguhan kemasan pelaku wisata di homestay-homestay itu dinilai sangat diminati wisatawan.  Romantic Life dibuat dengan cukup menyalakan lampu penerangan sepertin lilin atau botol bekas yang ditaruh setiap sudut kamar. Suasana nyaman dan ketenangan di tengah lingkungan yang asri dinilai wisatawan salah satu tambahan pemikat untuk menginap di rumah-rumah warga.

Diakuinya, listrik padam yang sudah terjadi beberapa hari terakhir membuat pelaku usaha cukup terganggu. Namun, karena tidak ada daya membantah, pelaku usaha wisata ini mencoba menciptakan hal-hal yang diharapkan tidak membosankan bagi wisatawan.

Meski demikian, tetap diharap listrik kembali bisa normal. Pasalnya, banyak aktivitas lain yang tak bisa dilaksanakan karena terkendala listrik.

Sejauh ini, kerapnya lampu padam ini juga memang tidak berpengaruh pada kunjungan wisatawan mancanegara ke Tetebatu. Sampai sekarang angka kunjungan tetap banyak tidak ada homestay yang kosong. "Semua homestay terisi, seperti di Orong Gerisak," imbuhnya.

Mendatangi Tetebatu, wisatawan menikmati sejumlah paket wisata alam nan eksotic, paket membaur dengan warga. Disebut to be Sasak People (menjadi orang Sasak) beberapa hari. Wisatawan juga diajak keliling perkampungan melihat sawah dan aktivitas petani bercocok tanam.

Sementara itu, guna mempercepat normalisasi kelistrikan di Lombok, pihak PLN tampak terus melakukan perbaikan. Seperti terlihat perbaikan di sistem jaringan Selong, Kamis (14/11/2019). Petugas PLN juga melakukan pemangkasan ranting pohon yang berdekatan dengan kabel dan tiang listrik.

Supervisor Keselamatan Kerja PLN Cabang Selong, Dian Aji menerangkan aturan di PLN minimal jarak ranting pohon dengan kabel PLN 2,5 meter. Jarak standar ini dimaksudkan agar tidak ada gangguan pada sistem jaringan. Ranting dan dedaunan yang terlalu dekat bisa menimbulkan konsleting listrik.

PLN juga memasang sebuah alat pada sejumlah tiang listrik. Alat tersebut dipasang agar saat terjadi pemadaman tidak meluas. Bisa dilakukan pembatasan areal yang dipadamkan saat terjadi pemadaman akibat sejumlah gangguan. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

2019, Pemprov NTB Intervensi 25 Desa Wisata

Kepala Dinas Pariwisata NTB H. Lalu Moh. Faozal
Pemprov NTB tahun ini akan mengembangkan sebanyak 25 desa wisata. Desa-desa wisata ini yang nantinya akan menguatkan sektor pariwisata NTB.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, H. L. Moh. Faozal, S.Sos., MSi., ke 25 desa wisata yang diintervensi oleh pemerintah daerah ini adalah desa-desa yang memiliki potensi dikembangkan sebagai desa wisata. Beberapa program yang dilakukan kepada desa wisata di antaranya, penguatan kelembagaan, membangun infrastruktur dasar, serta memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan yang disiapkan oleh desa wisata.

Kenapa pemerintah memprogramkan desa wisata? Alasannya, dari desa wisata akan terbangun gerakan ekonomi masyarakat. aktivitas-aktivitas usaha masyarakat dapat dihidupkan secara langsung. “Muaranya adalah pengembangan ekonomi masyarakat,” jelasnya pada Ekbis NTB, Minggu (10/11/2019).

Muara ekonomi artinya seluruh aktivitas dan layanan yang ada di desa setempat akan terjadi transaksi. Siapapun yang datang, konsekusensi logisnya adalah berbelanja (mengeluarkan uang) selain menikmati suguhan wisata yang ada di desa setempat.

Bahkan pada tahun ini, lanjut kepala dinas, di desa wisata akan dikampanyakan e-ticketing. Pembayaran dari pola konvensional ke digital. Wisatawan dapat melakukan pembayaran dengan non tunai. Untuk memudahkan pembayaran dari wisatawan-wisatawan yang tidak membawa uang tunai langsung.

“Akan muncul berbagai sumber pendapatan bagi desa itu. Setiap aktivitas dan layanan yang diterima wisatawan. Ditawarkan jasa yang berbayar,” imbuhnya.

Desa wisata ini targetnya wisatawan secara umum. Pun wisatawan dari luar negeri. meningat ada desa wisata yang pangsa pasarnya telah menembus wisatawan mancanegara. “Tahun ini ada 25 desa kita intervensi. Tahun depan kita harapkan menjadi 30 desa wisata,”  demikian Faozal. (Bulkaini/Ekbis NTB)
Share:

Ketua BPPD Loteng Ingatkan Desa Wisata Berbenah


Ketua BPPD Lombok Tengah Ida Wahyuni (Dokumentasi Pribadi/Twitter)
PULUHAN desa wisata yang sedang dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) menjadi penyangga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Saat ini sekitar 40 desa yang tetap eksis mengembangkan diri menjadi desa wisata di Loteng. Namun tahun depan, sekitar 37 desa wisata lagi yang akan didorong untuk menjadi desa yang siap menerima kunjungan wisatawan domestik maupun mencanegara.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Loteng Ida Wahyuni kepada Ekbis NTB, Kamis (7/11/2019), mengatakan, pascagempa yang melanda NTB tahun 2018 lalu, kunjungan wisatawan ke desa wisata sudah berangsur-angsur normal. ‘’Namun demikian, ada sebagian yang masih dalam tahap perbaikan infrastruktur serta sarana dan prasarana pascagempa,” katanya.

Yang jelas kata Ida, BPPD, pelaku desa wisata dan unsur terkait lainnya sedang  berupaya melakukan promosi untuk menarik kunjungan ke desa wisata yang jumlahnya akan terus bertambah. Masyarakat semakin bersemangat membangun dan mengelola desa wisata setelah melihat perkembangan KEK Mandalika dan rencana pelaksanaan MotoGP tahun 2021 mendatang. 

“ Kami optimis sekali, karena bukan hanya di Mandalika saja yang menjadi pusat kunjungan, namun daerah penyangga seperti desa wisata ini harus kita siapkan. Kita tingkatkan untuk capacity building-nya, bagaimana mengelola agar length of stay wisatawan juga bisa bertambah seperti itu serta bagimana pengembangan SDM masyarakat,” katanya.

Menurut perintis Desa Wisata Setanggor ini, mengeloa desa wisata relatif tidak memiliki tantangan yang serius, karena yang dibutuhkan adalah kesiapan masyarakat, ada potensi desa yang bisa dijual serta pemerintah desa mendukung terbentuknya desa wisata tersebut.

Saat ini desa wisata di Loteng sedang berkembang positif dan angka kunjungan wisatawannya cukup tinggi. Sebagai gambaran  di desa wisata Setanggor, hampir setiap hari sekarang tingkat hunian homestay-nya penuh.” Homestay VIP yang pakai AC itu 11 kamar, selebihnya pakai kipas. Jadi yang jadi homestay itu rumah masyarakat itu sendiri,” tambahnya.

Menurutnya, modal terbesar dalam mengelola desa wisata adalah kesadaran dari masyarakat akan pentingnya hospitality dan pelayanan yang baik. “ Dan masyarakat saya lihat sudah mulai berbenah agar tamu yang datang bisa nyaman. Terlebih jualan desa wisata adalah aktivitas harian masyarakat atau kearifan lokal yang ada di dalam masyarakat itu sendiri,”tambahnya.

Tinggal pekerjaan rumah yang harus ditingkatkan saat ini yaitu promosi melalui dunia maya, karena akses digital sangat penting untuk meningkatkan angka kunjungan wisatawan. “ Kami semakin bersemangat dan optimis karena Ditjen PDT Kementerian Desa memiliki program bantuan 300 juta untuk digital promotion per desa wisata di tahun 2020 nanti,” katanya.(Zainuddin Syafari/Ekbis NTB)
Share:

Tuesday 17 September 2019

Prosesi Boteng Tunggul Warnai Event Kesenian dan Budaya Pringgasela

Prosesi adat Boteng Tunggul Kecamatan Pringgasela Lombok Timur
Gubernur NTB, Dr.H. Zulkieflimansyah menegaskan bahwa pariwisata, tidak  harus identik dengan Laut dan gunung saja. Tetapi juga berbagai aktivitas seni budaya dan tradisi yang perlu terus diperkaya dan dilestarikan, sebagai aset wisata daerah.

NTB  kaya dengan warna warni seni budaya dan tradisi rakyat. "Hampir di setiap desa wisata tersimpan potensi seni budaya dan tradisi, termasuk kerajinan tenun dan busana yang perlu dieksplore lebih lanjut," kata Gubernur yang akrab disapa Doktor Zul itu saat menutup Event Kesenian & Budaya Pringgasela, di Kecamatan Pringgasela Lombok Timur, Senin (16/9-2019).



“Prosesi Boteng Tunggul ini yang sudah berusia 8 abad adalah warisan budaya yang luar biasa, harus tetap dijaga,” tambah Gubernur.

Boteng Tunggul adalah sebuah tradisi sakral yang biasa  digelar oleh masyarakat desa Pringgasela Kabupaten Lombok Timur NTB mengiringi upacara adat Gawe Desa.

Boteng sendiri berarti berdiri dan Tunggul adalah kain tenun  yang dibuat pertama kali oleh tokoh tenun setempat yaitu Lebai Nursini. Kini tunggul tersebut telah berumur ± 850 tahun, yang berarti sudah berada di tangan generasi pewaris ke - 17. Tradisi ini sebagai cermin sejarah perjalanan tenun Pringgasela.

Dalam prosesi adat  Boteng Tunggul adalah kain tenun (Tunggul) yang diikatkan pada sebuah pohon bambu petung, sehingga tampak seperti umbul-umbul. Kain tunggul itu dipercaya memiliki nilai kesakralan tinggi, sehingga ada syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi ketika akan mengibarkan dalam suatu kegiatan adat gawe desa.


BACA JUGA : Tenun Gedogan Lombok Timur Menuju Persaingan Internasional 

Demikian juga bambu petung sebagai tiang Tunggul, selain harus diambil utuh mulai dari bagian akar sampai ujungnya, juga orang yang mengikatkan kain itu hanyalah oleh pewaris tradisi, diiringi dengan seni tradisional Sasak yaitu Gendang Belek dan kesenian Rantok.

Ketua Panitia Alunan Budaya Desa Pringgasela, Ahmad Feriawan mengatakan, masyarakat Pringgasela menganggap Tunggul ini adalah tenun Pringgasela di mana mereka sadar bahwa mereka dilahirkan dengan tenun, sehingga harus dijaga sampai kapanpun.
Boteng Tunggul yang diklaim sudah berusia 8 abad
Tunggul ini juga sering digunakan sebagai media pengobatan dengan memanjatkan do'a dan salawat.
Ia menceritakan bahwa Tunggul terakhir kali dikibarkan pada tahun 1979 silam, ketika pewaris dari kain ini menikah. Sejak saat itu, masyarakat sudah tidak pernah melihat tunggul dikibarkan.

Seluruh tradisi budaya yang dimiliki masyarakat, kata dia, harus dilestarikan dan pelestarian itu ada di Kebudayaan. Karena itu tahun 2020, ia berharap pemerintah daerah punya museum untuk melestarikan keragaman adat dan tradisi yang ada di masyarakat. Terlebih Tunggul yang berusia delapan abad tersebut.



Hal senada dikatakan Kepala Dinas Pendidikan dan KebudayaanNTB, Rusman, SH, MH. Dia mengatakan pelestarian budaya adalah bagian yang harus menjadi perhatian. Budaya sebagai cermin dari masyarakat.

"Ini menjadi perhatian kami di Dinas Dikbud, bagaimana ke depannya kita bisa mencari format yang baik sehingga budaya yang dimiliki betul-betul lestari dan menjadi asset yang berharga," ujarnya.
Di sekolah, jelas Rusman, kekayaan budaya NTB sudah mulai masuk sebagai pelajaran muatan lokal. Bahkan khusus untuk tenun, SMKN 2 Selong membuka jurusan khusus terkait kerajinan tenun. Ini menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di masyarakat.

Selain upacara adat Boteng Tunggul, Alunan Budaya Desa Pringgasela, juga  menampilkan beragam atraksi seni seperti fashion show kain tenun, Pameran UKM dan Tari Tenun. Kerajinan tenun sendiri menjadi khas Pringgasela. Produk tenun yang dihasilkan tak hanya beredar di Nusantara, tapi mulai menembus pasar dunia. (Diskominfotik NTB).

Share:

Gubernur NTB Buka Festival Pesona Moyo 2019

Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah didampingi Bupati Sumbawa H. Husni Djibril, Ketua DPRD Sumbawa saat memukul bedug tanda dimulainya Festival Pesona Moyo, Minggu (15/9/2019) malam

Gubernur NTB, Dr. H.  Zulkieflimansyah, S.E. M.Sc menekankan pentingnya akses serta penerbangan dalam mendukung kemajuan pariwisata. Karena sehebat apapun menyajikan destinasi dan atraksi budaya, wisatawan tidak mungkin berkunjung jika akses masih minim dan penerbangan masih susah.

Hal ini disampaikannya saat membuka secara resmi Festival Pesona Moyo tahun 2019 di halaman Kantor Bupati Sumbawa, Minggu (15/9/2019). Festival Pesona Moyo terpilih sebagai kalender 100 of event nasional yang diprioritaskan Kementerian Pariwisata. Pihaknya berharap pelaksanaan event ini bisa dirasakan manfaat dan dinikmati oleh masyarakat. “Jangan sampai juga kita melaksanakan satu festival besar tapi tidak dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat kita,” imbuhnya.

Dijelaskannya, pemerintah pusat melihat pariwisata adalah satu-satunya sektor yang mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kesejahteraan dalam waktu yang cepat. Hanya saja banyak orang sering keliru memahami pariwisata. Mencoba menata destinasi, desa-desa dan menyajikan tarian serta nyanyian untuk mendatangkan para wisatawan.

Tetapi dari hasil diskusi yang paling penting, orang berkeinginan datang ke suatu daerah karena kemudahan akses. Selain itu yang membuat wisatawan tertarik datang juga jika adanya direct flight (penerbangan langsung).  Berdasarkan data yang ada, sejak adanya direct flight dari Perth Australia datang ke Lombok, jumlah wisatawan Australia yang datang ke NTB meningkat 400 persen.

“Jadi tidak mungkin Festival Pesona Moyo akan ramai dikunjungi kalau akses datang ke Sumbawa masih minim. Tidak mungkin orang Jakarta, Surabaya semuanya mau datang ke Sumbawa kalau penerbangan masih susah. Saya kira yang kayak begini penting agar jangan sampai kita mendandani desa, memperbaiki objek wisata tapi pimpinan Dewan,  anggota Dewan dan pemda tidak memberikan subsidi untuk angkutan kita,” terangnya.

Disebutkannya, hal penting lainnya, pemerintah harus mampu mengidentifikasi asal wisatawan. Karena wisatawan yang paling banyak berkunjung ke NTB termasuk Kabupaten Sumbawa berasal dari Malaysia, kemudian China dan Australia. Hal ini karena adanya penerbangan langsung dari ketiga negara tersebut ke Lombok International Airport (LIA).

Gubernur juga mengakui bahwa turis yang datang ke NTB ini tidak hanya ingin melihat gunung dan laut tetapi juga atraksi yang ditampilkan. Karena tidak lebih dari dua hari anak-anak mereka sudah mulai mencari binatang. Makanya Gubernur berharap Kabupaten Sumbawa bisa menciptakan aktivitas, sehingga sehingga wisatawan lebih dari dua hari nyaman berada di Sumbawa, termasuk memiliki Kebun Binatang.

Gubernur berharap pemerintah daerah lebih serius dalam memajukan pariwisata. Salah satunya dengan mengenal dan mencintai budaya dan daerah Sumbawa. Selain itu juga harus memberikan pelayanan terbaik kepada setiap tamu yang berkunjung.
Pembukaan Festival Pesona Moyo 2019
Bupati Sumbawa, H. M. Husni Djibril, B.Sc, menyampaikan, dilaksanakannya Festival Pesona Moyo 2019 menjadi major event dari rangkaian kegiatan pariwisata yang dikemas dalam rangka mempromosikan Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu daerah tujuan wisata unggulan di Indonesia. 

Dengan memanfaatkan nama Pulau Moyo dalam festival ini, diharapkan mampu menggambarkan kekayaan dan eksotisme tinggi yang dimiliki daerah Sumbawa. Paling tidak tercatat ada 231 potensi objek wisata, termasuk 9 desa wisata yang ditetapkan oleh pemerintah Provinsi NTB di Kabupaten Sumbawa, yang membutuhkan interaksi cita rasa dalam konteks kepariwisataan dari segenap komponen baik pemerintah, masyarakat, pelaku wisata, maupun wisatawan itu sendiri. Pihaknya merasa bangga dan semakin termotivasi setelah ditetapkannya Festival Pesona Moyo sebagai salah satu dari 100 wonderful event Indonesia 2019 oleh Kementerian Pariwisata.

“100 wonderful events ini merupakan 100 atraksi wisata terbaik yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Untuk itu, pada gelaran Festival Pesona Moyo kali ini, kami telah mengerahkan segenap sumberdaya yang ada untuk menyajikan dan mengangkat hal-hal unik, menarik dan bernilai jual sebagaimana tema yang diusung yaitu  discover Sumbawa-find the uniqueness,” terangnya.

Sementara Tenaga Ahli Kementerian Pariwisata RI, Taufik Rahzen memaparkan proses masuknya Festival Pesona Moyo menjadi 100 kalender event nasional. Dijelaskan, terkait masa depan Festival Pesona Moyo, di mana diyakini Sumbawa menjadi pusat kebudayaan di Indonesia. Untuk itu, pihaknya ingin mengusulkan kepada Gubernur dan Bupati tentang pelaksanaan festival di NTB agar bisa di-branding kekuatan flora dan fauna.  Untuk binatang mulai dari Bau Nyale hingga Hiu Paus. Kemudian Barapan Kebo, Pacuan Kuda dan lainnya. (Indra Jauhari dan Arnan Jurami Suara NTB)
Share:

Sunday 15 September 2019

Inovasi Desa, Jerman Lombok Timur Bangun Flower Hill

Flower Hill atau bukit berbunga yang ada di Desa Jerman (Jeruk Manis) Kecamatan Sikur Kabupaten Lotim. 

Desa Jeruk Manis (Jerman) Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur terus berinovasi menata dan mengembangkan sejumlah objek wisata. Salah satu destinasi yang saat ini dipersiapkan adalah Bukit Berbunga.

Kepala Desa Jeruk Manis, Nurhadi Muis mengutarakan, tahun 2019 ini dialokasikan dari APBDesnya Rp 500 juta untuk menata objek wisata. Sebesar Rp 250 juta dari jumlah tersebut diperuntukkan menata Bukit Berbunga. “Kalau Inggris nya nanti kawasan ini akan kita namai Flower Hil,” ucapnya.

Dinamakan demikian karena lahan berbukit seluas sekitar 3 ha itu coba ditanami bunga-bunga cantik. Jeruk Manis memang sudah dikenal sebagai daerah yang kaya dengan tanaman bunga. Bahkan kata Nurhadi Muis, ada bunga langka edelweis tumbuh di kawasan Jeruk Manis. Bunga-bunga anggrek juga banyak ditemukan. Termasuk bunga-bunga lokal yang cantik siap menghiasi kawasan.

Desa Jeruk Manis ini terbilang berani dalam menggunakan dana desa untuk menata destinasi wisata. Bahkan katanya bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD)nya, dipersilakan menggunakan seluruh APBDesnya untuk fokus menyelesaikan penataan salah satu objek. Tujuannya agar bisa lebih cepat menuai hasilnya.

Flower Hill Desa Jerman (Jeruk Manis) Kecamatan Sikur Lombok Timur.
Akan tetapi, anggaran menata satu kawasan tidak cukup dengan Rp 1 miliar. Butuh lebih dari miliaran rupiah agar bisa menjadikan objek wisata menjadi sangat menarik wisatawan. Diakuinya, sempat ada pemilik modal besar dari Riau saat berwisata ke Jeruk Manis menawarkan investasi senilai Rp 50 miliar. Akan tetapi, dirinya tidak berani menerima dan memilih menolak, karena takut tergantung dengan investor tersebut.

Kehadiran investor katanya tidak bisa dinafikan dalam menata kawasan. Diperlukan ada bantuan dari pihak-pihak lain dalam upaya mempercepat penataan kawasan. Seperti penataan bukit berbunga.
Bukit berbunga ini diharapkan nantinya bisa menjadi alternatif lain selain Air Terjun  Jeruk Manis, Air terjun Tibu Bunter dan Air Terjun Durian Indah yang ada di wilayah Jeruk Manis. Desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) ini terbilang kaya dengan objek wisata. “Kami ini adalah daerah tujuan wisata, wisatawan tidak pernah sepi datang ke sini,” klaimnya. 

Karena itulah, perhatian terhadap wisata menjadi salah satu atensi serius. Melalui wisata, bisa menjadi salah satu cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jeruk Manis. “Tujuan kita mengan lesejahteraan masyarakat,” ucapnya.

Bukit Berbunga diyakini ke depan akan bisa menberikan income yang besar bagi negara dengan kunjungan wisatawan asing. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi daerah dan tentunya PADes desa. (Rusliadi/Lombok Timur)


Share:

Eco Tourism Tibuborok Lombok Timur yang Mempesona

Eco Tourism Tibuborok bisa menjadi objek wisata baru di Lombok Timur. 
Satu lagi objek wisata alam nan menawan kini hadir di kabupaten Lombok Timur (Lotim). Namanya Tibuborok, berlokasi di kawasan Hutan Tanaman Industri (HTI) Desa Padakguar Kecamatan Sambelia. Kawasan yang kini coba disulap menjadi eco tourism wisata alam ini menampilkan pemandangan yang indah.

Dari kawasan Tibuborok ini dapat dilihat pemandangan pegunungan yang menjulang tinggi di sebelah barat. Sebelah timur, terlihat sejumlah gili yang muncul di atas perairan Selat Alas, yakni Gili Kondo, Gili Bidara dan Petagan. Pasirnya yang putih terlihat jelas dari ketinggian 130-241 meter di atas permukaan air laut (Mdpl).

Meski pada siang terik Minggu (8/9/2019), pemandangan indah itu masih bisa memanjakan mata para pengunjung. Ratusan hektare kawasan Tibuborok ini sebelumnya kering dan kritis. 


Junaini, penjaga kawasan menuturkan sejak dua tahun terakhir ini baru terlihat ada perubahan. Tibuborok mulai hijau.  Musim kemarau ini diakui memang membuat sejumlah tanaman mengering. Jika tanpa sentuhan teknologi, maka diakui semua tanaman mungkin akan mati semua. Saat penanaman awal, ada tambahan hydro gell diberikan pada setiap lubang tanaman. Dengan hydrogell itu, tanaman bisa bertahan sampai bisa tumbuh besar. 

Sementara itu, Stasiun Manajer PT Sadhana Arifnusa, Kuswanto Setiabudi selaku pemilik kawasan memaparkan, saat musim kemarau saat ini memang tanaman mengalami fase stress. Namun  saat hujan turun nanti, semua tanaman itu dipastikan akan kembali hijau.

Eco tourism menjadi salah satu konsep yang coba dikembangkan untuk kawasan yang nantinya akan terbuka untuk umum. Kuswanto mengakui, tidak akan  bisa menutup kawasan tersebut. Keindahan alam Tibuborok ini akan menjadi satu kesatuan sistem dalam industri yang coba dikembangkan dalam kawasan tersebut.

Dituturkan, kawasan HTI Sambelia seluas 2 ribu hektar itu ia peroleh perizinannya pada era kepemimpinan Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan Menteri Kehutanan MS Kaban, Sadhana diberikan izin HTI. Ide dari Gubernur NTB dan Menhut tersebut kemudian dijalankan. Pasalnya, upaya pelestarian hutan oleh pemerintah sejauh ini selalu gagal.


Upaya yang dilakukan Sadhana lambat laun berhasil memperlihatkan hutan yang dulunya gundul menjadi hijau dan lestari. Meski belum sempurna, namun sudah bisa dilihat pertumbuhan hutan yang rimbun. Dalam waktu yang tak lama lagi diyakini Kuswanto, Tibuborok akan semakin rimbun. Mengenai penjagaannya  melibatkan masyarakat sekitar.

Saat ini oleh pihak pengelola sudah disiapkan tiga unit menara pantau. Dari atas menara-menara tersebut pengunjung bisa melihat semua sisi kawasan. Tidak jarang sambil berswa foto. Akan ada pula kawasan kemah disediakan. Kawasan ini juga tepat kiranya sebagai soft trekking bagi para pecinta pendakian gunung. (Rusliadi/Suara NTB)
Share:

Wednesday 14 August 2019

Hj. Mufidah Jusuf Kalla Ajak Dekranasda NTB dan UMKM Tingkatkan Kreativitas.

Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Hj. Mufidah Jusuf Kalla saat melihat hasil produksi ketak Lombok saat meresmikan Kantor Dekranasda NTB, Rabu (14/8/2019)

Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Hj. Mufidah Jusuf Kalla, mengajak segenap jajaran Dekranasda NTB untuk terus melakukan upaya pembinaan dan pengembangan usaha pengrajin.  Sekaligus juga membantu UMKM pengrajin mengatasi berbagai kelemahan dan permasalahan yang dihadapinya. Termasuk membantu dalam hal promosi dan pemasaran.

Karenanya istri Wakil Presiden Jusuf Kala, yang lebih dikenal RI 4 itu, sangat mengapresiasi Dekranas Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), yang telah membangun Balai Kriya di Kantor Dekranasda, sebagai wahana menjalankan kegiatan-kegiatan di daerah.

Saat meresmikan Kantor Dekranasda NTB di Jalan Langko Mataram, Rabu (14/8-2019), Hj.Mufidah menegaskan bahwa keberadaan Balai Kriya tersebut membuktikan keseriusan Dekranasda NTB dalam menjalankan tugasnya.

"Kita ketahui bahwa industri kerajinan kriya merupakan bagian dari ekonomi kreatif, yang pertumbuhannya sangat cepat hampir di seluruh pelosok tanah air, tidak terkecuali di NTB yang memiliki potensi sangat besar,” ungkapnya.

Istri Wakil Presiden H. M. Jusuf Kalla menyebut ketatnya persaingan di tingkat regional maupun internasional memerlukan upaya-upaya nyata, untuk mendorong Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengrajin, agar lebih giat sehingga mampu bersaing di pasaran. Sehingga menurutnya sangat diperlukan sinergi dari berbagai pihak, untuk melakukan upaya pembinaan dan pengembangan usaha pengrajin, dalam mengatasi berbagai kelemahan dan permasalahan yang dihadapi oleh pengrajin,” ujarnya.

Hj. Mufidah berharap, Kantor Dekranasda NTB yang baru diresmikan dapat sekaligus sebagai galeri, untuk membantu pemasaran hasil produk UKM dan dapat menunjang sektor pariwisata, khususnya dalam penyediaan souvenir.
“Dengan mengikuti trend pasar yang sedang berlaku, dapat pula dengan membuka website yang telah dimiliki oleh Dekranasda. Tidak kalah pentingnya juga, agar Dekranasda NTB memanfaatkan pemasaran online, baik secara mandiri atau melalui market place seperti buka lapak, shopee, dan lainnya,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, Gubernur NTB H. Zulkieflimansyah menyampaikan selamat datang dan terima kasih, kepada Ketua Umum Dekranas karena telah mengunjungi NTB.  “Mudah-mudahan ibu memberikan inspirasi dan semangat baru bagi di NTB, untuk kerja lebih maksimal lagi dan menyongsong masa depan yang lebih baik” ucap Gubernur.

Sementara Ketua Umum Dekranasda NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, dalam laporannya memaparkan khazanah budaya dari dua pulau di NTB. Di mana disampaikan beberapa hal yang menjadi kebanggaan NTB, seperti hasil tenun khas Suku Sasak Lombok, Samawa, dan tenunan khas Mbojo.

“Kami sangat membutuhkan bantuan, bimbingan, dan arahan dari Pusat agar tenun NTB bisa sejajar dengan tenun lain, dan diterima di berbagai kalangan” ungkapnya.

Lebih jauh Hj. Niken menyampaikan bahwa menyikapi NTB pasca diguncang gempa beruntun, pihak Dekranasda NTB melakukan recovery beberapa UKM dan membantu mempromosikan hasil karya UKM, baik di dalam maupun di luar negeri.

“Kami tetap membuat berbagai kegiatan pameran, sekali di Dubai yang berkenaan dengan Lombok-Sumbawa Recovery Night, di Malaysia, dan rencananya dalam bulan Agustus nanti, ada undangan dari Konjen RI di Darwin dan di Perth” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Hj. Mufidah Jusuf Kalla memberikan bantuan stimulan kepada pelaku industri kreatif, yang terdampak gempa bumi di Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur. (Marham/Diskominfotik NTB)
Share:

Monday 12 August 2019

Sulitnya Mendapat Penganan Tradisional Khas Lombok di Pasar Sendiri

Cerorot, makanan khas Lombok yang sulit ditemukan di pasaran. Lebih mudah membeli pizza atau burger, daripada beli cerorot. 
Beragam jenis penganan modern membanjiri pasar. Umumnya, penganan yang dibuat dalam skala industri. Pelan-pelan, penganan lokal ditinggalkan. Padahal, menjaga penganan lokal adalah upaya mempertahankan kearifan lokal tak tergerus. Seperti apa upaya kiat dan upaya pengusaha lokal dalam mempertahankan eksistensi penganan lokal agar tidak tergerus zaman.

Mencari penganan lokal untuk dikonsumsi atau dijadikan oleh-oleh masih sulit. Hanya ada beberapa toko atau pedagang di pasar yang menjual penganan lokal, seperti kelepon kecerit, jaje tujak, renggi, cerorot, nagasari, opak-opak, poteng dan lainnya. Beda halnya, kalau kita ingin membeli penganan modern atau luar daerah banyak ditemukan di toko-toko roti hingga pedagang kecil di masyarakat. 

Harus diakui masih sedikit yang mempertahankan tetap memproduksi penganan tradisional ini. Regenerasi produsen panganan lokal mengkhawatirkan. Mereka tersaing oleh produk penganan modern yang justru ditengarai banyak memicu beragam jenis penyakit, karena dibuat dengan beragam campuran bahan-bahan pewarna dan pemanis modern.

Sebaliknya, pangan lokal yang dibuat masih dengan cara-cara tradisional justru lebih terjamin risiko kesehatannya. Sayangnya, modernisasi membuat panganan lokal makin dikucilkan.

Adalah Industri Kecil Menengah (IKM) Sasak Maiq di Senteluk, Lombok Barat adalah salah satu produsen produk olahan pangan lokal. Produksinya cukup beragam, mulai dari tortilla atau keripik rumput laut, terasi Lombok, dodol rumput laut, kopi rumput laut, abon ikan hingga rengginang rumput laut. Semua bahan bakunya diambil dari petani lokal.

Baiq Siti Suryani selaku pengelola Sasak Maiq menuturkan, produk olahan pangan lokal semakin beragam. Namun belum semua jajanan yang menjadi warisan leluhur masyarakat Lombok dibuat sedemikian rupa untuk selanjutnya dijual ke wisatawan. Yang diproduksi selama ini adalah produk tahan lama yang berbahan baku rumput laut, ubi ungu, singkong dan abon ikan.
Cerorot dan makanan tradisional Lombok lainnya saat dipamerkan.
“ Kami juga membuat rengginang rumput laut, rengginang ubi ungu dan rengginang singkong. Respons pembeli bagus, terlebih kami tidak menggunakan pewarna makanan, kami hanya menggunakan pewarna alami,” kata Baiq Siti Suryani pada Ekbis NTB di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Jumat (9/8/2019).

Untuk menambah variasi produk olahan pangan lokal, Sasak Maiq juga mengolah jus jagung dengan aneka variasi, sehingga konsumen bisa memilih sesuai dengan selera. Variasi ini bagian dari inovasi agar mampu bertahan pascagempa tahun 2018 lalu. Karena pascagempa, nyaris seluruh dunia usaha terdampak, tak terkecuali IKM yang bergerak di bidang produksi makanan.

Menurutnya, satu tahun pascagempa usahanya belum benar-benar pulih. Hal ini tercermin dari perolehan omzet usaha. Sebelum gempa kata Suryani, omzet bulanan yang bisa diperoleh sekitar Rp 150 juta per bulan. Namun saat ini, omzet yang diperoleh sekitar Rp 60 juta per bulan. Ia optimis seiring dengan program pemulihan pasca bencana yang masih terus dilakukan serta geliat pariwisata NTB, usaha IKM di Lombok akan membaik di masa yang akan datang.

“ Dulu sebelum gempa bisa mencapai 150 juta, sekarang kami rasakan hanya sekitar 50, atau 60 juta. Namun sejak Juli kemarin mulai ada sedikit perubahan,” terangnya. 

Semua produk yang dihasilkan oleh Sasak Maiq dijual di sejumlah gerai modern, toko roti, lingkungan sekolah dan tersedia di situs penjualan berbasis daring. Penjualan lewat daring cukup diandalkan, karena banyak konsumen yang melakukan pemesanan melalui situs.

Ia mengatakan, agar IKM dapat berkembang dengan baik, maka semua syarat-syarat untuk berkembang harus terpenuhi, seperti adanya label halal MUI, PIRT, keterangan kedaluwarsa dan lainnya. “ Itu semua bisa diurus. Insya Allah tidak sulit jika ada kemauan, apalagi pemerintah daerah memberikan kemudahan untuk pengurusan itu,” terangnya.

Penganan modern menjadi penguasa pasar. Sementara penganan tradisional terancam punah. Seharusnya re-branding dilakukan.

Penegasan ini disampaikan Ketua Indonesian Chef Association (ICA) atau Asosiasi Chef Indonesia NTB, Anton Sugiono. Penganan tradisional ( produk lama), jika tak ditampilkan dengan bagus bisa jadi hanya tinggal menunggu waktu kepunahannya.  

Penganan tradisional menurutnya, belum berani tampil mengikuti zaman. Seharusnya, ia telah ditampilkan dengan kemasan yang bagus, sehingga menarik minat konsumen. Anton menyebut contoh wajik, dodol yang merupakanan penganan tradisional. Sampai saat ini, belum dikemas menarik, mengikuti selera zaman. Penganan ini hanya dibuat biasa-biasa saja. Jika tetap seperti ini, akan ditinggalkan.

Beda jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Terutama daerah yang sadar dengan potensi pariwisatanya. Pangan tradisionalnya adalah kearifan lokal yang dijaga kelestarian. Pangan tradisional ditampilkan dengan kemasan yang sangat menarik. Tak heran kemudian pangan tradisionalnya menjadi di toko oleh-oleh.

Dengan perkembangan zaman saat ini, Anton mengatakan konsumen sangat mengerti tentang kualitas dan standarisasi. Pangan lokal tidak dilihat sekilas. Tetapi dinilai dari proses pembuatannya. Legalitas penjualannya juga diperhatikan. Misalnya sudah ada tidaknya izin dari Dinas Kesehatan dan BPOM. “Konsumen sudah mengerti standarisasi. Sanitasi, dan pengolahannya. Sehingga faktor ini tidak bisa diabaikan,” jelas Anton.

Kelepon, salah satu penganan tradisional yang masih memiliki daya tarik. Kendati demikian, kelepon ini masih disajikan seperti yang biasa. Menurutnya, produsen harus berani membuatnya tampil lebih menarik.

ICA NTB juga turut melestarikan penganan tradisional ini. Apalagi komitmen yang tertuang dalam AD/ART ICA sudah jelas, agar penganan lokal/tradisional harus terus dipertahankan. Kelepon salah satu contohnya. Biasanya disajikan sebagai menu-menu tradisional dalam setiap kegiatan di hotel. Kelepon juga tidak sekadar disajikan, seperti model penyajian para pedagang.  ‘’Untuk meningkatkan daya tariknya, kelepon ini bisa disusun dalam bentuk boneka. Atau sejenisnya. Tidak sekadar dijejer di atas wadah, seperti yang biasa kita lihat,’’ imbuhnya.

Untuk melestarikan penganan tradisional ini, Chef Hotel Puri Indah Mataram ini mengatakan, ada ketentuan di hotel untuk menyajikan pangan lokal. Misalnya, di Puri Indah, setiap sarapan disiapkan sajian tigapo, getuk, juga cerorot. Demikian juga pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di hotel. Diatur komposisi menu sajian. 1 pangan tradisional lokal, 1 pangan modern.

Anton mengatakan, seluruh anggota ICA sepakat untuk membantu pemerintah melestarikan pangan lokal. Salah satunya dengan cara mengkampanyekan pangan lokal dalam setiap sajian hotel. Tapi pemerintah juga harus aktif. Sarannya, agar pangan lokal tetap lestari. Para produsen harus diberikan pelatihan. cara membuat pangan higienis, penggunaan alat dan bahan, serta pengemasannya.(Ekbis NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive