Be Your Inspiration

Showing posts with label OLAHRAGA. Show all posts
Showing posts with label OLAHRAGA. Show all posts

Friday 28 June 2019

Berlayar dan Suasana Hening, Potensi Pariwisata yang Belum Digarap di NTB

Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah dan istri, Hj. Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah, saat bertemu Fremantle Sailing Club di Perth, Australia Barat, Jumat, 28 Juni 2019.
Lawatan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah ke Perth, Australia memberikan makna mendalam. Terutama, terkait sisi lain pariwisata yang selama ini belum dikembangkan. Pariwisata sebagai seni mengelola dan memfasilitasi berbagai minat manusia. Dari pelayaran yang menantang, hingga keheningan yang reflektif.

Hal itu dikemukakan Gubernur Doktor Zul, usai bertemu dengan Fremantle Sailing Club di Perth, Jumat, 28 Juni 2019. Fremantle Sailing Club adalah klub berlayar dengan ribuan anggota dari beragam usia dan minat.



Klub ini telah memiliki struktur kelembagaan yang sangat baik. Mereka memiliki kalender tahunan yang diisi dengan berbagai agenda pelayaran, termasuk yang bersifat kompetitif. Klub ini bahkan telah memiliki sistem regenerasi dengan membentuk keanggotaan junior dan akademi pelatihan. Dengan tujuan, membentuk generasi pelaut yang akan melanjutkan kiprah klub ini di masa depan.

“Mereka tiap tahun menyelenggarakan perlombaan berlayar dari Perth ke Bali yang diikuti banyak peserta dan pelancong,” ujar Doktor Zul. Dengan menjadi daerah persinggahan para anggota Fremantle Sailing Club, para pelaku wisata di Bali tentu akan menikmati manfaat dari aktivitas mereka selama di daerah tersebut.

Informasi ini menginspirasi Doktor Zul. Menurutnya, untuk memajukan pariwisata di NTB, semua pemangku kepentingan memang perlu banyak belajar dari Bali. Kesuksesan Bali dalam mengkreasikan tumbuhnya aktivitas semacam ini patut direnungkan bersama.

“Bali mengajarkan kita bahwa pariwisata bukan melulu persoalan pantai yang indah dan gunung-gunung yang menakjubkan. Tapi, lebih pada persoalan mengemas semuanya menjadi atraksi yang menawan hati dan memberi kesan dalam,” ujarnya.

Pemikiran ini membawa Doktor Zul pada pemaknaan lain akan pariwisata. Bahwa, di luar sana ada banyak orang yang memaknai pariwisata lebih dari pantai, gunung atau air terjun. Mereka membutuhkan hal yang selaras dengan minat-minat mereka. Beberapa orang lain juga memaknai pariwisata sebagai aktivitas yang memberikan mereka momentum untuk merefleksikan kehidupan.



Sebagian orang mungkin memiliki minat dalam pelayaran dan menginginkan tempat yang baik untuk menambatkan banyak perahu mereka. Tapi, tidak sedikit orang yang ingin melarikan diri dari rutinitas dunia. Mereka membutuhkan tempat yang hening, jauh dari keramaian. Sebuah tempat untuk berkontemplasi. Dan ada banyak lagi minat yang memotivasi orang untuk mengunjungi sebuah daerah.

Maka, untuk memenuhi beragamnya motivasi berwisata itu, dibutuhkan kreativitas para penentu kebijakan dan pengelola jasa wisata. Memberikan berbagai alternatif dan bentuk wisata yang memungkinkan banyak orang dengan beragam minat datang. Lalu, menemukan kebahagiaan sejati di daerah kita.

“Pariwisata sejatinya adalah seni dan kemampuan untuk menciptakan berbagai kegiatan-kegiatan yang membuat hidup kemudian jadi reflektif, penuh pilihan, bervariasi dan lebih punya makna dan penuh arti,” pungkas Doktor Zul.

Hal lain yang memberikan makna menyentuh bagi Doktor Zul adalah pertemuan dengan para perantau asal NTB di Perth. Di Perth, Doktor Zul bertemu dengan Rudy, seorang pemuda dari Dusun Klui, Lombok  Utara yang menurutnya luar biasa. Di Perth, Rudy memiliki dan mengelola sebuah restoran terkenal, yaitu Bintang Cafe. Menurutnya, Rudy merupakan bukti bahwa anak-anak muda NTB bisa berkiprah sukses di mancanegara. “Nggak ada yang mustahil. Asal berani aja. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan,” ujar politisi PKS ini.

Sore harinya, Doktor Zul juga bersilaturahmi dengan masyarakat NTB di Perth. Dari silaturahmi ini, Doktor Zul merasakan pentingnya membuat jarak psikologis antara Perth dan Lombok semakin dekat. “Direct flight Perth-Lombok mudah-mudahan membuat jarak psikologis jadi semakin dekat,” ujarnya.

Bertemu dengan warga NTB di berbagai negara, memperkuat keyakinan Doktor Zul bahwa NTB memang milik semua orang. “Cinta kita semua pada NTB sungguh dalam, lebih besar dari makna yang bisa diwakili oleh kata itu,” pungkasnya. (Humas NTB)

Share:

Sunday 23 June 2019

MotoGP Mandalika 2021, Wagub Sitti Rohmi Undang Investor Prancis Berinvestasi di NTB

Wagub NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah (kanan) memberikan keterangan dalam jumpa pers bersama wartawan Prancis di Kedutaan Besar RI di Paris, Kamis (20/6/2019) 
Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, meluangkan waktu khusus untuk mempresentasikan gelaran MotoGP Mandalika di Provinsi NTB pada 2021 mendatang. “NTB juga ingin mengadopsi pariwisata olahraga sebagai salah satu daya tariknya,” ujar Wagub di hadapan puluhan pelaku bisnis perjalanan wisata di Prancis, Kamis, 20 Juni 2019.

Wagub menerangkan, Pemerintah Indonesia dan Pemprov dan pemerintah kabupaten/kota di NTB menyadari bahwa daerah ini cocok sebagai tempat berkembangnya wisata olahraga atau sport tourism.

“Dengan potensi dan karakteristik yang dimiliki, dan investasi besar ke MotoGP dan potensi investasi di masa depan ke dalam Formula 1, kami yakin kami dapat mengembangkan platform pariwisata olahraga yang hebat,” ujar Wagub.

Untuk itulah, serangkaian agenda wisata olahraga telah mulai digelar di NTB. “Kami mengadakan ultra-marathon pertama kami di Sumbawa tahun lalu dan memiliki peserta dari seluruh dunia. Selain olahraga motor dan lari, kami juga ingin menjelajah ke olahraga bersepeda,” ujarnya. Di daerah ini juga telah digelar turnamen bersepeda Tour de Lombok pada tahun 2017 yang rutenya membentang sepanjang 480 km, dari Mandalika ke Mataram.

Khusus untuk MotoGP, Wagub menegaskan bahwa penyelenggaraannya akan mulai digelar pada tahun 2021 mendatang. “Kegiatan ini akan menarik lebih dari 120.000 pengunjung dengan lebih dari 400 juta orang akan menonton melalui siaran televisi di lebih dari 207 negara. Bayangkan dampak yang akan dihasilkan setelah kami menggelar kegiatan ini di provinsi kami,” sebut Wagub.

Selain MotoGP, ada pula rencana menggelar balapan Formula 1 (F1) di Lombok. Formula 1 telah terbukti menjadi acara olahraga ketiga yang paling banyak ditonton di dunia setelah Piala Dunia FIFA dan Olimpiade. Dengan 21,1 juta pengikut media sosial, disiarkan televisi di 159 negara, dan rata-rata 200.000 orang menghadiri setiap perlombaan, F1 hampir dipastikan akan melahirkan dampak positif yang menakjubkan.

Untuk itulah, Wagub menegaskan potensi ini akan melahirkan peluang bisnis bagi para pelaku bisnis yang hadir di pertemuan tersebut. “Ini adalah peluang besar bagi Anda, investor masa depan kami, untuk menciptakan bisnis Anda di sini, di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat,” pungkas Wagub. (Humas NTB)


Share:

Friday 21 June 2019

Bukit Pal Jepang, Tantangan Baru Bagi Pecinta Wisata Trekking di Lombok Timur


Pemandangan dari puncak bukit Pal Jepang bisa melihat puncak Gunung Rinjani dan bukit-bukit sekitarnya. 
Lombok Timur (Lotim) adalah daerah dengan destinasi wisata cukup lengkap. Selain sederetan pantai dengan panorama yang menawan dan gunung Rinjani yang terkenal, bukit-bukitnya pun cukup menantang dan memukau. Bagi pecinta wisata trekking, adalah Bukit Jepang bisa menjadi salah satu alternatif. Utamanya bagi penggemar pendakian.

Bukit Pal Jepang ini diperkenalkan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Langgar Pusaka Desa Sapit Kecamatan Suela Kabupaten Lotim bersama dengan para pelaku wisata lainnya. Oleh para Pokdarwis Sapit ini, bukit dengan ketinggian 2.300 mdpl itu telah coba dibuka sebagai salah satu destinasi wisata bertema Trekking.

Pal Jepang menawarkan multi panorama alam yang menakjubkan. Tim SDM Pokdarwis Sapit, Hijazi Noor mengatakan, bukit Pal Jepang ini dibuka jalurnya melalui desa Sapit. Kawasan perbukitan yang indah itu telah dijadikan destinasi wisata baru di Lotim. Perjalanan menuju puncak bukit dari Sapit butuh waktu empat jam perjalanan kaki. Kawasan yang dilewati diakui memang masih cukup ekstrim. Karenanya saat ini Pokdarwis Sapit ini masih mencoba menata dan mengelola kawasan ini menjadi lebih menarik. “Dari Sapit, bukit berada di sebelah timur utara,” terangnya. 

Sedangkan dari wilayah Sebau Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) juga bisa dilihat jelas bukit Pal Jepang sebagai bukit paling tinggi. 

Jalur treking melintasi areal yang sejuk dan dikelilingi padang savana. Adapun jalurnya, menggunakan sepeda motor sampai di Blok Dupe. Baru kemudian berjalan tiga jam ke arah barat sampai di bawah bukit Calo. Yakni berada di kaki bukit Pal Jepang. Di bukit Calo ini cukup luas tempatnya. Dari Calo inilah para pendaki bisa istirahat sebentar sebelum menuju puncak Pal Jepang. Dari Bukit Calo menuju Pal Jepang melewati punggung-punggung bukit yang memang terlihat cukup ekstrim. “Jalannya agak sempit, sekitar 2 meter dan memang tidak begitu aman bagi pemula,” ungkapnya.

Senada dikemukakan Asri, pelaku wisata yang sudah menjajalkan pendakian ke Bukit Pal Jepang ini menuturkan, untuk mecapai puncak Bukit Pal Jepang dilalui 4 fase perjalanan. Setiap fase para pendaki dapat meyaksikan panorama yang berbeda. Fase pertama, perjalanan di mulai dari Langgar Pusaka Desa Sapit berjalan menapaki jalan rabat di wilayah perkampungan Dusun Sapit. Perjalanan ini berjarak sekitar 500 meter dengan jarak tempuh sekita 10 menit (jalan kaki).

Sepanjang perjalanan ini pendaki dapat menikmati pesona salah satu situs cagar budaya dan peninggalan kepurbakalaan "Langgar Pusaka" (Masjid Tua Desa Sapit) dan panorama perkampungan Dusun Sapit.

Fase
kedua, berjalan melalui jalan rabat yang melintasi kawasan lahan pertanian dan perkebunan masyarakat Desa Sapit. Jalur ini berjarak sekitar 1 km dengan trip yang lumayan curam dan lumayan menguras tenaga, namun di sepanjang perjalanan pendaki dapat menikmati panorama view kawasan sawah terasering yang terhampar sedemikian indahnya.

Trip ini cukup menguras tenaga. Jika pendaki ingin mengirit tenaga maka pendaki dapat menggunakan jasa ojek setempat. Dari Langgar Pusaka hingga bibir hutan dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Jalur itu hanya dapat dilalui oleh pengendara profesional.

Fase ketiga, pendaki akan berjalan menelusuri hutan dengan jarak sekitar 1,6 km. Fase perjalanan ini menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam (jalan kaki).  Sepanjang perjalanan ini pendaki dapat menikmati pesona alam hutan yang sejuk dengan aneka ragam floranya. Hutan Adat Desa Sapit yang pendaki lalui pada fase ini menyediakan panorama yang cukup menawan. Di sana pendaki dapat melihat berbagai jenis kayu dengan ukuran yang bervariasi, berbagai jenis rumput, beberapa jenis anggrek dan tumbuhan liar yang tidak pendaki temukan di tempat lain.

Selain berbagai jenis flora, di hutan ini juga dapat ditemukan beberapa jenis fauna (satwa), seperti kera berekor panjang, kera hitam, ayam hutan, koak
- kaok dan berbagai jenis burung yang mendendangkan suara indahnya. “Jika pendaki beruntung, di kawasan hutan ini juga pendaki dapat melihat rusa dan kijang sebab di kawasan ini satwa tersebut masih banyak berkeliaran,” ucapnya.
Perjalanan di fase ketiga dapat memberikan kesan bisa melihat berbagai panorama yang tentunya akan menjadi pengalaman tersendiri bagi treking yang pendaki lakukan menuju Pal Jepang.

Fase ke empat, adalah jalan melalui hutan yang rindang dengan udaranya yang sejuk. Ujung hutan pendaki sudah di tunggu oleh panorama savana yang mayoritas ditumbuhi rumput ilalang dan beberapa jenis pakis serta beberapa jenis rumput lainnya.

Menuju puncak Bukit Pal Jepang, pendaki harus melalui dua bukit di bawahnya. Bukit pertama disebut Pelawangan Pal Jepang dengan ketinggian 1.851 mdpl. Bukit ini cukup pendaki dan sangat nyaman sebagai tempat mendirikan perkemahan. Dari bukit ini pendaki dapat menyaksikan panorama Gunung Rinjani berbentuk jantung yang ada di sebelah barat dan pada sore hari pendaki dapat menyaksikan
matahari yang seolah terbenam (sunset) di balik puncak Rinjani.

Dari ujung hutan pendaki harus menempuh perjalanan melalui savana yang terbagi dalam tiga bukit dengan jarak sekitar 700 m dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 10 menit. Jalurnya cukup terjal, terutama setelah melalui Bukit Pelawangan Pal Jepang.

Setelah melintasi savana
Pelawangan dengan waktu tempuh sekitar 30 menit, maka pendaki harus melalui trek yang cukup terjal hingga mencapai Bukit Jaran Kurus dengan ketinggian 2.100 mdpl. Disebut Bukit Jaran Kurus sebab puncak bukit ini agak lancip layaknya punggung kuda yang berbadan kurus.

Perjalanan dari Bukit Jaran Kurus hingga puncak Bukit Pal Jepang memakan waktu tempuh sekitar 40 menit. “Jaraknya sih hanya sekitar 400 meter namun tripnya yang terjal layaknya kita menuju Pelawangan Rinjani membuat kita butuh waktu yang lumayan untuk mencapai puncak Bukit Pal Jepang,” demikian. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

Monday 29 April 2019

Bayan dan Nipah, Objek Wisata Paralayang di Lombok Utara yang Menantang



Objek wisata paralayang di Bayan. Air sport ini menjadi prioritas pelaku pariwisata di Lombok Utara untuk dikembangkan ke depan.

 Topografi wilayah Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang berbukit dan menjorok ke pantai menyimpan potensi olahraga paralayang sebagai objek wisata. Sayang, potensi yang tersedia di tiap kecamatan ini belum tersentuh inovasi program pemerintah.


Ketua Federasi Airsport Indonesia (FASI) Cabang Paralayang Lombok Utara, Ahmad Safwan,  Jumat (26/4/2019) mengaku berdasarkan potensi, olahraga paralayang sangat mendukung untuk dikembangkan sebagai objek wisata air sport. Pihaknya bahkan sudah menjajaki, di mana hampir di tiap kecamatan terdapat titik-titik paralayang potensial.

"Di Lombok Utara banyak kami temukan titik paralayang dengan kadar angin berbeda-beda. Kalau untuk jangka panjang, bisa di kawasan Nipah (Pemenang)," ujarnya.

Ahmad Safwan menjelaskan, kawasan Nipah direkomendasikan sebagai program Air Sport jangka panjang karena anginnya mendukung. Dari bulan Mei sampai Desember, paralayang bisa digelar. Dari aspek keamanan penyelenggaraan, ia meyakini kondusivitas daerah dan kultur budaya masyarakat Lombok Utara akan menarik animo wisatawan. FASI bersama komunitas paralayang sendiri, sudah mencoba penerjunan di lokasi-lokasi yang dijajaki. Sebagian besar lokasi dinilai aman untuk take-off dan landing. “Geografisnya cocok, dan KLU ini aman sekali. Kita harap pemerintah bisa men-support peralatan," harapnya.

Terpisah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan KLU, Vidi Ekakusuma, kepada wartawan mengakui potensi paralayang cukup menjanjikan. Pemda KLU bahkan sudah me-launching objek wisata paralayang, yakni di Dusun Buani, Desa Benteke, Kecamatan Gangga. Sayangnya, pengelolaan oleh masyarakat terdampak oleh gempa.


“Kalau destinasi paralayang, kita akan cari tahu kriteria sisi safety-nya. Kita tanyakan ke masyarakat mereka bersedia mendukung atau tidak, karena banyak kasus setelah dibangun destinasi ternyata ada resistensi," ujarnya.

Vidi menegaskan, destinasi wisata Air Sport yang dibuka pemerintah harus dikelola dengan baik oleh masyarakat. Ia tidak ingin, program yang dibuka tidak asal viral sekejap namun tidak mampu berkembang.
Namun demikian, meski masih dalam tahap penjajakan bukan berarti di sana belum dilakukan kegiatan. Sejumlah komunitas menurutnya acapkali turun ke lapangan untuk menguji coba baik dari aspek angin dan keamanan di Nipah, manakala digunakan untuk olahraga tersebut. Menurutnya, hal inipun bagian dari upaya dalam rangka mengimbangi pariwisata tiga gili yakni menghadirkan destinasi di daratan mulai ujung Pemenang hingga Bayan.


Dari sisi anggaran, Disbudpar Lombok Utara siap mem-back up penuh namun sekali lagi, dilihat antusias masyarakat. Jika semakin banyak yang bergeliat untuk paralayang di Lombok Utara, maka pihaknya akan melakukan intervensi. Bila perlu ke Kementerian untuk mencari sumber anggaran pendukung lainnya.
“Dari investor dan masyarakat boleh terlibat investasi di sana, kalau berpotensi dinas akan lakukan intervensi kita lihat animo dan tidak menutup kemungkinan akan diteruskan ke kementerian,” pungkasnya. (Johari/Lombok Utara)

Share:

Thursday 11 April 2019

Dukung MotoGP Indonesia, Runway Lombok International Airport Diperpanjang 500 Meter


Ruang tunggu penumpang di Lombok International Airport 
Panjang run way atau landasan pacu Lombok International Airport (LIA) direncanakan akan diperpanjang sekitar 500 meter. Itu artinya, total panjang run way LIA nantinya menjadi 3.300 meter. Pengerjaan perpanjangan run way direncanakan akan dimulai akhir tahun ini juga.  


Demikian disampaikan General Manager (GM) PT. Angkasa Pura (AP) I LIA, Nugroho Jati, kepada wartawan, di kantor Bupati Loteng, Rabu (10/4/2019).

Sebelumnya, Nugroho Jati mengaku, pihaknya sudah melakukan studi kelayakan perpanjangan run way. Hasilnya, run way LIA layak secara teknis maupun ekonomi untuk diperpanjang.

Saat ini, rencana perpanjangan run way LIA dalam proses kajian teknis di tingkat pusat untuk menghitung berapa kebutuhan anggaran serta kebutuhan teknis lainnya terkait rencana ini, sehingga
untuk saat ini pihaknya belum bisa memberikan gambaran secara detail terkait rencana ini, terutama soal berada kebutuhan anggaran untuk mendukung rencana perpanjangan landasan pacu LIA tersebut. “Kalau kepastian rencana perpanjangan run way sudah masuk dalam program. Tapi teknis dan kebutuhan anggarannya, itu yang sedang dikaji,” ujarnya.


Ia menjelaskan, dengan perpanjangan run way, ujarnya, maka LIA ke depan sudah bisa didarati pesawat-pesawat berbadan lebar, walaupun dengan panjang run way yang sekarang yakni 2.700 meter, LIA sebenarnya sudah bisa didarati pesawat berbadan lebar. Namun, untuk lebih meyakinkan pihak maskapai, LIA benar-benar siap untuk didarati dengan pesawat berbadan lebar, sehingga perpanjangan run way memang harus dilakukan. Terlebih itu juga menjadi salah satu komitmen Presiden Joko Widodo saat mengunjungi NTB beberapa waktu lalu.


Di mana, ada tiga fasilitas yang akan dibangun untuk menyongsong gelaran MotoGP di kawasan The Mandalika, yakni revitalisasi dermaga Lembar Lombok Barat (Lobar), jalur by pass bandara – KEK Mandalika serta perpanjangan run way LIA

Untuk pelaksanaanya perpanjangan run way LIA itu sendiri, Jati mengaku pihaknya berharap bisa dimulai akhir tahun ini, walaupun hanya 5 atau 6 persen saja dan bisa dilanjutkan di tahun 2020 mendatang. “Keputusan soal kapan pengerjaan perpanjangan run way LIA dimulai tergantung pusat. Tapi kita berharap bisa direalisasi mulai tahun ini,” tandasnya. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Monday 1 April 2019

Masih Berbahaya, Jalur Pendakian Rinjani Batal Dibuka April 2019

Tim survei gabungan di jalur pendakian Sembalun menuju Pelawangan Rinjani, Sabtu (16/3/2019) yang menemukan longsor dan kerusakan jalur di 14 titik. (Dokumen Istimewa TNGR)
Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) memutuskan membatalkan pembukaan jalur pendakian Gunung Rinjani April mendatang. Kesimpulan tersebut, berdasarkan hasil rapat gabungan Rabu (27/3/2019).  Sebab survei , jalur Senaru dan Sembalun berbahaya bagi aktivitas pendakian karena kerusakan akibat gempa dan potensi bahaya longsor susulan. 


Kepastian itu disampaikan Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani  (TNGR) Sudiyono, Kamis (28/3/2019). Sehari sebelumnya ia menggelar rapat bersama sejumlah pihak, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pariwisata, Basarnas, TNI dan Polri, juga Trakking Orgnizer (TO). Rapat isinya mengevaluasi hasil survei jalur pada Sabtu (16/3/2019)  yang juga melibatkan semua pihak yang hadir dalam rapat. 

‘’Kesimpulannya, kami belum bisa buka April ini. Jalurnya masih berbahaya. Kami belum bisa putuskan kapan dibuka sampai dilakukan survei berikutnya,’’ kata Sudiyono. 

Sebelumnya TNGR sempat memastikan akan membuka jalur Rinjani pada April mendatang, sembari melakukan penataan. Empat jalur yang siap dibuka di Senaru, Sembalun, Timbanuh dan Aik Berik. Namun dari hasil survei, kondisi jalur belum memungkinkan dibuka. Terlebih saat tim gabungan turun, tiba tiba gempa terjadi, sehingga perjalanan peninjauan jalur dihentikan.    


Setidaknya dua garis besar kesimpulan dalam rapat itu. Pertama, kondisi jalur dari Sembalun hingga Pelawangan terjadi kerusakan 14 titik, tiga titik diantaranya rusak berat. Hasil survei itu sudah dapat gambaran bahwa untuk diputuskan dibuka, diperlukan survei ulang.  

Sementara hasil pengecekan sebelumnya, didapat kesimpulan, jalur Sembalun sebelum menuju Pelawangan 200 meter rusak parah.  kerusakan ditemukan di jalur menuju Pos 3 dan Pos 4 dan dianggap masih berbahaya. ‘’Kita ingin tutup jalurnya yang berbahaya ini. Kemudian dalam survei berikutnya kita akan buka jalur lain,’’ terangnya. 

Dalam pengecekan jalur berikutnya, akan dilakukan survei potensi jalur sekaligus akan memasang rambu- rambu untuk para pendaki agar tidak melalui jalur berbahaya. Kesimpulan lain, jalur menuju danau tidak layak untuk dilalui karena terjal dan berbahaya pascalongsor. ‘’Sudah sangat tidak memungkinkan menuju danau, ada retakan-retakan dan sangat berisiko,’’ jelasnya. 


Pendakian belum bisa dibuka juga karena pertimbangan belum ditemukan mata air di dua jalur tersebut.  Demikian juga jalur Senaru  menuju Danau Segara Anak, masih terjal dan berisiko. Jalur ini harus dilakukan survei ulang karena belum tuntas sampai ke danau. ‘’Kemarin saat pengecekan jalur, PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi) belum dilibatkan. Nanti pada saat survei berikutnya, akan kami ajak juga supaya hasilnya lebih maksimal,’’ ujarnya.  

Sementara survei ulang untuk jalur Sembalun ke Pelawangan juga akan dilakukan pengecekan ulang bersama tim yang sama, sembari memastikan cuaca berdasarkan informasi dari BMKG. 
Sementara rekomendasi yang disampaikan sesuai kesepakatan rapat, harus ada jembatan antara Pos 2 dan Pos 3 karena jalurnya putus akibat longsor. Butuh solusi untuk suplai air bersih ke Sembalun, papan informasi di arah tiga titik jalur alternatif dan papan informasi untuk jalur berbahaya atau rawan longsor sepanjang jalur. 

Kemudian perbaikan jalur pendakian 150 meter sebelum pelawangan, penanaman pohon berakar di sepanjang jalur, semua guide harus memiliki Handtalky (HT) yang bisa terhubung ke pusat informasi. Terakhir, membatasi  jumlah pendaki karena semakin berkurannya kawasan aman. (Haris Mahtul/Suara NTB) 
Share:

Sunday 24 March 2019

ITDC dan Dorna Sport Matangkan Desain Sirkuit MotoGP di KEK Mandalika


Direktur Utama ITDC Abdulbar M. Mansoer
Persiapan pembangunan sirkuit MotoGP di kawasan The Mandalika saat ini terus dimatangkan. Terutama terkait desain sirkuit yang akan dibangun tersebut. Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) bersama Dorna Sport, selaku pemegang hak penyelenggaraan MotoGP tengah memulai proses homologasi sirkuit. Supaya benar-benar memenuhi standar yang ada.


‘’Homologasi ini merupakan proses akhir dari persiapan pembangunan sirkuit. Sebelum sirkuit tersebut mulai dibangun,’’ ungkap Direktur Utama ITDC Abdulbar M. Mansoer, kepada wartawan, di Praya, Kamis (21/3/2019).

Homologasi dilakukan supaya desain sirkuit yang dibangun di kawasan The Mandalika itu nantinya memenuhi standar. Tapi bukan berarti desain sirkuit yang sudah dibuat belum memenuhi standar. Tetapi lebih pada bagaimana menyesuaikan desain yang ada dengan kondisi riil lapangan.


Karena pihak Dorna Sport sendiri sejauh ini belum begitu mengetahui kondisi di lapangan, baru melihat desain saja, sehingga pihak Dorna Sport juga ingin mengetahui secara detail kondisi lapangan apakah sudah sesuai dengan desainnya.  

Proses homologasi sendiri diperkirakan butuh waktu sekitar 4 sampai 5 bulan. Begitu proses homologasi selesai dilakukan, sekitar bulan Agustus mendatang barulah keluar Detail Engineering Detail (DED) dari sirkuit MotoGP tersebut. Baru setelah itu, pada bulan September proses pembangunan sirkuit sudah bisa dimulai.    
  
Ia menegaskan, kalau yang dibangun ini nantinya adalah trek (jalan) balapan. Bukan kawasan secara menyeluruh. Jalan yang dibangun itu juga khusus. Yang hanya dalam jangka waktu tiga jam saja sudah kering dengan panjang 4,3 km dan akan memiliki sekitar 18 tikungan.


Soal tanggal penyelenggaraan balap MotoGP sendiri, Abdulbar menegaskan sampai saat ini belum ada. Jadwal pelaksanaan balapan sendiri akan diberikan setahun sebelum balapan digelar atau tahun 2020 mendatang. Tapi kalau soal penyelenggaraan sudah pasti di kawasan The Mandalika.

‘’Waktu (balapan) apakah setelah (MotoGP) Sepang Malaysia ataukah sebelum Australia. Itu nanti akan diberikan pada tahun 2020 mendatang. Namun kalau soal hak penyelenggaran itu sudah pasti,’’ tandasnya. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Tuesday 19 March 2019

MotoGP Indonesia, Ajang Menarik Minat Wisatawan Domestik dan Mancanegara

Presiden Joko Widodo didampingi Menpora Imam Nahrawi menerima Chief Executive Officer (CEO) Dorna, Carmelo Ezpeleta, dan Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M. Mansoer, dan beberapa Pembalap MotoGP, di Ruang Garuda, Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (11/3/2019). (Foto by Sekretariat Kabinet RI)


GELARAN balapan dunia MotoGP bakal menjadi event utama di kawasan The Mandalika yang diharapkan bisa menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara untuk datang berkunjung di daerah ini. Selain potensi wisata bahari yang memang sudah dimiliki kawasan The Mandalika. Sebagai main event MotoGP ditargetkan bisa menarik sampai 100 ribu wisatawan ke daerah ini, di setiap gelaran MotoGP.


“MotoGP memang kita siapkan sebagai event utama yang digelar di kawasan The Mandalika yang tentunya diharapkan bisa menarik minat wisatawan untuk datang ke daerah ini,” ungkap Direktur Utama (Dirut) Indonesian Tourism Development Corpoation (ITDC), Abdulbar M. Mansoer, beberapa waktu lalu.

Ia pun mengku optimis, target tersebut bisa terpenuhi. Melihat pangsa pasar MotoGP yang termasuk sebagai salah satu event olahraga dengan jumlah penggemar terbesar di dunia. Bahkan Indonesia sendiri merupakan negara dengan jumlah penggemar MotoGP terbesar kedua setelah Cina.
Dan, penggemar MotoGP di Indonesia termasuk yang paling “gila” MotoGP. Itu bisa dilihat di setiap gelaran event MotoGP. Misalnya di Sepang Malaysia, sepertiga penontonnya berasal dari Indonesia. “Jadi logika kalau MotoGP yang digelar di luar negeri saja orang Indonesia berbondong-bondong datang. Apalagi kalau MotoGP-nya di gelar di Indonesia,” sebutnya.

Hal itupula yang menjadi salah satu pertimbangan kenapa kemudian pihak Dorna Sport selaku pemegang lisensi gelaran MotoGP mau menggelar MotoGP di Indonesia dalam hal ini kawasan The Mandalika. Karena melihat animo dan antusiasme masyarakat Indonesia yang begitu tinggi terhadap balapan MotoGP.


Indonesia sendiri termasuk negara pengguna sepeda motor terbesar ketiga, setelah Cina dan India. Dan, hampir semua pabrikan sepeda motor utama yang berlaga di MotoGP ada di Indonesia. Ditambah dengan keindahan alam yang ada di kawasan The Mandalika, menjadikanya gelaran MotoGP di kawasan The Mandalika paling berbeda dari yang lain.

Soal kesiapan sudah tidak ada masalah. Listrik, air dan fasilitasnya sudah siap. “Tinggal soal kecepatan kita dalam menuntaskan pembangunan sirkuit MotoGP itu saja. Dan, perlu diketahui sirkuit MotoGP yang ada di kawasan The Mandalika merupakan satu-satunya sirkuit dengan konsep sirkuit jalan raya. Memiliki panjang lintasan mencapai 4,3 km dengan 18 tikungan. Di mana hampir setengah dari panjang lintasan itu menyusuri pantai,” tambahnya. 


Abdulbar mengatakan, untuk menghadirkan MotoGP di kawasan The Mandalika bukan urusan mudah. Kawasan The Mandalika harus bersaing dengan dua daerah lainnya di Indonesia yang juga berminat menggelar event balap dunia tersebut. Namun akhirnya kawasan The Mandalika yang dipilih.

Investasi yang harus dikeluarkan oleh ITDC selaku pemegang hak penyelenggara juga tidak sedikit. Di mana untuk tiga tahun penyelenggaraan event MotoGP tersebut, ITDC harus mengeluarkan investasi mencapai hingga 27 juta Dolar Amerika atau Rp 405 miliar. “Jadi untuk penyelenggaran event MotoGP ini, setahunnya kita harus mengeluarkan invetasi sebesar 9 juta dollar Amerika atau sekitar Rp 135 miliar,” imbuhnya.


Namun bagi ITDC nilai investasi sebesar itu bukan jadi masalah. Jika melihat multiplayer efek yang bisa ditimbulkan dari gelaran MotoGP tersebut. Karena akan bisa menggerakkan semua aspek.  Bukan hanya bagi kawasan The Mandalika ataupun NTB, tetapi Indonesia secara lebih luas. Artinya, nilai lebih yang bisa diperoleh ITDC dari gelaran MotoGP tersebut jauh lebih besar dari nilai invetasi yang dikeluarkan.

Bicara soal kesiapan akomodasi, terutama hotel memang ketika event MotoGP digelar tahun 2021 mendatang, di kawasan The Mandalika ditargetkan baru akan memiliki sekitar 1.200 kamar. Namun di Kabupaten Lombok Utara (KLU), Lombok Barat (Lobar) dan Kota Mataram, hotelnya sudah banyak. Bahkan hotel-hotel di Bali pun siap. Apalagi jaraknya tidak terlalu jauh dengan Pulau Lombok, kurang dari 30 menit perjalanan udara.

“Sirkuit MotoGP di Thailand yang mulai menggelar MotoGP tahun 2018 lalu, jaraknya hampir 500 km dari Bangkok. Tapi nyatanya bisa menggelar MotoGP. Apalagi kawasan The Mandalika yang sudah didukung dengan berbagai akses transportasi,” klaimnya. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Lombok dan MotoGP, Interelasi Dua Kultur untuk Tingkatkan Ekonomi

Pengamat Ekonomi Universitas Mataram Dr. M. Firmansyah.

Dari perspektif ekonomi, kehadiran sirkuit dan event MotoGP di Lombok sudah pasti akan memberi efek ekonomi yang besar bagi daerah dan masyarakat. Namun memaksimalkan potensi MotoGP menjadi efek berganda bagi ekonomi yang lebih luas merupakan tugas bersama.
PENGAMAT Ekonomi dari Universitas Mataram Dr. M.Firmansyah kepada Ekbis NTB mengatakan, pemerintah daerah dan semua stakeholder sebaiknya membuat sebuah relasi antara Lombok dengan MotoGP. Upaya interelasi dua kultur ini bisa menjadi daya ungkit ekonomi yang lebih luas.
Menurutnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk interelasi dua kultur tadi, mulai dari mencari tagline baru untuk mempromosikan pariwisata hingga melatih UMKM untuk membuat suvenir menarik dari kehadiran MotoGP tersebut.
‘’Mulai sekarang kita buat relasi Lombok dengan MotoGP menjadi satu kesatuan promosi. Ini butuh sebuah sentuhan. Karena sebagian UMKM kita hanya memproduksi sesuatu apa yang sudah umum dikerjakan. Nah, keluar dari keumuman itulah yang kita akan lakukan,’’ jelasnya.
Ia mengatakan, kekayaan lokal yang selama ini menjadi daya tarik wisata sebaiknya mulai dikombinasikan dengan kehadiran MotoGP, karena event tersebut selama ini menjadi magnet bagi jutaan penggemar di dunia.
‘’Bukan hanya branding, juga implentasi dari apa yang sudah dihasilkan. Misalnya membuat suvenir Gendang Beleq dengan kombinasi MotoGP. Interelasi dua kultur, Lombok dan keberadan MotoGP,’’ terangnya.
Untuk itulah pemerintah daerah sebaiknya mulai dari sekarang memberi pelatihan kepada pelaku UMKM terutama yang terkait dengan pariwisata agar keterampilannya bisa meningkat. Terutama dalam membuat produk-produk yang dikaitkan dengan event MotoGP.
Secara umum ia melihat, ada dua kemanfaatan ekonomi dari hadirnya beragam investasi di KEK Mandalika dan sirkuit MotoGP yaitu modal yang masuk serta orang yang masuk. Modal yang masuk lewat investasi MotoGP tentulah sangat jumbo, baik berupa infrastruktur utama atau infrastruktur pendukung. ‘’Modal yang masuk itu harus disertai dengan keterlibatan tenaga kerja lokal dalam pengerjaan proyek sirkuit MotoGP tersebut,’’ katanya.
Master plan Mandalika Race Sircuit 
Selanjutnya, kemanfaatan besar berupa orang yang masuk untuk tujuan berwisata atau menyaksikan event balapan MotoGP. Agar penonton tidak hanya datang untuk menyaksikan para pembalap beraksi di lintasan. Maka harus dibuat sebuah cara agar mereka memberi manfaat bagi entitas ekonomi yang lain. Mulai dari kemanfaatan untuk UMKM setempat, penjual suvenir, pelaku usaha hotel, restoran. Kemudian transportasi lokal, penyedia atraksi, dan penyedia jasa lainnya.
‘’Kalau hanya sekadar nonton balapan. Tidak akan maksimal memberi kemanfaatan ekonomi. Namun bagaimana agar fasilitas lain bisa terangkat namanya gara-gara MotoGP itu,’’ saran Firmansyah.
Hal lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah masalah kebersihan destinasi wisata dan pengelolaan sampah. Masalah kebersihan lingkungan wisata memiliki keterkaitan erat dengan tingkat kunjungan dan image sebuah destinasi wisata. Sehingga ia mendorong Pemda dan masyarakat untuk menjaga kebersihan destinasi untuk memaksimalkan potensi bisnis pariwisata yang besar ini.
 Indonesia Siap Gelar MotoGP
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan kesiapan Indonesia untuk menyelenggarakan MotoGP tahun 2021 mendatang, di Mandalika, NTB. Kesiapan ini, selain organisasi, juga termasuk infrastruktur untuk penyelenggaraan MotoGP 2021 itu.
‘’Saya sampaikan bahwa kita siap,’’ tegas Presiden Jokowi kepada wartawan usai menerima Chief Executive Officer (CEO) Dorna, Carmelo Ezpeleta, dan Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar M. Mansoer, dan beberapa Pembalap MotoGP, di Ruang Garuda, Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (11/3).
Menurut Presiden, kedatangan CEO Dorna itu ingin mendapatkan keyakinan kesiapan Indonesia, baik dalam organisasi maupun infrastruktur menuju ke sana, karena sudah ada tanda tangan kerja sama antara ITDC dan Dorna terkait penyelenggaraan MotoGP 2021 mendatang.
Presiden mengingatkan, menyelenggarakan event sebesar Asian Games yang diikuti peserta dari 35 negara saja kita siap. Karena itu, untuk MotoGP 2021 ini, Presiden Jokowi mengajak semua pihak untuk optimistis. ‘’Kita harus optimis, harus optimis,’’ ujarnya.
Ditegaskan Presiden Jokowi, bahwa kesiapan Indonesia sudah rampung. Dengan pendekatan menunjukkan lokasinya seperti ini dan memberitahu pada mereka bahwa kita siap untuk berinvestasi di Mandalika dalam rangka untuk mendapatkan hak penyelenggaraan MotoGP.
Mengenai lokasi penyelenggaraan MotoGP 2021 yang merupakan street circuit di Mandalika, menurut Presiden Jokowi, telah dipuji oleh CEO Dorna Carmelo Ezpeleta. ‘’Pantainya indah dan sirkuitnya itu mepet dengan pantai. Ini berarti kita akan dapat dua kemanfaatan. Selain olahraga, pariwisata juga secara brand akan terangkat dan Mandalika mendapatkan manfaat karena investasi ini,’’ ujarnya.
Presiden menjelaskan, pemerintah sudah memutuskan mengenai pengembangan Mandalika itu, yang akan menjadi satu dari 10 destinasi wisata baru Indonesia selain Bali. Turut mendampingi.
Presiden Joko Widodo mencoba salah satu motor yang dipergunakan di ajang MotoGP di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. (Sekretariat Kabinet)
Sementara Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrowi mengemukakan, pemerintah betul-betul telah mengupayakan sebuah sejarah. Lahirnya sebuah sejarah MotoGP di Indonesia, dan ini betul-betul telah diupayakan secara maksimal oleh  ITDC sebagai pengelola dari kawasan Mandalika.
‘’Sekarang pihak Dorna Sport SL, Carmelo Ezpeleta betul-betul mendapat kepastian secara langsung dari Bapak Presiden bahwa pemerintah akan mendukung penuh persiapan baik infrastruktur, penyelenggaraan maupun prestasi sendiri,’’ katanya usai mendampingi Presiden menerima ITDC dan Dorna di Istana Kepresidenan Bogor.
Menpora menilai, ini adalah kabar gembira bagi seluruh penggemar Moto GP di Indonesia bahwa kita akan menjadi tuan rumah nanti di Moto GP Mandalika. Diakui Menpora, tentu banyak pertanyaan kenapa tidak di tempat lain yang dulu pernah jadi isu. Yang penting, menurut Menpora, sekarang Indonesia sudah memperoleh kepastian bahwa itu akan diselenggakan tahun 2021 nanti di kawasan Mandalika.
Dalam pertemuan dengan Presiden Joko Widodo  itu, Menpora Imam Nahrawi menjelaskan, bagaimana komitmen pemerintah nanti membantu ITDC karena ini bukan semata-mata Indonesia menjadi penyelenggara yang baik. Tetapi harus punya dampak yang lebih luas lagi bagi sektor ekonomi pariwisata maupun sektor prestasi olahraga.
Selain itu, juga disampaikan dari sisi pemenuhan infrastruktur seperti yang disampaikan oleh Presiden agar ada jalan tembus dari bandara ke Mandalika, kemudian perpanjangan runway di bandara. Juga soal pelabuhan karena nanti yang datang minimal 100 ribu orang tentu Lombok belum memungkinkan untuk ketersediaan kamar hotel, tetap dibutuhkan pelabuhan yang bisa akses langsung cepat ke Bali.
‘’Di Bali tentu dari sisi ketersediaan hotel itu pasti lebih banyak lagi. Jadi, itu tiga hal selebihnya ITDC tadi diminta koordinasi dengan Kementerian Pariwisata agar beberapa kewajiban-kewajiban sebelum dilaksanakannya 2021 itu bisa terpenuhi dengan baik,’’ terang Menpora. (Faris/Setkab)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive